Arthit berusaha untuk memberontak dari kukungan seseorang yang ada di atasnya itu, akan tetapi pria itu tidak mau melepaskannya. Meskipun dirinya sudah mengumpati bahkan mengutuki pria itu, sepertinya pria itu menjadi gila dan dendam padanya akan kejadian tadi sore. Padahal pria itu yang memulai semua ini, kenapa harus marah padanya, harusnya justru sebaliknya Arthit yang berhak marah, sebab harga dirinya diinjak-injak oleh pria gila dan kurang ajar itu.
"Lepaskan! Aku bilang lepas!"
Tangan Kongpob menarik rambut Arthit dan dengan paksa mendongakkan kepala pria itu ke atas, "Melepaskanmu? Yang benar saja! Kau harus di beri pelajaran karena bermain-main denganku."
Bukannya takut, Arthit justru tertawa mendengarnya. Bukankah itu lucu, pria itu benar-benar menantangnya.
"Lepaskan aku, lalu anggap kita impas."
"Impas? Kau sudah membuat kekasihku memutuskan aku, dan kau bilang kita impas?"
"Lalu apa itu salahku?"
"Jika kau tidak berkoar-koar kalau kita melakukan seks tadi malam, dia tidak akan mutuskan aku!"
"Oh, memang kenapa? Aku hanya berkata jujur. Lihatlah dirimu dulu, apa kau merasa paling benar?"
Kongpob hanya menatapnya sinis, tidak memperdulikan pria itu dan kini justru mengangkat kedua tangan Arthit yang dari tadi sudah di tangkapnya, di atas kepala pria itu. Lagipula dia tahu pria itu tidak bisa banyak memberikan penolakan padanya, sebab pria itu dalam kondisi mabuk.
"Memohonlah padaku, dan aku akan memperlakukanmu dengan lembut, jika tidak jangan harap."
"Hah? Memohon? Aku tidak sudi melakukannya."
Pria itu langsung membungkam bibir Arthit mengunakan bibirnya, melesakkan paksa lidahnya ke dalam mulut Arthit yang setengah terbuka, tidak memperdulikan penolakan pria manis itu.
Persetan dengan segalanya!
Kongpob tidak perduli, dia benar-benar dendam dengan pria itu, karena sudah mengacaukan hidupnya dalam hitungan detik. Arthit itu seperti sebuah bom yang meledak begitu saja lalu membuat segalanya berantakan.
"Lepaasskann! Aahhh, aku bilangg lepaasskann, Brengsekkk!"
Hanya saja itu bagaikan sebuah angin lalu bagi seorang Kongpob, pria itu membuka paksa kedua kaki Arthit untuk mengangkang di bawahnya. Dengan cepat Arthit menendang dan mendorong Kongpob, mencoba untuk lari dari pria itu, namun Kongpob menjegal kaki Arthit hingga pria itu jatuh tersungkur, sampai menghantam dinding.
Sebuah tamparan mendarat di pipi Arthit, "Kau mau kabur? Kau pikir bisa kabur dariku? Tidak akan pernah bisa!"
Di seretnya paksa pria manis itu, akan tetapi Arthit justru menggigit tangan Kongpob, hingga akhirnya Kongpob kesal, dan membopong tubuh Arthit lalu membantingnya ke atas tempat tidur dengan keras.
Kongpob berjalan ke arah nakas meja, lalu mengambil sesuatu di atas sana, sebelum memaksa Arthit untuk menghirup serbuk yang di bawanya. Dia malas bermain-main dengan pria itu, hanya membuang waktunya saja, dan bisa di rasakannya beberapa saat kemudian, mata Arthitpun mendadak berubah menjadi sayup, tubuhnyapun melemas, tangan pria itu meraba degup jantungnya yang berdetak kencang, dan ada sesuatu yang berdesir pada aliran darahnya, akan tetapi pria itu tidak mempunyai banyak tenaga sekarang, seluruh syarafnya melemas seketika.
"Kau jauh lebih manis jika diam."
Pria itu membuka kedua paha Arthit, memaksanya untuk mengangkang di hadapannya, sebelum menyiapkan dirinya sendiri, lalu mengangkat pinggul Arthit dan melesakkan penisnya yang sudah menegang ke dalam hole pria itu, tanpa perlu melakukan apapun terlebih dulu pada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfiction[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...