Arthit benar-benar merasa curiga pada Kongpob saat ini, mungkin pria itu ingin mengecohnya dengan niat baik, dan begitu Arthit merasa pria itu baik, Kongpob pasti akan melakukan sesuatu yang jahat padanya. Entahlah pikiran buruk itu yang menghampiri Arthit hampir dua hari belakangan, sebab tingkah pria itu sangat baik, semenjak dirinya keluar dari rumah sakit. Arthit tidak perlu lagi meminta Kongpob untuk menemaninya, karena pria itu yang berinisiatif sendiri sekarang, mengikuti Arthit kemanapun dirinya pergi, seperti seekor anak ayam yang tidak mau terpisah dari induknya.
Tentu saja banyak hal-hal yang langsung bersarang di dalam benak Arthit sekarang ini, hanya saja semuanya itu buruk, karena itu dia tidak mau menerima apapun yang Kongpob berikan dan selalu menolak ketika Kongpob mengajaknya pergi.
Bagaimana jika Kongpob meracuninya, atau mungkin membuangnya ke tengah laut dan hutan, pikiran jahat pria itu kan sadis jadi arthit semakin takut. Apalagi belakangan ini kondisinya tidak terlalu sehat, jika tahu seperti ini, Arthit tidak akan minum-minum lagi, padahal yang dirinya minum waktu itu tidak terlalu banyak, hanya saja tubuhnya seperti terlalu lemah untuk menerima minuman itu, hingga berakhir dengan seperti ini.
"2 meter!"
Tangan Arthit panik ketika Kongpob mendekatinya, dan mengusir Kongpob agar tidak dekat-dekat dengannya. Arthit sungguh risih dengan kelakuan pria itu, sampai membuatnya ingin mengusir Kongpob jauh-jauh darinya, seperti Arthit malas untuk melihat pria itu di sekitarnya.
"Aku hanya mau mengajak phi makan siang."
"Aku tidak lapar."
"Phi harus makan, ayo Pergi."
"Tidak mau. Percuma pergi bersamamu, kau melarangku ini dan itu. Aku tidak bisa makan dengan benar gara-gara kau!"
"Ou, phi memang tidak boleh makan pedas, dan juga tidak boleh minum sesuatu yang mengandung alkohol dan kafein. Itu tidak baik untuk kesehatan."
"Hei, kenapa kau mengaturku? Mau aku makan racunpun tidak ada urusannya denganmu."
"Tapi jika phi sakit, nanti semua orang akan menyalahkan aku."
"Iya, aku tahu itu. Tapi bukan berarti kau harus mengikutiku kemana-mana seperti tawanan Kongpob!"
"Aku hanya takut phi berjalan jauh, phi tidak boleh terlalu lelah."
"Ahhh, kau cerewet! Melebihi mommyku."
Dan anehnya Kongpob tidak marah, ataupun memakinya balik seperti biasanya. Pria itu hanya diam dan mengulurkan tangannya ke arah Arthit membuat pria itu benar-benar tidak percaya di buatnya.
"Kong, ayo kita kerumah sakit."
"Kenapa? Ada yang sakit?" Kongpob langsung menatap ke arah Arthit, dan memeriksa kondisi pria manis itu, "di bagian mana?"
"Bukan aku tapi kau. Sepertinya kita harus ke psikiater."
Alis Kongpob bertautan mendengarnya, "Aku tidak punya gangguan mental, aku hanya punya post-traumatic disorder saja, tapi aku tidak apa-apa sekarang."
Arthit memejamkan matanya, "Katakan sebenarnya ada apa? Kenapa kau sangat baik? Kong, orang gilapun pasti akan sadar, dengan kelakuan anehmu ini."
"Tidak ada apapun, kenapa kau selalu berpikiran yang buruk padaku? Ketika aku lebih memilih bersama orang lain, kau menyuruhku untuk memperhatikanmu, ketika aku memperhatikanmu, kau justru mengira aku sakit, bahkan ingin berbuat jahat padamu? Lalu aku harus apa?"
"Tapi ini aneh."
"Apa yang aneh?"
"Kau sangat baik, bukan hanya baik saja. Kau juga jadi overprotektif padaku. Aku tidak boleh ini dan itu, aku harus mengikuti apa yang mau, dan juga kau selalu mengikutiku terus."
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfic[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...