Seperti biasanya, Kongpob menjemput Arthit untuk pulang, tetapi hari ini berbeda dengan hari biasanya, sebab pria manis itu tidak mengomel meskipun Kongpob terlambat lagi, menjemput Arthit. Pria manis itu hanya diam dan tersenyum simpul pada Kongpob.
Arthit lebih banyak diam, tidak seperti biasanya, pria itu menatap ke arah jendela sembari menempelkan kepalanya pada kaca.
"Phi kenapa? Mau makan?"
"Tidak."
"Mau pergi jalan-jalan?"
"Tidak."
"Mau makan ice cream sebelum pulang?"
"Tidak."
"Phi sakit?"
"Tidak, kong. aku tidak apa-apa."
Tangan Kongpob mengecek kondisi Arthit, tetapi suhu tubuh pria manis itu normal, tidak menandakan jika dirinya itu tengah sakit sama sekali.
"Phi baik-baik saja?"
Arthit hanya mengganggukan kepalanya dengan lemah, "Aku hanya lelah."
Hanya itu yang Arthit katakan, selebihnya pria manis itu kembali diam lagi, seperti tengah ada sesuatu yang tengah pria manis itu pikirkan, namun tidak mau mengatakannya pada Kongpob. Hingga mau tidak mau Kongpob mengusap rambut Arthit, mencoba untuk mengerti jika pria manis itu tidak mau di usik
*
Sesampainya di rumah, Arthit langsung melangkahkan kakinya untuk turun terlebih dulu dari mobil, memasuki rumahnya. Meninggalkan Kongpob yang masih ada di dalam mobil, membuat tanda tanya besar untuk Kongpob, ada apa dengan tingkah Arthit.
Apa Kongpob membuat kesalahan, tetapi jika itu iya, Arthit pasti akan terus mengomelinya, bukan hanya diam saja, karena ketika Kongpob mulai berulah Arthit akan membalasnya lebih gila lagi.
Ekor mata Arthit menatap ke seluruh penjuru rumahnya, dan menemukan Arha yang ada di sofa bermain dengan anak anjing kecil yang baru saja di belinya beberapa hari yang lalu.
"Arha, mommy dimana?"
"Hah? Mommy di kamarnya phi, mau bersiap-siap ingin pergi katanya tadi."
Arthit mengganggukan kepalanya, lalu melihat Kongpob yang berjalan di belakangnya, "Kong, kau pergi ke kamar dulu, ganti pakaian, lalu makan, aku mau pergi menemui mommy, nanti aku kembali."
"Baiklah, mana ranselmu, aku akan membawanya."
Pria manis itu menyerahkan apa yang di bawanya kepada Kongpob, sebelum berjalan meninggalkan Kongpob bersama dengan Arha disana, sementara Arthit ingin menghampiri ibunya.
*
*
Meskipun ragu, Arthit mengetuk pintu kamar orang tuanya. Hingga tidak lama kemudian, pintu itu terbuka, menampilkan ibunya yang berdiri di depan pintu dengan pakaian yang rapi, seperti ingin pergi ke suatu tempat.
"Mommy mau pergi?"
"Iya, Arthit butuh sesuatu?"
"Bisa Arthit berbicara dengan mommy sebentar?"
"Berbicara apa? Ayo. masuk, sayang."
Krist mengajak masuk Arthit ke kamarnya, menuntun anaknya untuk mendudukkan dirinya di sofa, sebelum mendudukkan dirinya di samping Arthit, tetapi pria manis itu hanya diam saja, tidak mau mengatakan apapun pada Krist, hingga pria paruh baya itupun heran di buatnya.
Tidak biasanya Arthit memintanya untuk berbicara, anak laki-lakinya itu lebih dekat dengan Singto, dan jika memerlukan sesuatu selalu mengadu pada Singto, bukan kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfic[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...