Warning!
Aku nulis disini ngk di bayar loh, kalau masih ada yang mau baca. Ya silahkan, tapi ngk perlu mengatakan aku jahat, kejam, tega, bahkan ngk berperasaan. Karena aku ngk suka! Kalau mau hujat tokoh dan alur dalam ffku, Silahkan. Tapi jangan sekalipun bawa aku di dalam hujatan kalian!
*~*~*~*~*
Hati Arthit berubah menjadi gusar, sebab Kongpob tidak mengenalinya sama sekali, bahkan bukan hanya Arthit saja, awalnya Arthit kira hanya Arthit dan juga keluarganya, akan tetapi begitu keluarga Kongpob datang untuk melihat suaminya itu. Kongpob juga sama sekali tidak mengenali Plustor dan juga Lyn. Padahal dokter sebelumnya mengatakan jika Kongpob baik-baik saja, hal ini tentu saja membuat Arthit menjadi takut.
Dengan cemas, Arthit menunggu ayahnya dan juga Mertuanya yang tengah berbicara dengan dokter lagi mengenai kondisi Kongpob. Arthit menunggu di luar, bukan cuma Arthit saja tetapi semua orang, sebab Kongpob tidak nyaman begitu mereka semua mencoba untuk menemaninya. Kongpob memang tidak mengatakan apapun, hanya saja air muka pria itu jelas menunjukannya.
Arthit merasakan ada sebuah tangan yang menggenggamnya, membuat pria manis itu mengisyaratkan jika dirinya tidak apa-apa kepada adiknya. Arthit tahu jika Arha khawatir padanya, sementara Ibunya dan juga Lyn pergi membawa anaknya untuk pulang, tidak baik Leena terlalu lama di rumah sakit, yang menemaninya hanya Plustor dan juga Arha.
"Phi tidak apa-apa, Arha. Jika kau lelah pulang saja."
Arha menggelengkan kepalanya, "Siapa yang akan menemani phi nanti? Arha tidak mau pergi."
"Terima kasih."
"Untuk apa?"
"Karena kau mau menemani phi."
"Ou, Kitakan saudara phi."
"Bukan, kau itu sebagian dari hidupku."
Setiap masalah mendatanginya, jika Arha bersama dengannya, dan memberikan perhatiannya itu membuat Arthit sedikit merasa tenang, dan sadar jika dirinya tidak pernah sendirian, karena saudaranya itu akan selalu menemaninya. Arha selalu bisa membuatnya tenang, membuat Arthit lebih bersabar, dan mampu untuk menyemangatinya, hingga Arthit yang merasa lelah dengan semua ini, selalu bersemangat lagi untuk menghadapi apapun yang akan di hadapinya nanti.
"Nong Kong, pasti tidak apa-apa."
"Semoga saja."
"Dia sayang phi Arthit dan Leena, jadi jangan sedih lagi na."
"Phi tahu."
"Jika tahu phi harus tersenyum, dia hanya lupa, belum tentu tidak bisa mengingat apa yang terjadi. Jika misalnya memang tidak bisa, phi hanya perlu menambahkan ingatan baru untuk kalian."
"Tapi bagaimana jika dia tidak mau menerima phi dan Leena?"
"Tidak ada orang yang mungkin menolak phi dan Leena. Apalagi itu nong Kong. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja. Masih ada Arha dan juga yang lain untuk membantu phi."
Arha mencoba menyakinkan Kakaknya, bahwa semuanya akan baik-baik saja, lagipula tidak mungkin semua orang akan diam saja, jika Kongpob menolak Arthit bahkan Kaleena. Arthit sudah cukup menyesal selama ini, bahkan selalu menyalahkan dirinya sendiri pada semua hal yang terjadi pada Kongpob, dan saat ini Arthit ingin memperbaiki keadaan yang dulu pernah rusak begitu saja. Jadi tidak mungkin semuanya akan diam, membiarkan keadaan ini jika Kongpob benar-benar tidak mau lagi menerima Istri dan anaknya lagi.
.
.
.
Perlahan-lahan Arthit memasuki ruangan inap Kongpob, melihat pria berkulit Tan yang terlihat melamun sendirian di dalam sana. Arthit tahu jika Kongpob pasti bingung akan sesuatu hal. Mengapa dirinya bisa ada disini, dan juga kenapa semua ini terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfiction[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...