Arthit menatap lemah ke arah Kongpob yang memasuki ruangan tempatnya baru saja di periksa oleh dokter. Pria manis itu mengusap perutnya pelan, sembari membuang wajahnya ke arah lain. Setelah itu Arthit memejamkan matanya tidak mau untuk memandang ke arah Kongpob.
"Phi Arthit...."
Panggil Kongpob yang melangkahkan kakinya untuk mendekati Arthit, akan tetapi Arthit tidak menyahuti apa yang Kongpob katakan, hingga pria itu berhenti melangkah tepat di depan ranjang rumah sakit Arthit, dan menggenggam tangan Arthit.
Merasakan hal itu, Arthit langsung saja menepis tangan Kongpob, tidak mau Kongpob menyentuhnya. Pertama kali Kongpob berkata jika itu salah paham dan Arthit mencoba mempercayainya, membuang rasa kecewanya pada Kongpob, namun yang tadi Arthit lihat itu apa, tidak mungkin itu salah paham juga.
"Jangan menyentuhku, mengunakan tangan yang kau gunakan untuk menyentuh wanita itu."
"Phi aku mau menjelaskannya."
Mendengar hal itu Arthit langsung memposisikan dirinya untuk duduk, mencoba menahan rasa sakit yang di rasakannya, Arthit memutar tubuhnya menghadap Kongpob.
"Apa yang kau mau jelaskan? Kau masih suka padanya, dan ingin bersamanya? Jika seperti itu aku sudah tahu, lebih baik kau pergi saja."
"Bukan seperti itu phi."
"Lalu seperti apa, Kong? Sudah aku bilang, jika kau tidak menginginkan anak ini, tidak apa-apa. Jika kau tidak mau bersamaku juga tidak masalah, dari awal ini memang salahku, jadi lebih baik kita bercerai saja, tapi kau tidak mau. Mengatakan jika kau mencintaiku, kau tidak akan pernah kembali lagi padanya, tapi ini apa Kong? Ini apa?"
Arthit menengadahkan kepalanya ke atas, sembari meremas ujung pakaian yang di kenakannya olehnya, "Aku tahu kau tidak pernah menghargai aku, tapi setidaknya kau bisakan menghargai anak kita? Apa pernah memikirkannya sekali saja? Kau bersikap menyayangi kami, hanya saja nyatanya tidak. Lebih baik anakku tidak punya Daddy sepertimu, daripada memilikinya, tapi bahkan ketika dia belum lahir kau menyakitinya seperti ini."
"Phi, aku tidak bohong, aku memang sayang pada kalian."
Geram Arthit mendengar ucapan Kongpob, sayang darimana yang di maksud oleh Kongpob, "Jika kau sayang padaku, pada baby kita kau tidak akan pernah tidur dengan Namtan! Kau tidak akan berbohong dan menghianatiku. Tidak akan, Kong."
"Aku minta maaf phi."
"Aku tidak butuh maafmu, meskipun kau terus meminta maaf padaku, itu tidak akan pernah bisa mengobati rasa sakit ku."
"Phi Arthit...." Kongpob mencoba menggenggam tangan Arthit lagi, akan tetapi Arthit langsung menepisnya, "aku bisa menjelaskannya, dengarkan aku dulu."
"Dengarkan? Apa yang mau aku dengarkan? Sekarang jawab aku, kemana tadi malam kau pergi?"
"Aku mengerjakan tugas bersama teman-teman, aku tidak bohong."
"Tidur dimana kau tadi malam? Bukan di rumah orang tuamu kan?"
Kongpob menganggukkan kepalanya, "Aku tidak kesana."
Tangan Arthit memukuli lengan Kongpob dengan kencang, mencoba untuk menahan rasa sakit yang dirinya rasakan pada suaminya itu, Kongpob membohonginya, jika orang itu tidak mengirimkan foto itu Arthit pasti akan terus saja di bohongi oleh Kongpob.
"Kau tidur dengan Namtan tadi malam? Kenapa kau diam? Kau bilang kau mau menjelaskannya padaku? Ayo jelaskan. Jawab aku Kongpob! Iya atau tidak!"
"Iya."
Mendengar hal itu Arthit langsung mendorong tubuh Kongpob hingga pria itu jatuh terduduk di lantai, Arthit mencoba untuk berdiri dan berniat untuk memukuli Kongpob, hanya saja selang infus yang terpasang pada pergelangan tangannya itu menghalanginya, dengan paksa Arthit mencabutnya tidak memperdulikan tangannya yang terluka, pria itu memukuli Kongpob sembari menangis terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfiction[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...