Arthit menatap banyaknya pria yang berjejer di dalam rumahnya itu dengan malas, haruskah dia mencari satu-satu pria bernama Kongpob. Raut wajah pria-pria itu bahkan sedikit ketakutan, mungkin takut di bunuh dan organ tubuhnya akan dijual. Ekor mata Krist menatap ke arah sekelilingnya sembari berjalan dan mengamati wajah setiap pria yang datang. Arthit hampir tertawa ketika melihat ada seorang kakek-kakek yang terseret kesini.
"Apa ada di antara mereka, sayang?"
Singto merangkul bahu anaknya, dan mengusap-usap lengan Arthit dengan pelan. Pria itu menatap ke arah anaknya, mencoba untuk menghibur Arthit. Singto bahkan tidak tahu bagaimana perasaan anaknya, seketika itu juga dia merasa gagal menjadi seorang ayah, dan menjaga anaknya dengan baik. Padahal selama ini, dia sudah mencoba untuk menjadi yang terbaik, seorang ayah yang bisa di banggakan oleh Arthit dan juga Jahanarha.
"Tidak ada, Daddy."
"Kau yakin? Coba lihat lagi mereka sayang."
"Benar, aku yakin tidak ada pria itu di sini."
Mendengar hal itu, Singto langsung mengarahkan pada anak buahnya untuk mengeluarkan orang-orang itu dari dalam rumahnya, dan menggantinya dengan pria-pria yang baru saja datang. Menunggu mereka untuk berbaris dan menyuruh Arthit untuk melihat apakah di antara mereka ada pria bernama Kongpob yang sudah menghancurkan hidup anaknya itu.
"Kenapa kau diam? Kenapa tidak bilang Daddy, jika ada orang yang berbuat kurang ajar padamu?"
"Itu salahku, bukan salah Daddy. Aku tidak pernah mendengarkan apa yang Daddy dan mommy katakan."
"Tidak apa-apa, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Semuanya akan baik-baik saja."
Arthit menggelengkan kepalanya, lalu memeluk Singto, "Aku tidak memintanya untuk bertanggung jawab, tapi bisakah Daddy membuktikan padanya jika aku tidak murahan? Bilang padanya aku bukan jalang yang hanya menginginkan uang, aku tidak seperti itu. Apa aku terlihat buruk? Aku hanya sakit, sedih ketika dia mengatakan hal semacam itu padaku, padahal Daddy dan mommy tidak pernah berbicara seperti itu padaku, tidak pernah sekalipun memukulku, tapi pria itu jahat. Dia ...."
"Dia kenapa? Siapa yang berkata jika murahan?" Singto menjadi berang mendengarnya, siapa orang yang berani menghina anaknya, tidak sekalipun Singto akan melepaskannya, ketika orang itu sudah melukai hati putra kesayangannya itu, "apa yang dia lakukan padamu? Katakan?"
Gelengan kecil keluar dari Arthit, pria itu justru memilih untuk memeluk Singto, tidak mau menjawab apa yang ayahnya tanyakan.
"Sudah phi jangan marah-marah."
"Bagaimana bisa kau bilang seperti itu, ketika anak kita di hina? Aku tidak terima! Awas jika aku menemukan pria itu, aku akan memberi dia pelajaran."
"Ou, kau saja tidak terima. Bagaimana aku? Dia anakku, aku yang merawatnya dari kecil, dan mendengar itu aku sakit, tapi jangan marah-marah, semuanya tidak akan jadi baik jika seperti ini."
"Aku kesal Krist."
"Aku tahu."
Krist mencoba untuk menenangkan suaminya, dengan memeluknya, dan juga memeluk Arthit, sementara tidak jauh keduanya Tae, Tee, Mean, Plan, New, Tay, dan Earth menatap mereka dengan tersenyum. Setidaknya mereka tidak sendiri, ada banyak orang di belakang mereka yang akan membantu, jika bajingan itu tidak bisa di temukan.
"Coba lihat lagi, siapa tahu ada pria itu dari pria-pria yang di bawa anak buah Daddy. Jika tidak ada, besok mereka akan membawa pria-pria bernama Kongpob kesini."
Pandangan Arthit menyapu ke arah pria-pria itu, lalu menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, aku tidak kenal mereka semua."
"Kau yakin masih mengenali wajah pria itu, sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...