Arthit melenguh ketika akan membalikan badannya ke arah samping, akan tetapi entah kenapa tidak bisa. Pria manis itu mencoba untuk menggerakkan tubuhnya ke arah lain, tetap tidak bisa juga, membuat Arthit kesal, dan membuka matanya. Pria manis itu kaget ketika dirinya sekarang berada di dalam dekapan hangat seorang pria, orang itu memeluknya dengan sangat erat, membuatnya kesusahan bernafas.
Pria itu mencoba mengingat apa yang terjadi tadi malam, dan teringat jika dirinya tadi malam bersama dengan Arm. Temannya itu mengajaknya untuk minum bersama dan selalu berakhir dengan Arthit selalu mabuk setelahnya. Keduanya terus menenggak sampai titik penghabisan.
Setelah meneliti lebih lanjut, Arthit sadar jika yang memeluknya itu bukan Arm melainkan orang lain, tetapi siapa, Arthit heran dengan hal itu, dan mencoba melihat wajah pria itu, sadar yang memeluknya kini ternyata Kongpob.
"Kong ... Kongpob, lepaskan aku, aku tidak bisa bernafas."
Rengek Arthit karena Kongpob sangat berat, dan susah untuk di singkirkan dari sisinya, daritadi Arthit sudah mencoba untuk menyingkirkan pria itu namun tidak bisa.
Kongpob perlahan-lahan membuka matanya dan kaget ketika sadar jika Arthit ada di dalam dekapannya, membuat pria itu langsung menendang Arthit hingga terjatuh ke lantai.
"Auww, sakit."
Pekik Arthit sembari memegangi lengannya yang terbentur di lantai, "Kau baik-baik saja?"
"Ini sakit bodoh! Kenapa kau mendorongku!"
"Ou, aku kaget, lagipula untuk apa kau memelukku."
"Hei, tuan Kongpob yang terhormat! Kau buta dan mati rasa? Siapa yang kau bilang memelukmu itu? Jelas-jelas kau yang memelukku, Sialan!"
"Benarkah?"
Kongpob hanya menatap Arthit malas, sembari membaringkan tubuhnya lagi, dan memunggungi Arthit, melanjutkan tidurnya yang terganggu oleh pria manis itu.
Sedangkan Arthit mulai menatap ke arah sekitarnya, "Kenapa aku bisa ada disini? Tadi malam seingat ku, aku sedang ada di pantai."
"Kau tidak ingat?"
Arthit menggelengkan kepalanya, "Tidak, siapa yang mengantarku kesini?"
"Kau berjalan sendiri kesini, kita tidak sengaja bertemu di depan resort."
Pria manis itu menatap ke arah bawah, "Siapa yang mengganti pakaianku? Seingatku aku tidak memakai ini tadi malam?"
"Kau menggantinya sendiri, karena pakaian mu bau alkohol."
"Oh." Arthit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, "aku benar-benar tidak ingat."
Setelah mengatakan hal itu, Arthit melangkahkan kakinya menuju ke arah kopernya dengan agak linglung, lalu mengambil pakaian ganti, mungkin jika dirinya menyegarkan diri, pikiran Arthit akan jauh lebih baik, sekarang kepalanya berdenyut-denyut sakit.
Dengan cepat pria manis itu melangkahkan kakinya untuk memasuki kamar mandi, pria manis itu melepaskan satu persatu pakaiannya, sembari menatap ke arah kaca yang cukup besar menempelkan di dinding, di atas wastafel. Pria manis itu menajamkan matanya, ketika melihat ada sesuatu yang tidak wajar pada dirinya, Arthit menyentuh permukaan lehernya, dimana di sana ada tanda kemerahan yang terlihat cukup mencolok, setelah Arthit teliti lagi itu ternyata bekas Kissmark bukan bekas gigitan serangga seperti yang Arthit pikirkan pada detik sebelumnya.
"Siapa yang melakukannya?"
Arthit mencoba berpikir jangan-jangan Arm yang melakukannya, atau orang lain. Arthit bergidik ngeri, karena dia suka tidak sadar dengan apa yang dirinya lakukan ketika mabuk. Pria itu mencoba untuk menggerakkan tubuhnya dan meneliti di bagian lain, namun tidak terjadi dan ada apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfiction[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...