Kongpob yang tengah berjalan seorang diri, pada lorong panjang gedung fakultasnya, menatap aneh ke arah orang-orang yang kini ada di sekitarnya. Bagaimana tidak, hari ini semua orang menatapnya dengan tidak wajar, seperti ada sesuatu di diri Kongpob yang menarik semua orang untuk menatapnya, Kongpob mencoba untuk berpikir apa penampilannya tidak wajar hari ini, namun dia ingat betul jika penampilannya tidak ada bedanya seperti hari-hari sebelumnya, atau ada sesuatu di wajahnya Kongpob langsung berjalan ke arah toilet untuk mengeceknya.
Sungguh pria itu merasa heran, ketika banyak kakak tingkatnya yang menghentikan langkah kakinya lalu menatap ke arah ponsel dan menatap ke arah wajahnya, membuat Kongpob risih di buatnya.
Pria berkulit Tan itu memasuki pintu toilet, dan keadaan di dalam sana kosong, Kongpob menatap ke arah sebuah cermin panjang yang terletak di atas wastafel, tetapi tidak ada hal aneh satupun yang terjadi pada dirinya.
Kongpob membasuh wajahnya, mencoba mengabaikan apa yang terjadi hari ini, meskipun dirinya penasaran tentang apa yang tengah terjadi.
Dengan cepat Kongpob melangkahkan kakinya untuk menuju arah parkiran, sebab dari tadi Arthit selalu mengeluh, menginginkan agar Kongpob cepat pulang, padahal Kongpob masih ada satu mata pelajaran yang tersisa. Tetapi Arthit sudah merajuk memintanya untuk cepat datang. Jadi mau tidak mau Kongpob ingin pulang untuk menemui istrinya yang cerewet itu agar tidak marah lagi pada Kongpob.
"Kong mau kemana?"
"Pulang."
"Kau sakit?"
"Tidak."
Kongpob menatap ke arah orang-orang yang berbisik-bisik ketika berpapasan dengannya, membuat pria itu semakin penasaran, tadi di kelas semua teman-temannya meliriknya dengan pandangan yang aneh, dan seperti menghindari Kongpob, sedangkan ketika dirinya ada di luar kelas, semua orang bertingkah seolah-olah tengah membicarakannya.
"Namtan, kau tahu tidak ada apa ini."
"Tidak, aku tidak tahu."
"Benarkah?"
Pria berkulit Tan itu curiga, ketika mantan pacarnya itu mengeluarkan ekspresi yang aneh, seolah tengah menutup-nutupi sesuatu darinya.
"Kau pasti tahu sesuatukan? Kenapa mereka menatapku seperti ini?"
"Namtan tidak tahu Kong, sudah ya aku masih ada kelas."
Namtan ingin pergi kabur dari sana, akan tetapi Kongpob menahan lengan gadis itu, dan menariknya supaya tidak pergi, namun Namtan bersikeras untuk pergi, tidak mau menjawab apa yang Kongpob tanyakan padanya, sampai akhirnya Kongpob tidak sengaja menjatuhkan tas Namtan, hingga barang-barang gadis itu berjatuhan di lantai.
Melihat hal itu Kongpob dengan sigap langsung membantu Namtan untuk mengambil apa yang Kongpob jatuhkan, namun itu justru membuat Kongpob menemukan beberapa pamflet yang berceceran di lantai. Kongpob mengambil salah satu pamflet itu dan membacanya. Kongpob shock mengetahui isinya dan menatap ke arah Namtan.
"Ini apa?"
"Itu...."
"Apa kau yang menyebarkan ini?"
Mendengar hal itu Namtan menatap ke arah Kongpob dengan kecewa, "Kau pikir aku tega melakukan ini padamu?"
Kongpob menggelengkan kepalanya, "Aku tidak percaya."
"Kong, apa aku terlihat jahat? Hanya karena kita sudah berpisah kau punya pikiran buruk padaku?"
"Bukan seperti itu."
"Tapi apa? Kau tidak percaya padaku, kau menunduhku."
"Karena itu beritahu aku kenapa ini ada padamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfiction[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...