"Kau kenapa, Kong?"
Arthit mendadak berubah menjadi heran setelah Kongpob bertemu dengan Namtan. Suaminya itu mendadak berubah menjadi murung.
"Aku tidak apa-apa."
Sekarang mana bisa Arthit percaya begitu saja pada ucapan Kongpob, sebab wajah pria berkulit Tan itu menunjukkan hal yang sebaliknya, bukan hal yang dari tadi di ucapkannya.
"Katakan padaku ada apa?"
Tanya Arthit sekali lagi, membuat Kongpob menghadapkan tubuhnya ke arah Arthit, menatap pria manis itu dengan seksama, persekian detik kemudian Kongpob langsung memasang wajah sedihnya lagi.
"Aku masih tidak mengingatmu, tapi...." Kongpob menundukkan kepalanya, "aku ingat nama wanita tadi, apa aku akan mengingat semuanya lagi? Tapi ini terlalu lama, aku menjadi takut."
"Jangan mengatakan hal semacam itu, bukankah aku pernah bilang jika kau tidak ingat padaku tidak apa-apa," Arthit mengusap bahu Kongpob, "ini hanya masalah waktu, tapi jika kau masih tidak bisa mengingat aku. Semuanya ada di tanganmu, kau mau apa? Aku tidak akan memaksamu untuk bersamaku."
"Jika aku tidak mengingatnya, kau mau meninggalkan aku?"
Ada rasa tidak rela di benak Kongpob, ketika Arthit mengatakan hal tadi, itu artinya Arthit tidak akan lagi bersamanya. Bukankah pria itu sendiri yang mengatakan jika Kongpob itu suaminya, orang-orang juga mengatakan hal itu, bahkan wanita yang tadi dia temui juga mengatakan hal yang sama, jadi kenapa Arthit mengatakan hal semacam itu, dan anehnya itu membuat Kongpob takut.
Sepertinya dia pernah merasakan ketakutan yang sama, kenapa bisa dirinya menjadi seperti ini. Hanya cukup mengingat apa yang terjadi sebelumnya, hanya itu saja, tetapi kenapa Kongpob tidak bisa, meskipun banyak penggalan ingatan yang selalu menghampirinya akan tetapi Kongpob tidak bisa menghubungkannya dengan mudah. Semuanya justru membuatnya bingung dan juga pusing, Kongpob merasa dirinya bodoh, karena sedikit saja tidak bisa mengingat hal terjadi, padahal dirinya mau.
"Aku tidak bilang seperti itu, aku hanya bilang semuanya terserah padamu, aku tidak mau memaksa, meskipun aku ingin." Arthit merengkuh Kongpob kedalam pelukannya, sebelum mendekapnya erat, "Kong, aku punya banyak kesalahan padamu, dan aku tahu jika aku selalu egois, jadi aku tidak mau seperti itu lagi."
"Tapi dari yang aku lihat kau tidak seperti itu."
"Benarkah?"
Kongpob menganggukkan kepalanya, "Aku hanya tidak mau kau meninggalkan aku lagi, tapi kembali lagi pada yang aku bilang, semuanya terserah kau."
"Bagaimana dengan Leena?"
"Bagaimana apanya?"
"Jika aku meninggalkanmu? Bukankah dia anakku? Semua orang mengatakan itu."
"Sampai kapanpun dia akan tetap jadi anakmu kan? Tidak ada bekas orang tua di dunia ini."
"Tidak, aku mau bersamamu saja."
"Kenapa kau mau bersamaku?"
Gelegan pelan keluar dari Kongpob, "Aku tidak tahu, tapi aku ingin bersamamu. Aku tidak mau sendirian."
Mendengar itu Arthit terdiam, "Kau tidak akan pernah sendirian lagi, maafkan aku. Aku selalu berjanji padamu untuk menemanimu tapi aku selalu mengingkarinya, dan ingin meninggalkanmu."
Arthit tahu sekarang Kongpob bergantung padanya, dan di saat seperti ini, dengan bodohnya dia mengatakan hal semacam itu.
"Kita akan memulainya dari awal lagi, tidak perlu menunggu kau mengingatku, kita akan membuat ingatan yang baru. Jadi jangan memikirkan hal ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfiction[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...