Kongpob membopong tubuh Arthit memasuki kamar resort keduanya, lalu membaringkan tubuh pria manis itu perlahan-lahan di atas tempat tidur, Arthit mengulum senyumnya, ketika Kongpob membaringkan tubuhnya di samping Arthit.
Kedua pria itu saling bertatap-tatapan, memandang keindahan satu sama lainya. Jemari Kongpob mengusap pelan pipi Arthit, dengan sangat lembut, membuat wajah pria manis itu merona.
"Kenapa wajahmu memerah?"
Arthit menggelengkan kepalanya, "Tidak."
"Lalu kenapa kau malu-malu? Aku kira kau tidak punya malu."
Sontak saja setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Kongpob, Arthit menjadi kesal, Kongpob selalu saja bisa merusak suasana hatinya. Kongpob selalu membuat Arthit kesal, dan sekarang pria manis itu langsung mengambil bantal lalu menjejalkannya ke wajah Kongpob.
"Aku tidak bisa bernafas!"
"Lebih baik mana? Tidak bisa bernafas atau aku menjahit mulutmu?"
"Ou, kedua-duanya tidak ada yang baik."
"Kau mengesalkan."
"Tidak, aku kan hanya mengatakan fakta yang ada, jika kau tidak pernah punya malu."
Mendengar Arthit semakin jengah, lalu mengambil sebuah guling dan memukulkannya ke wajah Kongpob dengan brutal.
"Siapa yang kau bilang tidak punya malu, hah?"
"Tentu saja kau, bukan aku."
Tangan Arthit menarik rambut Kongpob dengan gemas, membuat Kongpob kesal dan hampir ingin menampar Arthit, akan tetapi belum sempat tangan pria itu menyentuh permukaan kulit pria manis itu, Kongpob segera mengurungkan niatnya.
"Kenapa tidak jadi? Kenapa diam? Mau menamparku kan? Tampar saja! Aku akan mengadukanmu pada Daddyku."
Kongpob hanya diam, percuma dia melawan pria hamil, tidak akan menang juga, yang ada Arthit akan bertambah marah, karena pria manis itu kadang-kadang baik, tetapi juga terkadang sangat mengerikan.
"Maafkan aku."
"Tidak mau."
Arthit melipat kedua tangannya di dada, dan menepis tangan Kongpob yang ingin menyentuhnya, Arthit tidak sudi di sentuh oleh pria itu, Arthit kesal pada Kongpob. Sangat kesal sampai ingin memukulinya.
"Maafkan aku."
"Aku bilang, tidak ya tidak!"
"Apa yang kau mau?"
"Aku tidak mau di suap."
"Ou, akukan hanya bertanya. Kau mau apa? Aku tidak menyuap, apa phi lapar?"
"Aku tidak lapar."
"Baiklah, jika seperti itu phi tidur saja."
"Aku tidak mengantuk."
"Lalu apa yang phi mau?"
"Tidak mau apa-apa."
Arthit membuang wajahnya ke arah lain, membuat Kongpob merasa kesal sebab di acuhkan, padahal dirinya sudah meminta maaf.
"Ada apa dengan wajahmu? Aku yang marah kenapa kau yang terlihat kesal?"
"Karena kau tidak mau memaafkan aku."
"Oi, minta maaf itu harus ikhlas, tidak perduli yang kau mintai maaf itu mau memaafkan atau tidak."
Kongpob membalikkan tubuhnya, tidak memperdulikan Arthit, hingga Arthit mengerucutkan bibirnya, hanya sampai disitu Kongpob berusaha, Arthit kira akan lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]
Fanfiction[COMPLETED] Sequel Of Slave [Krist & Singto] "Ahhh, sakit." "Arghhh, kau sangat sempit sayang." Seseorang pria yang berada di bawah kukungan pria tampan itu hanya menatap pria itu dengan tatapan tajam, seolah ingin membunuhnya. "Lepaskan aku, Brengs...