Crazy Love - 28

4.9K 493 153
                                    

Siang hari itu, Krist mendudukkan dirinya di ruang keluarganya sembari memangku Kaleena dan memberikan cucunya itu susu. Tidak lama kemudian derap langkah kaki seseorang bergema ke setiap sudut ruangan itu, bisa Krist lihat ada Singto yang mengerucutkan bibirnya, dan mendudukkan dirinya di samping Krist.

"Kau pikir terlihat imut memasang wajah seperti itu?"

"Kau membereskan file-file ku ya? Kau pindahkan kemana? Aku mencarinya tidak ada, aku membutuhkannya sekarang."

"Lebih baik mana aku membereskannya atau membakarnya?" Tanya Krist dengan tajam, "sudah aku bilang jika itu penting jangan meletakkannya sembarangan, tapi kau tidak pernah mendengarkan ucapanku."

Keluh Krist, sembari menatap ke arah cucunya, tidak mau anak Arthit kaget begitu mendengar Krist berbicara kasar kepada Singto, tetapi Singto memang selalu saja membuat Krist ingin mengumpat setiap melihatnya.

"Itu file penting bagaimana bisa kau mau membakarnya?"

"Lebih baik kau diam saja, sebelum aku memecatmu nanti."

"Bagaimana bisa kau mau memecatku dari kantorku sendiri?"

"Aku pemiliknya jadi terserah aku mau apa."

Krist mengangkat bahunya acuh, sembari mengusap-usap rambut cucunya. Singto yang mendengar itu hanya bisa terdiam, membunuh istri sendiri kira-kira dosa atau tidak ya.

"Menyesal aku memberikan semuanya padamu."

"Penyesalan selalu datang belakangan tuan Singto."

Pria paruh baya itu tersenyum meledek ke arah Singto, hingga Singto mendengus kesal ke arah Krist.

"Jika aku berhasil membunuhmu, semuanya akan kembali lagi padaku."

"Kau tega membunuhku memang?"

Gelegan pelan keluar dari Singto, sembari menyandarkan kepalanya pada bahu Krist, mencari kenyamanan pada istrinya itu.

"Kau kan tahu aku tidak bisa hidup tanpamu."

"Kau sudah tua berhenti mendramatisir keadaan."

"Phi serius, sayang."

"Iya, aku tahu," Krist menengokan kepalanya ke arah sampingnya, "jangan manja, kau tidak malu di lihat anak kecil?"

"Tidak, Leena bahkan tidak tahu apa yang aku lakukan." Tangan Singto mengusap kepala cucunya itu, "dia mirip Arthit ya?"

"Tidak, dia mirip Arha. Dia sangat manis tidak rewel dan pendiam. Berbeda dengan Arthit."

"Arthit sepertimu."

Krist menatap jengah Singto, "Tidak sadar diri kau itu, Arthit mirip sepertimu selalu marah-marah tidak jelas."

"Kapan aku pernah begitu?"

Singto tidak terima Krist mengatakan jika dirinya seperti itu, Singto sudah berusaha menjadi baik, semenjak bersama dengan Krist.

"Kau itu selalu saja tidak mau mendengarkan orang lain, tapi ingin orang lain mendengarkanmu. Kau itu egois."

"Phi tidak seperti itu."

"Kenyataannya seperti itu, jadi jangan membantahku. Aku tidak suka di bantah!"

Ingatkan Krist pada Singto, hingga sebuah anggukan keluar dari Singto. Meskipun Krist heran sebab Singto selalu menuruti apa yang dirinya mau, kadang bahkan permintaan Krist itu tidak wajar, akan tetapi Singto masih saja mau menurutinya.

Setiap Krist bertanya, Singto selalu menjawab jika dirinya tidak mau kehilangan seseorang lagi. Cukup sekali dulu, dan sekarang tidak mau lagi. Krist mengerti apa yang Singto maksud, membuat selalu berpikir, jika dulu Singto berani memperjuangkan kakaknya, dan bersama dengan kakaknya.

[25]. Crazy Love { Sequel Of Slave } [ Kongpob x Arthit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang