44. basket & cherleaders

521 31 6
                                    










"Woy bang....." teriak Ari menggantung.

"Apaan, bangsul.. lo mau bangunin gue? Gue udah cantik keles" ketus Alin.

Alin kemudian menyerobot Ari yang masih berdiri sambil melotot di ambang pintu kamarnya. Bergegas menuruni anak tangga dan berjalan menuju dapur.

Ari hanya geleng-geleng kepala. Biasanya jam enam kurang seperempat Alin masih saja malas buat beranjak dari kamarnya untuk mandi. Tapi pagi ini tidak.

Ari yang terlihat bego akhirnya menyadari kebegoannya kemudian menyusul Alin ke dapur.

"Pagi ma" sapa Alin pada mamanya.

"Pagi juga sayang.. abang kamu dimana?"

"Tuh..." tunjuk Alin pada Ari yang masih berjalan di tangga.

"Hmm papa jadi ke Bandung ya ma?" tanya Alin sembari mengambil nasi untuk sarapan dirinya sendiri.

"Iyaa.. tadi mama sama bang Ari yang nganterin ke stasiun" jelas Sintya pada putri kesayangannya itu.

"Kok Alin ngga diajak sih ma?" tanya Alin sedikit bersedih.

"Gimana mau ngajak, tidur aja kek kebo gitu" sahut Ari yang sudah duduk di salah satu kursi.

Pasalnya Reno, papa dari Ari dan Alin selalu menolak jika ada kerjaan di luar kota. Baginya sesibuk apapun pekerjaanya, keluarga janga sampai ditinggalkan.

Tapi kali tidak. Dengan berat hati meninggalkan keluarganya dia harus memenuhi pekerjaanya di Bandung.

Jam dinding menunjukkan pukul enam lebih dua puluh menit. Ari sudah siap melajukan motornya meninggalkan rumah dan berangkat ke sekolah. Tapi Alin jauh lebih dari siap karena sudah lima menit menunggu abangnya yang sedang memanasi motornya.

Karena Alin tahu seberapa kesiangannya dia dan Ari berangkat sekolah, Ari selalu bilang kalau dia tak pernah terlambat sampai di sekolah.

Entah sekolah Ari yang masuk pukul setengah delapan pagi atau justru Ari yang rela kebut-kebutan di jalan agar bisa lolos masuk ke sekolah.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, Alin turun dari motor Ari, berpamitan pada Ari, lalu berlalulah Ari bagai ditelan tikungan.

drt drt drtt

Benda pipih yang begetar di dalam saku rok Alin membuat Alin harus mengambilnya.

Papa misscall

Alin segera mengangkatnya telepon dari papanya itu.

"Hallo pa, assalamualaikum"

"Hallo sayang walaikumssalam"

"Kenapa pa?"

"Maafin papa ya dek, tadi ngga sempet pamit sama kamu"

"Ihh papa kenapa juga ngga ngomong dari semalem?"

"Ya habis kelihatanya kamu lagi seneng tuh"

Me and You vs Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang