91. Rasya

729 36 4
                                    


Mau bahagia yang bagaimana lagi, intinya aku selalu bersyukur atas pemberian Tuhan tentang ini semua...

Dasar Aca aneh!

Ia bukannya memeluk Alin malah memeluk dokternya. Untung saja dokternya baik, mau aja dipeluk. Yaiyalah mau, Aca ganteng gitu.

"Aca lepasin"

"Ehh.. hehe maaf ya dok, refleks tadi" ucap Aca yang sudah melepas pelukannya dan sang dokter hanya tersenyum geli.

"Iya saya mengerti pasti bapak bahagia atas kabar ini. Dan saya minta tolong jaga kesehatan dan pantau aktivitas istrinya ya pak agar kandungannya baik-baik saja" jelas sang dokter.

"Siap dok, laksanakan" kata Aca sembari memberikan tanda hormat kepada dokter.

"Baiklah saya permisi dulu"

"Iya dok terima kasih"

Aca lalu memandang Alin. Senyum Aca selalu membuat Alin adem. Bahagia juga suamiku ini.

"Apa?" ketus Alin.

"Gemeeeeeessss.. alhamdulilah akhirnya" ujar Aca dengan menyubit pipi Alin.

"Iyaaaa tapi kaga usah pake nyubit pipi napa sih"

"Yodah yuk pulang. Mau aku gendong?"

"Ish! Nggausah, aku bisa jalan kok"

"Hmm beneran? Kesempatan ngga datang dua kali loh"

"Hah! Apa kamu bilang? hahaha"

Aca menggaruk kepalanya heran. Apa yang lucu dari perkataanya? Padahal mah itu biasa. Duh, mungkin ini bawaan ngidamnya Alin.

"Lucu ya?"

"Iya lucu, banget malah"

"Apanya yang lucu?"

"Kamu"

"Ahh udah, aku bingung sendiri kamu ngomong gitu. Perasaan juga biasa aja"

"Hehe yodah yuk pulang, takut ada yang ngambek"

"Mulai sekarang ngga gitu deh, asal kamu nurut sama aku. Apalagi sekarang udah ada debay di perut kamu"

"Siap My lovely husband"

_____💑_____

huekk.. huekk

"Maaaaa... buang bawangnya"

"Kamu tuh kenapa?"

"Pa suruh mama buang bawang, cepet pa huekk... cepet!!!"

Hery heran dengan keadaan pagi ini. Ia lebih heran lagi ketika melihat Aca sepagi ini muntah-muntah. Padahal dia belum sarapan atau makan apapun.

Karena Aca memintanya untuk menyuruh mamanya membuang bawang yang ia maksud, dengan cepat pula Hery menghampiri Rie yang tengah masak itu lalu menyampaikan kemauannya.

Alin yang baru saja menjemur pakaian di belakang rumah pun juga ikut heran mendengar ada orang muntah-muntah di dalam rumah.

Alhasil setelah selesai menjemur ia pun masuk ke dalam rumah. Yah, Aca lah yang tadi muntah-muntah.

"Kamu kenapa?" tanya Alin yang kini sudah menghampiri Aca duduk lemas di anak tangga.

Disentuhlah kening dan leher Aca. Dia baik-baik saja, suhu badannya juga stabil. Tapi raut wajah Aca pucat dan lemas.

Me and You vs Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang