75. Desainer Cantik Perancang Hatiku

414 30 12
                                    


Jika datangmu hanya membawa luka ku mohon jangan datang lagi..

🍁

Sudah pukul sebelas malam, dan acara peresmian butik baru milik Alin juga sudah selesai. Semua tamu juga sudah pulang, pun dengan kedua orang tua Alin.

Bang Ari? Jangan tanya, dia sok sibuk, mana mau dia datang ke acara peresmian butik barunya Alin.

Tapi berbeda dengan Alin dan Diva yang masih nangkring di cafe seberang jalan dari butik Alin.

Awalnya Alin ingin mengundang para ciwi-ciwi lainnya tapi karena Diva melarang alhasil mereka cuma berdua saja.

Diva memang ada perlu empat mata dengan Alin. Ini soal acara pernikahannya dengan Diat yang akan dilaksanakan kurang lebih tiga bulan lagi.

"Gimana, lo ngga repot kan?" tanya Diva agak ragu.

"Apasih lo kek sama siapa aja. Beres lah ya, asal lo sabar"

"Ta-tapi kan lo harus ngurusin nikahan bang Ari juga. Terus yang bantuin lo merancang semua baju siapa?"

Alin terkekeh, rupanya sekhawatir itu Diva jika baju pengantinnya tak bisa Alin kerjakan. "Lo yang tenang, gue udah ada temen"

"Bener?"

"Iya Diva, calon istrinya Diat"

"Tiga bulan lagi gaes, gue udah nyicil deg-degan nih"

"B aja napa sih Div haha"

"Ihh gua ngga bisa bayangin"

"Ngga usah dibayangin, ntar juga ngalamin kok"

Diva terdiam sejenak. Ia mengamati wajah Alin ketika temannya itu sedang meminum minumannya. "Lin?"

Alin langsung menatap Diva. Ada sorot sesuatu dari kedua mata Diva. Ya, Diva pasti mau mempertanyakan sesuatu.

"Lo ngga ada niatan buat nyari penggantinya Aca?" kali ini Diva benar-benar sangat hati-hati dalam mengutarakan pertanyaan itu.

Deg

'Andai lo tahu hati gue Div, gue masih nungguin Aca meski hati gue diselimuti rasa benci tiap kali ada yang nyebutin nama dia didepan gue ~ Alin'

"Woy Alin!"

"It-itu Div, gue masih bingung"

"Lo masih berharap ya Aca balik sama lo?" ini pertanyaan jleb banget ya.

"Lihat kedepannya aja ya Div, kalau kalian semua udah pada nikah dan gue belum doain gue aja cepet-cepet ngikutin jejak kalian"

Sepanjang dan sebijak apapun Alin menjelaskan perasaanya pada Diva atau orang lain, tetap saja mereka tak akan mengerti bagaimana perasaan Alin saat ini.

Hatinya masih ada Aca disana. Dia selalu berdoa agar Aca dan dirinya bisa kembali seperti dulu. Dengan takdir yang indah dari Tuhan pastinya. Tapi waktu itu hingga sekarang tak kunjung datang.

Tengah malam tepat pukul 00.00 WIB, Alin sudah kembali ke rumahnya. Dia juga belum bisa memejamkan matanya. Padahal besok adalah hari pertama dirinya untuk bekerja di butik yang baru saja ia resmikan tadi.

tok tok tok

Melihat kamar Alin yang masih terang, seseorang dengan beraninya mengetuk pintu kamarnya. Tanpa Alin membukakan pintu itu, seseorang itu sudah seenaknya nyelonong tanpa permisi.

Dengan satu tangan yang masih mengucek-ucek kedua matanya, orang itu setengah sadar menyodorkan sesuatu pada Alin. "Nih buat lo, hoammm.." ucapnya lalu berlalu kembali dan menutup pintu kamar Alin.

Me and You vs Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang