71. Fasha special woman ?

412 30 7
                                    


Pergilah jika hatimu tak mampu menetap, setidaknya kita tak sama-sama saling terluka karena menunggu..

🍁

Tak ada satupun dari mereka yang mengetahui keberadaan Alin. Seharusnya mereka langsung mengejar kemana Alin berlari, bukan justru menghentikan langkah dan malah berbicara pada Aca.

Suasana kota siang itu cukup ramai. Cahaya matahari juga bersinar sangat teriknya. Sudah setengah jam mereka berempat berkeliling-keliling mencari keberadaan Alin. Naya justru sudah pingsan karena kelelahan saat ia nekat berlari-lari. Dan Putra lah yang pada akhirnya membawa Naya kembali ke hotel.

"Sumpeh gaes kita mau cari kemana lagi" pekik Zaki dengan kondisi wajahnya sudah berlumuran keringat.

"Gue capek" Diva merintih saking memang dia kecapekan dan kepanasan.

"Gue anterin ke hotel Div" tawar Diat namun Diva malah menatapnya datar.

"Ngga perlu Yat, makasih" Diva.

"Anjir! Gue pengin jus mangga" dalam situasi seperti ini Rafly masih mampu melawak, kurang ajar.

Plak

"Aww... sakit dodol" Zaki tak tanggung-tanggung menampar pipi Rafly.

"Inget situasi! Disini mana ada yang jualan jus mangga?" Zaki.

"Yang ada jus kenyataan ply" ucap Diva, sontak membuat Diat bungkam.

Diposisi Aca, dia juga sama berusahanya mencari keberadaan Alin. Banyak tempat yang sudah ia kunjungi di sekitar itu tapi dia juga tak menemukan Alin.

Kali ini kesalahan terbodoh Aca entah untuk keberapa kalinya. Dan dia juga baru ingat bahwa poselnya sejak tadi pagi lowbat. Hingga tak ada satupun yang bisa menghubungi dirinya.

Sepulang dari hotel subuh tadi, dia mendapati Bryan yang memberinya sebuah surat. Surat itu dari Monica, yang memohon padanya untuk ditemani jalan-jalan seharian ini.

Karena Bryan juga, Aca mengiyakan isi surat itu. Andai Bryan tahu kalau Alin berada di London mungkin dia tak akan meminta Aca untuk mengiyakan pesan dari Monica.

Aca sudah kelelahan, dia bingung mau berjalan ke arah mana lagi. Yang ia takuti Alin menghilang di kondisi ramainya kota London siang itu.

"Maafin aku" hanya kalimat itu yang muncul dari mulutnya.

🍁

Alin tak tahu dia berada di tempat apa itu namanya. Yang jelas dia ingat bahwa sebelumnya ia dan keenam temannya kemarin sudah melewati tempat itu.

Dia duduk termenung di sebuah kursi. Tak banyak juga orang-orang berlalu lalang dihadapannya. Tempatnya seperti taman, tapi dia tak berada di pusat tamannya, melainkan diluar dari kawasan taman.

Air matanya masih menggenang di kedua matanya. Isakan demi isakan terus terjadi. Dia juga selalu mengusap air mata yang selalu turun ke pipinya itu.

Mulutnya tak mampu berucap, hanya hatinya saja sangat pilu.

"Hello, good afternoon" cepat-cepat Alin mengusap bersih sisa-sisa air matanya setelah ada seseorang yang tiba-tiba sudah duduk di sampingnya.

"Oh good afternoon" jawab Alin.

"Hmm are you okay?"

"Yes I'm okay"

Seseorang tersebut heran dengan balasan pertanyaanya. Alin mengatakan dia baik padahal sangat jelas dia sedang tak baik-baik saja.

Me and You vs Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang