48. Selanjutnya ?

450 25 0
                                    

Aku sakit jika kamu menjauh, tetap disini karena kamu yang aku butuhkan, bukan, dia...

Ajeng memberanikan diri mendekati Alin yang asyik dengan poselnya. Aca sudah pergi tentunya tak lupa pula dengan tasnya.

Dia harus menjelaskan semuanya terhadap Alin. Meski yang seharusnya melakukan itu adalah Aca. Tapi makhluk satu itu sudah menghilang.

"Alin..." panggilnya dan si pemilik nama hanya menatap datar.

Seolah bertanya 'kenapa' dan Ajeng mengerti itu."Gue mau jelasin yang tadi, gu..." ucapan Ajeng terpotong.

"Ngga perlu lo jelasin, gue cuma butuh penjelasan dari Aca" sahut Alin sukses memotong perkataan Ajeng.

"Aca ngga salah Lin, gue mohon lo jangan marah sama dia.. apalagi.. nampar dia kek dulu" wajah Ajeng beringsut.

"Kenapa? Atau jangan-jangan lo juga suka sama dia?" pertanyaan itu sontak membuat Ajeng langsung menggelengkan kepalanya.

"Gue baru tau Lin kalau Aca pernah punya rasa sama gue dulu.. tapi sekarang Aca milik lo dan gue.. udah ada Rafi" lontarnya yakin.

Alin seperti melihat kebenaran pada ucapan Ajeng barusan. Tapi semua tak secepat itu. Dia masih butuh waktu untuk mengungkap semua yang sebenarnya terjadi.

Tak ada petir lagi, hujan juga sudah berhenti, Rafly datang seolah menyelamatkan. "Lin, lo ditungguin Naya, Diva, Salma diluar" ujarnya lalu kembali berjalan.

Alin memandang Ajeng sebentar, "Makasih udah jelasin itu.. jangan berpikir gue marah sama lo" Alin melangkah meninggalakan Ajeng, kata-katanya membuat Ajeng yakin bahwa Alin benar-benar tak marah padanya.

skip rumah Aca

Tak tahu sudah berapa lama Aca tiduran diatas lantai kamarnya. Ia heran dengan matanya sendiri. Ia frustasi ingin membanting benda-benda di sekitarnya. Tapi matanya justru beberapa kali meneteskan air mata.

Sungguh suatu kebingungan yang pada akhirnya memuncak. Kapan berakhirnya, ia sendiri tak tahu.

Kenapa ketika bahagia di depan mata, kejadian dulu, perasaan dia yang dulu, kini dengan mudahnya kembali terungkap. Kenapa disaat dia telah jatuh cinta pada seorang gadis yang berbeda, hubungannya harus terusik dengan kenyataan masa lalunya.

Air mata Aca sudah mengering, tapi dia belum mau bangun dari tidurnya. Mata sembabnya memandangi bingkai foto Alin.

"Lo harapan gue, lo yang gue butuhin.. jangan tinggalin gue" Aca terlalu galau padahal dia laki-laki.

Tangisnya akibat rasa bingung dirinya dengan kejadian tadi pagi. Apa yang Saputri dan Dini katakan memang benar adanya, tapi itu semua masa lalu. Kini hatinya sudah ada orang lain yang menempati, bukan lagi Ajeng melainkan Alin.

Aca tak tahu akan kehadiran seseorang yang tengah berdiri berlawanan arah darinya. Andai kejadian tadi tak terjadi, mungkin dia akan menyeret tubuh Aca agar berdiri dan bangun dari tidurnya yang salah tempat itu.

flashback on

"Gue mau nemui Aca Nay" pinta Alin agar Naya tak berhenti dirumahnya dan langsung menuju rumah Aca.

"Heh, lo ganti baju dulu.. trus makan trus mandi sekalian juga boleh" larang Naya.

"Tapi gue pengennya sekarang Nay" Alin mencoba memelas agar diiyakan oleh Naya.

"Ngga, gue ngga mau anterin lo ke rumah Aca.. pokoknya lo harus nyampe rumah lo dulu" penjelasan Naya memperkeruh semangat Alin untuk menemui Aca.

flashback off

Me and You vs Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang