50. sukses noh Fly

455 27 3
                                    

Jangan salahkan aku jika aku terlalu mengkhawatirkanmu...

Jam pelajaran ketiga pun dimulai. Saatnya berganti dengan pelajaran olahraga. Semua murid kelas XI MIPA 1 sudah siap dengan pakaian olahraga mereka masing-masing. Tinggal keluar dari kelas, menuruni tangga lalu berbaris ditengah-tengah lapangan.

Pagi itu matahari tak terlalu bersinar terik, mungkin karena sebelumnya awan mendung telah menyelimuti langit sehingga matahari masih malu-malu untuk mengeluarkan cahaya sepenuhnya.

Ketika semua teman-temannya masih belum beranjak dari kelas atau mungkin dalam perjalanan menuju lapangan, Diat dan Rafly sudah terlebih dahulu berada di lapangan. Keduanya nampak bahagia. Pak Rahman, sang guru olahraga ternyata hari ini akan mengadakan penilaian cabang olahraga atletik yaitu lari. Jadi tak perlu banyak meminta pun tak perlu banyak berakting demi membujuk pak Rahman agar beliau mengiyakan usulan Diat dan Rafly.

Sesaat kemudian semua murid kelas XI MIPA 1 sudah berkumpul semua ditengah-tengah lapangan, berbaris dengan rapinya. Pak Rahman akan mengarahkan mereka untuk jam pelajaran beliau pada hari ini. Rafly deg-degan, akankah rencananya brhasil? Lalu apakah Alin dan Ajeng akan pingsan? Naas kalau sampai terjadi. Tapi itu semua demi.

"Oke baikklah, pagi ini saya akan mengadakan penilaian olahraga atletik yaitu lari, yang kemarin sempat tertunda karena saya berhalangan hadir. Jadi sebelum memulai penilaian kalian semua harus melakukan pemanasan terlebih dahulu" ungkap pak Rahman yang kemudian mendapat anggukan dari semua muridnya.

Keringat menetes di peluh Alin, ia mengusapnya dengan tangan kosong. Matahari pasalnya tak terlalu terik, dia pun juga belum mulai olahraga, tapi keringat sudah menetes di sekujur tubuhnya.

Diposisi Ajeng, dia juga merasakan hal yang sama. Dia takut tak sanggup melewati penilaian ini. Takut pula nilai pelajaran olahraganya akan kosong. Zahra justru khawatir pada Ajeng, ia khawatir Ajeng akan berhenti di tengah jalan dan didiskualifikasi tanpa sedikit pun nilai.

Kekhawatiran Aca berbeda dengan Zahra. Dia terus memandangi Alin. Dia dapat melihat beberapa kali Alin mengusap keringatnya. Dalam hatinya berharap tak akan terjadi apa-apa dengan Alin saat penilaian nanti.

"Yat, kok gue kasihan ya?" ada rasa kasihan dalam benak Rafly, apalagi dia dapat melihat ketegangan Alin meski dalam jarak yang tak terlalu dekat.

"Demi ply demi" hanya itu yang Diat katakan.

Akhirnya penilaian olahraga lari pun dimulai. Karena satu kelas berjumlah 32 murid maka pak Rahman mengambil empat murid dalam satu kelompok, urut berdasarkan nomor absen mereka. Hanya bedanya mereka dikelompokkan. Dimana tim murid laki-laki terlebih dahulu berlari dan yang terakhir barulah tim murid perempuan.

Sorak sorai bergema di tengah lapangan. Saling menyoraki dan memberi semangat agar bisa mencapai garis finish terlebih dahulu. Siapa yang berhasil memecahkan rekor dengan waktu yang paling sedikit saat berlari maka dialah yang mendapat nilai tertinggi.

Kini giliran tim murid perempuan. Pak Rahman sengaja tidak mengurutkan berdasarkan nomor absen. Dan itu juga diluar dugaan dari rencana Rafly. Saat tim pertama disebutkan, banyak yang merasa deg-degan karena takut jika tak bisa mendapat nilai sebagus mungkin.

Ternyata tim pertama dan kedua  murid perempuan bukanlah timnya Alin maupun Ajeng. Ajeng justru menempati di tim ketiga. Setelah itu giliran timnya Alin.

Bersama ketiga temannya, Ajeng berhasil menyelesaikan penilaian itu. Dia bangga akan dirinya karena sanggup mengikuti sampai di garis finish. Namun sangat disayangkan, seketika kepalanya merasa pusing dan badannya mulai melemas. Zahra sudah diposisi di dekat Ajeng. Dia sudah siap siaga jika Ajeng akan pingsan seperti dulu lagi.

Me and You vs Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang