68. London so crazy

335 26 0
                                    


Aku datang karena alasan
Kamu pergi juga bukan tanpa tujuan
Seikhlas aku melepasmu bukan berarti ku bisa tanpamu setiap hari
Nyatanya tanpamu hariku sengsara
Indah? Tidak
Bahkan aku tak tahu
Dengan apa yang sebenarnya terjadi
Aku memilih bungkam
Karena tahu pun itu hanya menyakiti diriku

🍁

London, Inggris

Semilir angin menerpa kulit ketujuh pemuda asli Indonesia yang kala itu telah memijakan kakinya di negerinya Ratu Elisabeth itu.

Liburan musim panas yang menyenangkan, mungkin. Liburan termewah bahkan termahal pertama kali untuk ketujuh pemuda tersebut.

Negeri yang sangat indah, mungkin itulah argumen dari mereka semua ketika mereka memijakan kakinya di London, Inggris.

Belum pernah mereka bertujuh keliling Indonesia, tapi kali London lah yang menjadi tujuan liburan mereka. Tak hanya liburan, mereka juga ingin menemui seseorang.

Saat itu mereka sudah berada di sebuah hotel. Yang bilamana harga sewa hotel jika dirupiahkan termasuk murah dan pas untuk mereka.

Alangkah bersyukurnya mereka ketika semua barang-barang bawaan mereka dapat mereka bawa semua sampai ke London. Benar-benar memalukan.

Awalnya mereka ingin memesan satu kamar saja, biar irit tapi karena Diva, Alin dan Naya tak mau alhasil mereka menyewa dua kamar.

Rasa lelah kini sudah menghampiri tubuh mereka. Perjalanan yang memakan waktu kurang lebih lima belas jam itu harus membuat mereka sampai di tempat tujuan pukul sepuluh malam waktu setempat, kalau di Indonesia pukul lima pagi.

Tidur adalah pilihan mereka agar mereka besok bisa mulai menikmati suasan kota London.

"Gue ngga sabar buat ketemu Aca" Naya mendengus sembari memperhatikan dirinya pada sebuah cermin besar.

"Nay, pacar lo itu Putra bukan Aca. Ngapain jadi lo yang ngga sabaran sih?" iya memang benar apa yang dikata Diva.

"Lo lupa sesuatu?" pertanyaan Alin membuat Naya dan Diva mengeryit, maksud dia apa.

"Apa?" ucap Naya dan Diva.

Kedua tangan Alin masih sibuk memberesi barang-barang yang perlu dikeluarkan dari koper, pun juga meletakkan semua barang bawaan agar terlihat rapi. "Emang kita semua tahu dimana asrama Aca?".

"Omygat!" bagitulah Diva berucap.

Sedang Naya justru menepuk keningnya. Terlalu bodoh! Jauh-jauh sampai di London tapi tak tahu dimana Aca tinggal, memalukan!

"Gue berasa jadi orang terbodoh di seluruh muka bumi ini" pasrah itulah yang Naya lakukan.

"Makanya kalau mau merencanakan sesuatu itu yang mateng, jangan main berangkat gitu aja. Kita ngga mungkin nyuruh Diat buat nanya sama Aca kan dia tinggal dimana"

"Udah woy! Tidur aja, besok kita pikirin lagi. Capek gue nambah kalau disuruh mikir gimana caranya dapet alamat Aca di London" kali ini Diva terlalu santai tapi mungkin ada benarnya.

Pukul sebelas waktu setempat, Alin, Naya dan Diva sudah sama-sama memejamkan mata. Di kamar sebelah, Diat, Rafly, Zaki dan Putra juga sudah tertidur pulas.

Besok harus bertemu Aca, itu adalah harapan mereka semua. Seolah orang-orang yang tak bisa mengikuti mereka ke London memberi mereka amanah agar mereka bisa menemui Aca dan memberikan apa yang sudah dititipkan untuk Aca.

Sinting! Bahkan yang sudah sampai di London pun sama sekali belum tahu keberadaan Aca.

Fiks, ini terlalu nekat, terlalu yakin dan entah ada sesuatu yang mendorong mereka agar sampai ke London.

Me and You vs Our Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang