Part-6

2.6K 218 30
                                    

Aku baru saja selesai menonton konser Tulus, tapi tidak dengan kak anggis. Aku pergi bersama sahabat-sahabatku. Aku begitu menikmati suara Tulus, aku merasa suaranya seperti namanya Tulus.

"Langsung pulang atau nongkrong dulu?". Tanya friden. "Enaknya kemana ya?".

"Lo ditanya malah nanya balik". Ucap friden kesal, aku hanya membalasnya dengan cengiran khas. "Kedai martabak yuk, sambil ngopi disana". Ujar clinton.

"Setuju". Sahut william. "Ini cewek-cewek pada kemana dulu?". Timpalnya, aku datang kesini tidak hanya dengan mereka tapi ada charisa, joa dan juga anneth.

"Toilet".

"Nah tuh mereka..". Ucap friden, dan itu membuat kami otomatis memutar pandangan untuk melihat mereka.

"Girls kita mau nongkrong dulu.. kalian mau ikut?". Tanya friden, aku hanya diam karena memang urusan perempuan friden selalu menjadi juaranya. "Kemana?". Jawab anneth.

"Kedai martabak".

"Yuk cuss..". Seloroh charisa, masalah makanan memang selalu tidak akan berpikir panjang untuk seorang charisa. Aku hanya menggeleng melihat tingkah charisa itu. "Tunggu apalagi, ayo berangkat". Ucap anneth, joa juga seperti tidak sabar untuk pergi.

"Neth, kamu sama aku ya". Ucap friden.

"Sumpah demi apa? Aku-kamu? Geli dengernya". Ucapku dan tertawa. "Sialan lo dev". Jawab friden dan menoyor kepalaku. Yang lain ikut tertawa.

"Selama kita sekelas lo gak ada tuh pake aku-kamu ke gue". Ucap charisa. Aku rasa friden menyesali perbuatannya itu, aku hanya menahan senyum.

"Udah-udah kalo gini terus gak akan pergi". Lerai william.

"Gue sama deven deh den". Ucapan anneth, sontak membuat mataku terbelalak. Kenapa harus aku? Tidak bisakah ia melihat ekspresi friden yang tidak menyukai aku dekat dengannya.

"Gue pake motor". Jawabku.

"Gak papa, itu sebabnya gue pengen sama lo".

"Ekhem.. oke gue sama lo deh den". Sahut charisa mencairkan suasana. "Ya udah ayo". Jawab friden dan langsung berjalan lebih dulu daripada aku dan yang lain. Joa ikut dengan william, karena memang mereka sudah akrab sejak dulu. Dan clinton sendiri, kenapa tidak aku yang sendiri. Aku berdecak dalam hati. Aku memperhatikan ke arah anneth, yang sedang menatap ke arah lain.

"Ayo, ngapain berdiri disini?". Ucapnya menarik tanganku, aku terbelalak dengan perlakuannya. Tangan kananku langsung memegang ke dadaku, entah kenapa jantungku seakan tidak normal ketika tangannya menyentuh tanganku.

"Neth". Panggilku dan menghentikan langkahnya. Semua yang ingin aku ucapkan seolah berperang di dalam otakku.

"Apa?". Tanyanya dan menatapku. Aku mengambil lengannya, dan menyimpannya di dadaku. Aku ingin memberitahunya tentang apa yang terjadi pada jantungku, ketika ia melakukannya.

"Kenapa jantung gue kayak gini?". Tanyaku pelan, ia menatapku. "Lo tau kenapa ini?". Tanyaku lagi. Anneth menatapku, tak lama tawanya meledak.

"Dev, lo gak pernah di pegang cewek?". Tanyanya dengan wajah yang masih dihiasi tawa. "Pernah..". Jawabku.

"Sama siapa?". Tanyanya. "Nyokap, kakak, sama ucha". Anneth semakin tertawa terbahak-bahak. Aku bertanya-tanya apa yang salah dengan jawabanku.

"Apa yang lucu?".

"Elo lah.. haha".

Aku langsung pergi meninggalkannya yang sedang tertawa, aku benar-benar tak mengerti kenapa ia tertawa.

Music is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang