Part-41

1K 84 1
                                    

"Deven tunggu apalagi, lakukan operasi itu. Dokter alif sedang tidak ada..". Ucap dokter fahmi.

"Baik dok".

Aku akan melakukan operasi pertama ku sekarang, ini kesempatan emas untuk aku bisa membuktikan bahwa aku mampu. Aku memanggil asisten ku untuk mempersiapkan semuanya. Banyak harapan yang aku tanggung dari keluarga pasien aku tidak boleh gagal.

"Dokter, semuanya telah siap". Ucap salah satu suster. "Baik, sebelum kita melakukan operasi ini ada baiknya kita berdoa.. berdoa menurut kepercayaan masing-masing dipersilahkan". Ucapku, yang lain menundukan kepalanya. Ada 6 orang yang akan membantu ku saat ini. Semoga Tuhan berkati.

Deven melakukan operasi itu dengan sangat telaten, ia tidak mengalihkan pandangannya pada apa pun. Setelah berada 3 jam di ruang operasi ia keluar ruangan.

"Dok gimana dok anak saya?". Tanya seorang ibu dengan isak tangisnya. "Puji Tuhan operasinya berhasil, kita tunggu dua jam dari sekarang ya bu.. tenang aja anak ibu kuat". Jawabku, mengusap bahunya.

Aku masuk ke ruangan ku untuk sejenak beristirahat, ternyata memang sangat lah mendebarkan aku benar-benar merasa tidak tenang. Doa-doaku semoga Tuhan kabulkan, untuk memberikan kesehatan kembali pada pasien ku.

"Nih..".

"Makasih nad". Ucapku. Aku menerima segelas air dari Nadine. Nadine Abigail itu adalah anak dari pemilik Rumah Sakit ini, aku dekat dengannya baru-baru ini. Ia baik dan tidak pernah menggunakan kekuasaan ayah nya untuk apa pun. Bahkan posisinya sama seperti ku, ia tidak minta di tempatkan di posisi yang lebih tinggi pada ayahnya. Ia bilang ia akan dapatkan semuanya lewat kerja kerasnya, aku kagum dengan perempuan seperti Nadine.

"Gue yakin lo bisa kok dev.. ayah gue juga bilang kalo lo bukan dokter sembarangan". Ucapnya di iringi senyum. "Makasih ya..".

"Makasih mulu deh, kebiasaan".

"Abis lo baik terus jadi gue harus makasih terus". Jawabku terkekeh. Aku melihat jam di tanganku, baru jam 1 masih jauh ke jam 3.

Aku mengobrol banyak dengan Nadine, tentang langkah aku dengannya untuk nanti. Tentang kehidupannya juga kehidupanku.

"Dev lo punya pacar?". Tanyanya, apa yang harus aku jawab ini.

"Punya nad". Jawabku akhirnya.

"Oh ya? Siapa?".
Sudah aku duga bahwa ia akan bertanya ini jika aku menjawab punya.

"Backstreet". Jawabku.
Nadine tidak menanyakan lebih dalam, ia paham aku punya privacy akan hal itu.

Dia juga pernah menanyakan tentang pemberitaan ku bersama charissa ia menganggap itu benar padahal itu tidak sama sekali, aku menjelaskannya dan dia mengerti.

"Yaa masuk". Ucapku ketika mendengar ada yang mengetuk pintu. "Dok pasien dokter..". Kata suster itu, sebelum ia melanjutkan kalimatnya aku segera berlari menuju ruangan pasien yang ku tangani satu jam setengah yang lalu.

Aku langsung melakukan gerakan cepat dan memeriksanya. Aku memeriksa detak jantung juga keseluruhannya.

"Selamat dokter.. dokter telah berhasil". Ucap suster susi. Aku mengusap wajahku, terimakasih ya Tuhan..

Aku sangat bersyukur untuk keberhasilan ku hari ini. Tuhan telah memberkati ini semua.

"Terimakasih juga untuk bantuan yang suster lakukan.. tanpa kalian saya juga tidak akan berhasil". Suster itu tersenyum hangat. Aku menuju keluar ruangan dan mendapati Nadine juga berada disana ia langsung menghambur memelukku, awalnya aku tidak nyaman tapi aku seberusaha mungkin membalas pelukannya.

Music is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang