Part-44

980 78 3
                                    

•Charissa•

"Mbak, saya mau ketemu sama pak clinton ruangannya di sebelah mana?".

"Maaf mbak sudah buat janji?".

"Belum mbak, gak sempet ini aja saya baru beres acara". Jawabku. Aku lupa bahwa clinton adalah direktur disini, tentu saja untuk bertemu dengannya sulit. Dan wanita di hadapan ku ini dilihat dari name tagnya ia bernama sinta dan dia sangat seksi. Entah ia sekretaris atau selingkuhan clinton disini.

"Maaf mbak tidak bisa, jika ingin bertemu dengan bapak clinton harus buat janji terlebih dahulu".

Charissa berdecih.

"Tunjukan dimana ruangannya saja, saya ingin bertemu dengannya".

"Tidak bisa, pak clinton tengah melaksanakan meeting mbak". Nadanya seperti mengajakku bertengkar.

"Tunjukan atau besok mbak tidak akan memakai pakaian kurang bahan itu lagi?".

Matanya menatapku tajam aku melipat tangan di dadaku. "Apa? Apa disini lo mau jual tubuh lo itu? Gue gak abis pikir kenapa lo di pekerjakan disini".

Sinta maju mendekati charissa dan mendorong bahu charissa cukup kuat.

"Woww..". Ucapku dan bertepuk tangan tepat di depan mukanya. "Gue gak ada niat ngajak ribut tapi lo duluan yang buat gue susah, gue kesini cuma mau ketemu clinton dan gak ada niat buat ngabisin waktu buat ngobrol sama orang kayak lo!". Tegasku.

"Lo pikir lo siapa bisa seenaknya ketemu direktur perusahaan ini hah?". Tantangnya. Aku menatapnya datar, aku merasa tidak ada gunanya jika aku harus berdebat dengan orang sepertinya.

"Bee, kok gak ada bilang sih mau kesini?".

Clinton merangkul charissa dan charissa menatap clinton tajam sedangkan yang di tatap merasa kebingungan.

"Udah lama disini? Kenapa gak nunggu di ruangan gue?".

"Mana ada nunggu di ruangan, ini jalang ngalangin gue dari tadi. Gue nanya ruangan lo dimana dia gak jawab malah nantangin gue tengkar!". Sungutku. Emosi ku sudah di ubun-ubun, apalagi wanita itu mendorongku. Aku tidak suka kontak fisik, jika saja aku bisa sejenak melupakan bahwa aku seorang publik figur maka aku akan menamparnya.

"Maaf pak, wanita ini memaksa ingin ke ruangan bapak saya sudah bilang bapak sedang ada meeting dan lagi jika mau bertemu harus membuat janji terlebih dahulu.. saya hanya menjalankan aturannya saja pak".

"Ngelarang sih ngelarang tapi gak usah pake dorong-dorong gue segala dong".

"Sinta ini charissa calon istri saya, lain kali jika ia datang langsung saja di suruh ke ruangan saya". Ucap clinton. Charissa sebenarnya sedikit merasa tersipu mendengar kalimat 'calon istri' tapi amarahnya sedang di ambang batas.

"Ahh.. maafkan saya pak". Sesal sinta, meski itu terasa sedikit di paksakan dan terkesan di buat-buat.

Clinton menghiraukannya dan menarik lenganku untuk mengikutinya. Mood ku rusak gara-gara wanita rubah tadi.. ketika sampai di ruangan ia mengajakku untuk duduk dengannya.

"Pecat dia!". Tegasku.

"Hah?".

"Kok hah? Gak mau mecat dia iya? Karena dia seksi? Karena dia can..".

Clinton menyimpan telunjuknya di bibirku dan menggelengkan kepalanya. "Ssttt.. ya jangan marah-marah kayak gitu, tenang oke?".

Aku hanya berdehem dan menyandarkan kepalaku pada bahunya. "Tumben kesini? Ada apa?". Tanyanya dan menggenggam lenganku.

Music is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang