Sore ini, aku baru saja menginjakkan kaki di kamarku setelah mengikuti acara peresmian kantor cabang papah. Cukup melelahkan, dimana aku mengisi acara juga membantu segala keperluannya. Sepertinya menjadi dokter dan sekaligus menjadi seorang pembisnis juga cukup menyenangkan. Deven tersenyum dalam hati.
"Dek..".
"Masuk aja ma". Ucapku, karena aku sedang membereskan isi tasku dan aku tahu itu memang suara mamah yang memanggil.
"Kamu capek gak dek?". Tanya mamah, rasanya aku memang lelah tapi aku juga sudah terbiasa dengan kelelahan, lelahku saat ini tidak seberapa. Ini hanya lelah karena telah menempuh perjalanan cukup jauh saja.
"Engga terlalu mah.. kenapa?".
"Bagiin oleh-oleh bakpia ya ke temen-temen kamu, takutnya keburu kering banget nanti". Ucapnya, aku menghela nafasku. "Baiklah..".
Mamah hanya tersenyum dan meninggalkan kamarku, aku mengambil ponselku dan mengirimkan pesan di grup chat agar mudah daripada aku harus mengantarkannya ke rumah masing-masing lebih baik mengajak mereka berkumpul saja sekalian nongkrong. Aku bergegas untuk membersihkan diri setelah mengirim pesan di grup.
"Seger..". Setelah mandi aku merasa lebih fresh. Ponselku berbunyi tanda pesan masuk, aku melihatnya. Dan teman-temanku setuju. Aku langsung memakai jaket kulit coklat ku, dengan kaos putih dan celana jeans hitam ditambah sepatu sneakers berwarna putih. Setelah mengenakan jam, parfum dan menyisir rambut aku langsung turun ke bawah.
"Jadi mana aja yang harus dibawa?". Tanyaku pada mamah yang sedang duduk menonton televisi. "Itu yang di jinjingan merah kamu bagi rata ke temen-temen kamu.. nah yang warna biru itu khusus". Aku mengerutkan keningku.
"Itu buat calon menantu mama, anneth.. kamu kasih ke dia ya". Aku menepuk jidatku pelan lalu kemudian tersenyum. "Baik nyonya.. akan saya antarkan kepada calon menantu nyonya". Jawabku, mengikuti gaya seorang ajudan. Mamah hanya terkekeh.
"Hati-hati ya dek.. pulang jangan terlalu malam". Pesannya ketika aku pamit dan mencium tangannya. "Siap nyonya, perintah diterima..". Jawabku diiringi tawa, mamah hanya menggelengkan kepala.
Aku memasukan apa yang mamah titip ke dalam bagasi mobil, aku langsung menuju cafe 'be yourself', cafe favoriteku friden, clinton, dan william. Tapi kali ini bukan hanya mereka yang aku ajak, aku juga mengajak charissa, joa, nashwa dan kekasihku. Kekasih? Aku tersenyum, seminggu yang lalu sebelum pemberangkatan ke jogja aku meresmikan kembali hubungan ku dengan anneth, ah.. rasanya menyenangkan. Semoga tidak ada lagi yang memisahkan aku dengannya.
***
_Cafe_"Deven..". Teriak friden, yang tengah duduk bersama nashwa juga william. Sepertinya, yang lain belum datang. Aku tersenyum dan berjalan menuju meja yang di pilih oleh mereka sambil menenteng jinjingan oleh-oleh.
"Wassap bro..". Ucapku seperti biasa dan mengajak mereka tos. "Gimana sukses?". Tanya nashwa. "Tentu saja, masalah apa sih yang gak bisa gue selesaikan". Ucapku bangga.
"So-soan lo dev, masalah cinta kan gak segampang itu lo selesaikan". Bantah william. "Iya lo, segitu lo pernah galau berhari-hari juga..". Timpal friden.
"Tarik ucapan lo berdua, atau gue kasih oleh-oleh ini ke uwa semua..".
"Yaelah dev, gue becanda kali..". William berdecih. "Yaelah bego.. gue juga becanda kali". Jawabku, friden dan nashwa tertawa karena melihat ekspresi william yang memelas. Aku hanya tertawa ringan menanggapinya.
"Ketinggalan nih gue.. rame bener". Charissa datang dengan bergandengan tangan dengan clinton, aku menatap mereka. "Sorry.. sorry lupa..". Kekeh clinton. Aku pun tersenyum dan menyalami mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Music is Love
Romance#6 in Friend (Agustus) #4 in Bahasa (Agustus) Mari berbagi suka cita dalam nada, berbaur dalam melodi dan irama. Menjadikan semuanya sebagai nada-nada cinta. Kita buat semesta tersenyum karena nada, buat semua penghuni bumi mencintai irama. Karena...