Anneth
07.45Aku sudah siap dengan pakaian OOTD dan tengah menunggu deven menjemputku sesuai janjinya, aku menata rambut ku dengan baik agar terlihat lebih cantik di depan deven.
Aku berusaha menjalani hari-hari ku bersama deven kembali, meski pun aku sedikit terganggu dengan status ku yang belum pasti dengannya saat ini. Aku sadar, aku memang harus mengembalikan kepercayaan deven seutuh nya kembali padaku, karena semua yang rumit sekarang memang berawal dari salah ku. Meski pun aku dan deven sudah seperti saat dulu lagi tapi aku merasa gelisah ketika banyak sekali perempuan yang mendekati untuk sekedar mencari perhatiannya, dengan status yang belum jelas ini aku merasa belum memiliki hak apa pun untuk cemburu atau melarang deven dekat dengan siapa pun, meski aku paham deven adalah tipikal lelaki yang menjaga perasaan perempuan nya.
Aku mendengar suara mobil masuk ke halaman rumah ku, aku bergegas mengintipnya lewat jendela. Dan ya.. ternyata itu memang yang aku tunggu. Aku mengambil tas kecil ku dan melangkah keluar rumah. Aku muncul di hadapan deven tepat saat deven akan mengetuk pintu sehingga tangannya hampir saja mengetuk kening ku. Aku menatap ekspresi lucunya itu.
"Pagi". Sapaku dan tersenyum ke arahnya. "Ini pagi ya?". Tanyanya, seketika memudarkan senyum ku.
"Ya iyalah, masa iya malem".
"Aku gak nyangka aja, bidadari turun sepagi ini". Jawabnya, aku memukul pelan lengannya. Gombalan-gombalan receh yang ia keluarkan sering sekali membuat jantung ku berdetak tidak normal. "Selamat pagi". Ucapnya, mengulangi sapaan ku tadi.
"Pagi".
Aku tersenyum lagi, ketika bersamanya memang tak ada lagi yang bisa ku lakukan selain tersenyum dan tertawa meski pun ada beberapa sikapnya memang menyebalkan tapi itu adalah hal yang selalu aku rindukan. Deven mendekatkan wajahnya, napasnya berhembus pelan di sebelah telingaku. Aku benar-benar merasa merinding dengan perlakuannya.
"Kamu wangi". Bisiknya, pipi ku rasanya memanas ketika deven berbicara dengan jarak sedekat ini. "Jauhan ah geli". Ucapku dan menghindar.
"Makannya gak usah baper, orang aku cuma mau mastiin kamu wangi apa enggak".
"Gak usah mulai kebiasaan kamu deh".
"Emang apa kebiasaan aku?".
"Kalo gak ngetawain ya ngeledek.. kamu emang gak ada kerjaan kan selain itu".
"Yee enak aja.. kerjaan aku jauh lebih terhormat daripada itu". Elaknya. "Apa kerjaan kamu?". Tanyaku
"Mencintaimu".
Tuhan lihat lah lelaki ini, hal-hal sederhana pun olehnya selalu bisa menjadi istimewa. "Ekspresinya biasa aja gak usah gitu". Aku tahu lelaki di depan ku ini memang selalu membuat mood ku naik turun, aku benar-benar harus kuat mental saat bersama nya.
"Ngeselin aja terus, aku bisa cepet tua kalo sama kamu".
"Jadi gak mau sama aku dong? Ya udah gak papa..".
Aku memukul pundaknya cukup keras, apa maksudnya itu. "Sakit tahu". Ketusnya.
"Siapa suruh kayak gitu..".
"Kan kamu yang bilang gitu".
"Bukan itu maksudnya, udah ah ayo pergi". Ucapku, mencoba menyelesaikan perdebatan ini. "Kemana?". Aku tahu kali ini deven berpura-pura bodoh.
"Ke hatimu". Jawabku. "Jiah, udah pinter ngerayu ya". Aku hanya menanggapinya dengan cibiran, tentu saja aku akan pandai merayu jika setiap hari ia yang memberi ku rayuan.
"Ayo". Ajaknya dan mengulurkan tangan, mengisyaratkan agar aku menggenggamnya dan tentu aku akan menerimanya dengan senang hati. "Pas banget ya". Timpalnya, ketika aku sudah meraih tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Music is Love
Romance#6 in Friend (Agustus) #4 in Bahasa (Agustus) Mari berbagi suka cita dalam nada, berbaur dalam melodi dan irama. Menjadikan semuanya sebagai nada-nada cinta. Kita buat semesta tersenyum karena nada, buat semua penghuni bumi mencintai irama. Karena...