•AuthorPOV•
"Yoo dev, berangkat sekarang..". Ucap gogo.
Hari ini, gogo menjemput deven ke Klinik untuk datang ke kantor kece bersamanya. Deven sudah membuat janji akan menemui produser itu setelah sekian lama mereka meminta deven untuk bertemu, dan hari ini deven akan menemuinya.
"Lo gak usah bawa mobil, entar gue yang anter lo kesini lagi. Sekalian gue mau ada urusan juga di daerah sini". Ucap gogo lagi.
"Oke kalo gitu".
"Eh go gue aja yang nyetir, gak enak masa artis jadi supir gue". Ucap deven, kemudian mereka tertawa bersama-sama. "Santai dev, gue artisnya di depan layar aja di belakang layar mah gue manusia biasa". Jawab gogo.
"Mantap bro!".
Deven dan gogo menikmati perjalanan sambil bercerita, menceritakan banyak hal terutama tentang lagu deven ini. Gogo memang musisi yang handal, ia menyelesaikan garapan musik untuk single deven hanya dua hari. Gogo memberi tahu deven sebenarnya garapan musik sudah selesai satu hari tapi karena gogo ingin yang terbaik untuk single perdana deven gogo menggarap lagi lebih serius untuk membuat single deven langsung melejit. Bahkan gogo rela terus mengulang-ngulang ketukan nadanya hanya untuk membuat lagu itu sempurna.
"Sorry gue ngerepotin lo nih go..".
"Tenang aja dev, gue seneng bisa di percaya sama lo buat garap musik lagu keren ini".
Deven tersenyum, deven memperhatikan penampilannya ia berharap semoga penampilannya tidak buruk. Karena ia hanya mengenakan kemeja putih yang di gulung sampai siku dengan jeans berwarna cream dan sepatu hitam. Begitu lah dokter, akan bersahabat dengan kemeja di hari kerja.
Deven melihat jam di tangannya, menunjukan pukul 12.34 dan macet, hari ini hari selasa tapi bukan Jakarta jika tidak macet.
"Go, lo gak punya cita-cita lain selain musisi?".
"Punya sih, gue lagi mau coba buka bisnis pakaian.. makannya gue sekarang mau lanjutin kuliah manajemen bisnis yang sempet ke tunda". Jawab gogo.
"Ya kali dev, karir musisi gue gak akan bertahan dan bersinar seumur hidup. Suatu saat bakalan ada redupnya, apalagi musisi kayak gini kan gak dapet pensiunan dev gak ada tunjangan buat di masa depan atau masa tua nanti. Ya biar gue punya masa depan yang tetep cerah nanti gue harus pinter-pinter investasiin apa yang udah gue dapetin dari sekarang..". Timpal gogo. Deven kembali tersenyum, pemikiran yang seperti itu ternyata tidak hanya di miliki olehnya tapi juga oleh orang lain. Dan pemikiran seperti itu jelas tidak di miliki oleh semua orang karena pasti akan banyak orang yang terbuai dengan kesuksesan semu yang akan hilang juga suatu saat."Satu pemikiran". Ucap deven.
"Gue ngerti kali dev, bedanya lo sama gue itu di prioritas.. menurut gue lo udah punya prioritas yang gak bisa di bantah sama siapa pun sejak dulu, itu makannya di usia muda sekarang lo udah jadi seorang dokter dan punya klinik sendiri"."Lo juga keren go, di usia semuda ini udah ngeluarin banyak single dan udah bisa konser sana sini. Kita sama-sama bersinar di bidang yang kita suka, dan kita juga bakal bersinar di impian kita yang lainnya.. gue yakin gue sama lo satu frekuensi, punya keinginan yang sama dan gak mau di bantah sama siapa pun juga". Jelas deven, gogo membenarkan ucapan deven. Begitu lah, saat ini gogo ingin sukses di bidang bisnis dan deven ingin sukses di hobinya yaitu bermusik.
Setelah melewati teriknya matahari siang ini dan melewati macetnya Jakarta. Deven dan gogo sampai di kantor kece. Mereka keluar beriringan dan memasuki halaman pertama kantor itu. Gogo di sapa banyak orang disini dan deven menyalami mereka yang menyapa gogo karena mereka mengulurkan tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Music is Love
Romansa#6 in Friend (Agustus) #4 in Bahasa (Agustus) Mari berbagi suka cita dalam nada, berbaur dalam melodi dan irama. Menjadikan semuanya sebagai nada-nada cinta. Kita buat semesta tersenyum karena nada, buat semua penghuni bumi mencintai irama. Karena...