Part-39

985 81 4
                                    

"Dek kamu ganteng banget deh..". Aku hanya tersenyum dan maju beberapa langkah dan menciumi seluruh wajahnya.

"Terimakasih untuk semua yang mamah lakukan, baik doa, materi dan tenaga yang udah mamah korban kan untuk adek bisa berdiri di depan mamah saat ini..". Mamah mengecup pipiku, aku melihat air matanya turun dan aku menghapusnya.

"Kamu gak perlu makasih ke mamah, sudah menjadi tugas setiap orang tua mengantarkan putra dan putrinya menuju gerbang kesuksesannya.. mamah sangat bangga dan senang melihat putra mamah berhasil menjadi apa yang ia cita-citakan. Dek, kerja keras dan usaha kamu selama ini semoga selalu menjadi bekal untuk kamu hidup di dunia..". Aku memeluknya. Terimakasih Tuhan karena engkau sudah mengizinkan aku terlahir dari ibu yang hebat sepertinya.

Mamah melepaskan pelukan ku.
"Satu lagi, jangan lupa sama Tuhan.. tanpa Tuhan kamu gak akan bisa sampe saat ini". Katanya lagi, aku mengangguk patuh. Nasehatnya tentang jangan pernah lupa Tuhan selalu berhasil membuat tenang diriku dalam keadaan apa pun.

"Ayo berangkat sekarang..". Katanya.

"Baiklah". Ucapku, aku memberi isyarat pada mamah untuk menggandeng lenganku. Mamah tersenyum lalu melakukannya.

Aku menuruni tangga bersama mamah. Aku mengenakan pakaian wisudaku dengan bangga karena ini menggambarkan perjuangan ku selama 6 tahun ini. Di ruang tamu bawah sudah ada papah dan juga kakak, juga calon pendampingnya. Mereka menyambutku dengan senyuman berbinar. Sungguh tidak ada yang lebih bahagia dari melihat mereka semua bahagia, melihat orang-orang terdekatku tersenyum.

"Wah.. wah dokter papah sudah sangat tampan, dek coba kasih tahu papah perempuan mana yang akan menolak kamu untuk menjadi suaminya?". Ucap papah tersenyum dan aku hanya tertawa mendengar candaannya itu. Lalu ia merentangkan tangannya dan aku memeluknya. Tanpa pundaknya yang kokoh dan sikapnya yang sangat bertanggung jawab aku tidak akan menjadi seorang dokter.

"Terimakasih untuk perjuangan papah selama ini, bekerja siang malam hanya demi anak-anak papah berhasil.. terimakasih karena sesibuk apa pun papah, papah tidak pernah melupakan tanggung jawab papah untuk selalu ada untuk keluarga". Ucapku menatapnya. Papah memegang bahuku. Aku bisa melihat matanya berkaca-kaca. "Sudah menjadi tugas seorang kepala keluarga untuk memastikan semua anggota keluarganya hidup lebih baik.. jadilah anak laki-laki yang tangguh dan bertanggung jawab nak". Ucapnya. Aku tidak kuasa menahan tangis haruku. Sungguh tidak ada yang lebih baik daripada ini, aku terlahir dalam keluarga yang hebat. Pandangan ku beralih pada kakak dan kakak iparku, aku melangkah dan mendekat ke arah kakak ku. Kakak memegang pipiku.

"Selamat untuk kesuksesan ini, jadilah dokter yang hebat". Katanya, aku mengangguk cepat.

"Terimakasih untuk dukungan dan doa kakak untuk adek kakak yang tampan ini..". Kekehku. Ia mencibir namun air matanya menetes.

"Kak Gerry, aku titip kakak ku ya.. dia sedikit bawel, cerewet tapi dia penyayang". Ucapku pada kak Gerry, calon kakak iparku mereka akan menikah tiga bulan lagi. Ah ya jangan lupakan ia seorang pengusaha muda di bidang kuliner. Aku tidak meragukan tentangnya, ia anak yang baik-baik.

"Tenang aja, kakak bakal jagain kakak kamu dengan baik..". Jawab kak gerry. "Dan selamat ya dokter muda kebanggaanku". Timpalnya, aku mengajaknya ber-high five.

Setelah melewati suasana haru itu. Kita semua memutuskan untuk pergi sekarang. Karena acara wisudanya akan di mulai satu jam lagi. Hatiku di penuhi rasa syukurku, karena aku masih Tuhan sempatkan untuk membahagiakan mereka dan Tuhan masih menyempatkan mereka untuk bisa aku bahagiakan. Keluarga adalah sumber kekuatan terbesarku.

***

Prosesi wisuda tengah berlangsung dari mulai sambutan-sambutan dan pengumuman mahasiswa-mahasiswi terbaik. Puji Tuhan aku menjadi mahasiswa fakultas peraih indeks penilaian hampir sempurna yaitu 3.95, misellia juga menjadi mahasiswi terbaik dengan indeks penilaian yang berbanding tipis saja dengan ku yaitu 3.75.

Music is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang