Part-32

1.1K 89 7
                                    

Hari ini aku datang ke kampus seperti biasanya. Entah lah sudah dua hari aku tidak bertemu dengan anneth, anneth juga tidak ada menghubungiku sama sekali. Sebenarnya apa yang dia pikirkan? Aku sudah benar-benar muak dengan sikapnya yang masih saja plin plan dan terkesan labil. Jika dia masih memiliki perasaan untuk sam? Untuk apa ia..

"Arghhh..". Deven mengacak rambutnya. Ia berjalan menuju kelasnya. Ia berusaha keras untuk fokus pada pendidikannya,

"Dev, wajah lo kusut banget". Mendengar dan melihat siapa yang berbicara aku hanya menggelengkan kepalaku pelan.

"I'm all right, it's all right. Thank wa". Jawabku.

"Lo gak baik-baik aja dev, kalo gak enak badan mendingan lo balik..".

"Gak papa wa, cuma kecapean aja mungkin".

Aku memijat pelipisku, ini benar-benar pusing dan melelahkan untukku. Tadi malam aku hanya tidur satu jam itu pun karena tertidur ketika mengerjakan tugas. Malam kemarin aku tidak bisa tidur hanya karena memikirkan saran teman-temanku akan hal anneth. Memikirkan pendidikan-cinta benar-benar menguras seluruh energi ku.

"Lo harus istirahat dev, lusa lo kan ada kunjungan ke rumah sakit dan bakal sibuk..".

"Uwa bener dev, sebaiknya lo istirahat aja dulu. Hari ini gak terlalu padet kok, cuma ada pembahasan buat lusa aja.. nanti gue bisa kabarin lo lewat chat". Timpal anton. Ya anton, rekan sekelasku. Ya memang aku, anton dan misellia di pilih dosen untuk mengikuti beberapa kegiatan di salah satu Rumah Sakit ternama di Jakarta. Akan ada beberapa kesibukan disana, karena memang kami mendapat undangan untuk bisa dapat mengetahui apa saja yang dilakukan di Rumah Sakit.

"Kalian bawel ya.. kalo lagi kayak gini jiwa dokternya keluar banget". Kekehku. Nashwa dan anton hanya menggelengkan kepala mereka bersamaan.

"Lo dokter yang gak mentingin kesehatan lo dev, lo boleh punya target tapi jangan sampe lo lupa sama hal termahal dalam hidup yaitu kesehatan".

"Bawelnya..". Cibirku.

"Waa jadi laki-laki yang ambisius itu keren dan gak gampang.. lo liat dong gue sama deven itu sama-sama cowok yang langka, mana ada cowok yang kerja kerasnya kayak kita cuma buat mastiin pendamping kita gak akan idup susah, ya gak dev?".

"Setuju gue! Ngapain ngomongin cinta-cinta tapi gak mempersiapkan apa pun buat itu..".

"Iya iya, terserah lo pada dah!". Ucap nashwa dengan nada meledek. Aku dan anton hanya tertawa ringan.

Obrolan-obrolan kecil seperti ini sedikit meringankan beban kepalaku dan sedikit membuatku lupa akan semua masalah-masalahku.

***

"Deven Christian Panci".

Deven memutar tubuhnya ketika mendengar makhluk yang memanggil namanya dengan tidak benar. Ketika makhluk itu mendekat deven langsung menyentil jidatnya dengan cukup kuat, sehingga yang menjadi korban hanya meringis.

"Lo kalo manggil yang sopan dong". Ketusku. "Lo kalo nyentil yang sopan dong". Balasnya, sambil mengusap keningnya.

"Lo mau kemana dev?".

"Perpus".

William hanya ber-oh ria ketika mendengar jawaban ku. "Lo mau kemana?".

"Ketemu doi lah". Jawabnya dengan nada bicara yang sedikit meledek, aku hanya berdecih.

"Terserah lo, bye!".

Aku berjalan meninggalkannya dan mengabaikan semua teriakan yang berisi ledekan murahannya. Terserah dia saja. Aku tidak ada waktu untuk bercanda atau berbicara dengan orang-orang seperti itu.

Music is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang