Part-29

1.2K 106 18
                                    

"Dev..".

"Apaan den, lo dari tadi manggil gue doang. Lo gak liat gue lagi apa?". Tegasku, friden dari tadi hanya menggangguku saja. Aku benar-benar dongkol. Aku sedang mengetik tugasku, karena hari ini aku harus take untuk kebutuhan youtube jadi aku mengerjakan tugasku di studio. William ku dengar sedang berdebat dengan clinton, mereka sedang mengedit vidionya agar minggu ini bisa langsung di upload karena penggemar kami sudah menerror dimana-mana.

"Gue serius sekarang". Ucapnya, aku menengoknya sekilas ku perhatikan memang ia tengah memasang wajah bingungnya. Aku menghela nafasku dan mematikan laptop, tidak akan selesai jika pekerjaannya terus diganggu disini yang ada pikiran ku akan buyar lebih baik dikerjakan dirumah.

"Kenapa?". Tanyaku, friden diam. "Kalo lo masih gak ngomong juga den gue..".

"Oke-oke dev". Potong friden, ia membuang nafasnya kasar. "Gue.. gue ngerasa ada yang beda sama diri gue dev".

"Beda gimana yang jelas dong ah..".

"Ck! Gini, lo tahu kan gue nembak nashwa?". Aku hanya mengangguk. "Dan gue ngerasa itu berdampak ke joa..". Aku mengerutkan alisku. Tak mengerti.

"Joa kayak ngejauhin gue gitu dev, semenjak gue nembak nashwa.. entah gue geer atau gimana, tapi gue ngerasa joa suka sama gue..". Ucapnya, aku diam dan mencerna semua kalimatnya dengan baik.

"Lo yakin?". Tanyaku.

"Gue yakin, gue juga udah punya feeling kalo joa suka sama lo den..". Tidak, itu bukan friden yang berbicara tapi clinton. Dia menepuk bahu friden pelan. "Dan dengan lo nembak nashwa itu kesalahan besar menurut gue..". Timpal william.

"Lah salahnya dimana gue wil?".

"Ya salah, lo gak tahu kalo gue suka sama nashwa.. sekarang gue kasih tahu". Jawabnya. "Maksud lo?".

"Gue gak becanda masalah gue suka sama nashwa, tapi yang jadi kesalahan lo bukan karena lo nembak nashwa kok.. gue sih gak masalah selagi cewek yang gue suka bahagia mah gak papa". Jelas william, ia mendapat tatapan tak percaya dari kita semua. Bagaimana tidak? Kita baru saja mendengar fakta yang harusnya kita tahu sejak dulu.

"Yang jadi masalah lo den, lo salah udah gak sadar kalo joa suka sama lo.. lo udah nyia-nyiain emas tahu gak". Timpal william.

"Gue sering liat joa natap lo diem-diem, disaat lo nembak anneth dia berusaha banget tegar den. Waktu lo nembak anneth gak cuma deven yang sakit, tapi joa juga.. gue bisa lihat itu. Lo sadar gak sih den? Cewek yang sebenernya lo cari-cari itu dia?". Clinton memperkuat ucapan william, dan kemudian clinton berhenti sejenak, ia tidak mengalihkan tatapan tajamnya dari friden. "Lo selalu nyari dia kan disaat lo gak tahu yang lo punya siapa? Disaat lo bener-bener dalam keadaan gamang dan bingung? Apa dengan selalu adanya joa buat lo gak bikin lo sadar kalo lo itu spesial buat dia?". Timpalnya. Friden menundukkan kepalanya seolah menyadari semuanya.

"Kalian inget gak pas dulu kita main ToD joa bilang dia lagi suka sama cowok yang satu kampus kita? Dan dia gak nyebutin namanya siapa.. ya menurut gue karena lo ada disana den, lo cowok yang dia suka". Ucapku membenarkan pernyataan clinton dan william.

"Jadi sekarang gue harus gimana?". Tanya friden lirih.

"Lo bisakan berjuang balik buat dia?". Clinton kembali bersuara. Ku akui clinton bersikap begitu dewasa disini. "Terus nashwa?". Tanya friden.

"Nashwa udah nerima lo?". Tanyaku, friden menggeleng cepat. "Apa yang lo harapin dari dia sedangkan dia ngegantung lo kayak gini, bukan hal yang gak mungkin juga kalo nashwa emang gak niat buat serius sama lo den..".

Music is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang