Part-48

1.1K 86 11
                                    

•AuthorPOV•

Setelah kepulangan deven dari singapur, deven tidak main-main tentang rencana membangun klinik bersama nadine. Enam bulan ini ia benar-benar di sibuk kan dengan segala hal yang berkaitan dengan Klinik yang tengah di proses. Deven dan Nadine menghabiskan banyak waktu, tenaga juga materi untuk mencapai target keinginan mereka. Siang dan malam mereka bekerja tanpa henti untuk menuntaskan apa yang sudah di putuskan.

Dan hari ini anneth datang ke Rumah Sakit untuk bertemu dengan Deven. Anneth merasa sangat kesulitan untuk bertemu atau bahkan bertukar kabar dengan Deven. Hubungan mereka sudah seperti di ambang batas ke hancuran.

"Neth kamu kenapa kesini?".

Anneth menatap jengah pada deven. Bahkan senyuman hangat, pelukan menenangkan yang selalu anneth berikan pada deven pun hilang.

"Aku mau ngomong sama kamu". Ucap anneth datar.

Deven mengangguk dan mengajak anneth untuk ke ruangannya, tadinya deven sudah ingin menggenggam lengan anneth tapi anneth menghindarinya. Deven menyadari semuanya dan ia tahu kali ini ia salah.

Jangan lupakan, anneth mengenakan masker agar Rumah Sakit tidak menjadi heboh hanya karena kedatangannya. Ia mengikat rambutnya, ia juga mengenakan jeans berwarna abu-abu juga kaos hitam yang di balut dengan jaket merah. Seperti itu lah anneth sangat santai dalam berpakaian. Tapi apa pun yang dikenakan anneth itu tidak akan mengurangi kecantikan yang ia miliki, mau siapa pun yang memandangnya.

"Duduk dulu..". Ucap deven.

"Gak usah dev, aku gak akan lama. Aku mau ke sulawesi ada acara". Jawabnya. Dengan masih mempertahankan nada datarnya.

Lagi-lagi deven mengangguk menanggapi itu. "Dev, sebenarnya kita masih atau udah selesai?". Tanya anneth to the point. Mengingat ia tidak punya waktu banyak saat ini.

Deven menatap anneth sayu, dan anneth bisa melihat itu.

"Masih neth". Jawab deven lemah.

"Kamu tahu apa yang aku rasain selama enam bulan ini dev?". Tanya anneth dengan mata yang tidak beralih sedikit pun dari deven.

"Maaf..".

"Maaf?". Sinis anneth.
"Dev mau sampai kapan kita kayak gini? Pacaran buat status doang iya? Aku gak butuh kalo pacaran cuma buat status atau jadi pajangan doang dev..". Timpalnya.

"Neth aku enggak anggap hubungan kita status doang, aku serius sama kamu!". Tegas deven.

"Apa perjuangan kamu buat buktiin kalo kamu serius ke aku dev apa? Dengan enggak bisa ketemu dan enggak bisa ngabarin sedikit pun? Dev dengan kayak gini aku malah ngerasa kosong dan gak punya pacar, jadi buat apa kita mempertahankan hubungan ini?".

Deven menatap anneth tak percaya, tak percaya dengan apa yang di katakan kekasihnya itu dan berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang di dengarnya itu hanya mimpi. Annethnya meragu pada dirinya, apa anneth tidak berpikir bahwa apa yang tengah deven lakukan dan deven susun itu untuknya.

"Kamu tahu kan neth kalo aku lagi ada target yang harus aku kerjain? Dan kamu dukung aku waktu itu, kenapa sekarang gini?".

"Dev aku kira dengan aku dukung kamu, aku gak akan kehilangan sosok kamu! Nyatanya? Aku malah kehilangan kamu sepenuhnya..". Lirih anneth.

Deven maju mendekati anneth, ia berjongkok di depan anneth.

"Neth kamu sangat tahu bahkan lebih dari tahu kalo aku lagi berusaha buat nyelesain cita-cita aku satu persatu..".

"Apa aku bukan bagian dari cita-cita kamu? Sampe kamu mengabaikan aku selama enam bulan ini? Apa semua yang kita lewatin semuanya main-main?".
Deven bungkam dengan pertanyaan anneth, anneth bangkit berdiri dan memposisikan dirinya membelakangi deven.

Music is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang