Part-30

1.4K 106 20
                                    

•Anneth•

_FlashbackOn_

"Neth kenapa dulu gue gak setuju lo sama sam bukan karena gue suka sama dia, tapi karena saat itu sam juga deketin gue neth. Dia terus chat gue, ngajak jalan, ngajak ketemu bahkan dia nekat dateng ke rumah gue. Gue gak cerita ini ke siapa pun bahkan ke lo, karena gue gak mau disebut munafik kayak sekarang.. gue udah selalu nolak dia neth". Ucap joa menghapus air matanya.

"Tapi saat lo memilih deven dibanding sam, disaat itu sam mulai deketin gue lagi, gue mulai liat keseriusan dia dan apa gue salah gue buka pintu hati gue buat dia? Karena yang gue tahu lo udah bener-bener ke deven neth, neth disaat lo sama sam gue gak pernah ganggu lo bahkan gue selalu ngehindar dari sam gue gak main belakang sedikit pun sama dia..".

"Kenapa lo gak cerita sama gue jo? Kenapa?".

"Gue cuma mau lo bahagia. Dan disaat gue nyuruh lo milih deven karena gue yakin dia adalah satu-satunya cowok yang gak akan bikin lo kecewa.. tapi ternyata gue terlalu egois neth, gue malah bikin cowok sebaik deven lo sakitin". Ucap joa lagi.

"Maksud lo jo?".

"Dengan lo bersikap kayak tadi, lo udah nyakitin dia. Dan sekarang gue juga tahu kalo lo emang gak bakal pernah bisa ngelepas sam sepenuhnya, lo bersikap seolah lo masih pacar sam dan gue disini seakan selingkuhan sam yang lo labrak neth". Joa berucap tenang namun kata-katanya menyayat.

"Kalo lo masih suka sama dia, lo balik ke dia. Gue yang mundur. Gue gak mau lo nyakitin cowok yang gak seharusnya lo sakitin. Bener kata deven tadi yang baik akan dipasangkan dengan yang baik dan menurut gue deven emang terlalu baik buat lo". Tukas joa final. Kalimat joa yang terakhir adalah yang paling menyakitkan untuk anneth, tanpa sadar sudut mata anneth berair.

"Gue gak habis pikir sama lo neth". Ucap joa lalu berlalu pergi. Anneth hanya diam dan berpikir keras untuk setiap kalimat yang joa ucapkan. Benarkah semua yang di ucapkan joa itu?.

_FlashbackOff_

Aku menghirup udara sebanyak-banyaknya, ini benar-benar sesak. Emosi dan keras kepalaku ini sulit sekali di kontrol. Apa yang sudah aku lakukan dan dampak yang akan aku hadapi pun seolah berputar dikepalaku.

Setelah mendengar kabar sam dekat dengan joa dari deven entah mengapa membuat ku emosi. Sehingga aku langsung memutuskan kepulanganku ke jakarta malam itu juga yang ku pikirkan hanyalah aku ingin cepat bertemu joa dan membicarakan ini semua. Dan pada saat tadi aku melihat deven dan joa di tepian lapang, aku sedikit mendengar apa yang mereka ucapkan ketika nama ku akan meluncur dari mulut joa aku langsung bergabung dengan apa yang mereka bicarakan, mengabaikan tatapan kaget dari deven karena mungkin ia mengira aku telah berbohong padanya.

"Woy..". Aku tersentak. "Lo gak ada kerjaan atau apa sih?".

"Wow, kalem bu.. lo kenapa? Kayak singa kepanasan". Yaa, itu lelaki tidak tahu diri dan tidak tahu malu. Aku hanya berdecih malas menanggapi.

Aku sedang berada di kantin sendirian, karena aku hanya sedang ingin sendirian. Dan laki-laki yang sedang menggangguku ini friden. "Kenapa lo neth?". Aku hanya menggeleng.

"Udah ketemu deven?". Tanya friden, aku menghela nafasku. Mengingat kejadian tadi saja aku sudah merasakan tubuh menegang lagi. Aku takut sekali jika aku harus berhadapan dengan deven, tapi aku akan mencoba untuk bersikap biasa saja.

"Belum..". Ucapku. "Nanti gue suruh kesini deh, dia lagi ada kelas.. bentar lagi kayaknya". Ucapnya, aku hanya diam saja dan memainkan ponsel ku.

Beberapa saat aku dan friden sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aku dengan ponselku, friden dengan bukunya.

Music is LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang