13

1.1K 170 4
                                    

***

Tidak di rumah mewah mereka, hari itu berakhir dengan Lisa dan dua temannya yang sibuk memasang komputer di sebuah pondok pinggir pantai. Pondok itu berada di tepi sebuah tebing, sebuah pondok yang di dominasi oleh kayu dengan sebidang tanah di sekitarnya yang dapat menampung 5 mobil. Pondoknya berada di ujung sebuah tebing yang setiap saat diterpa ombak laut. Siapa pun bisa langsung masuk ke dalam air dan terbawa ombak kalau melompat keluar dari halaman belakang pondok itu. Selalu ada pintu keluar darurat seperti itu di tempat tinggal Lisa, melompat dan hilang selalu menjadi bagian dari rencana terakhirnya– ketika belasan rencana sebelumnya ternyata gagal.

Di halamannya yang cukup luas– walaupun tidak seluas sebelumnya– terparkir satu mobil jeep yang Lisa bawa, satu sedan yang Hyunbin bawa dan sebuah mobil box yang tadi Minhyuk bawa. Minhyuk harus membawa seluruh hasil kerja keras mereka selama satu tahun terakhir agar seluruh usaha mereka tidak sia-sia.

"Astaga! Aku benar-benar lelah!" keluh Lisa yang sudah tiga kali mengubah posisi komputer Minhyuk. Ada empat CPU dan enam monitor yang harus Lisa pasang saat itu. Belum lagi peralatan jaringan lainnya, seluruh kabel itu bisa Lisa rajut menjadi selimut saking banyaknya. "Oppa! Sudah ku bilang kita seharusnya punya satu set yang seperti ini di setiap markas!"

"Berhentilah mengeluh!" balas Minhyuk yang saat itu masih sibuk mengecek keadaan rumah mewah mereka. Dari seluruh markas yang mereka punya, rumah mewah itulah yang punya paling banyak aset dan sekarang Minhyuk tengah mengecek seluruh CCTV yang mereka pasang di tiap sudut. Bukan hanya CCTV, rumah mewah itu juga Minhyuk lengkapi dengan beberapa prosedur keamanan yang hanya akan aktif kalau mereka bertiga tidak pulang. Mulai dari tuas di setiap pintu yang dilengkapi dengan sensor sidik jari dan kejut listrik, membuat tidak semua orang bisa masuk kesana. "Kau mau membereskan itu atau mengurus semua password ini?!" Minhyuk merasa sangat harus menjaga rumah mewah mereka, ia bisa gila kalau sampai kehilangan semua hasil kreativitasnya– mulai dari perhiasan berkamera sampai tuas pintu bersensor, Minhyuk yang membuat semuanya.

"Lisa-ya, bisa kita bicara?" tanya Hyunbin sembari berjalan ke satu kamar di pondok itu. Hanya ada satu kamar disana, satu kamar dengan dua buah ranjang tingkat. "Apa yang baru saja kau lakukan?"

"Apa? Memasang kabel?"

"Apa ini ada hubungannya dengan Kwon Jiyong?"

"Ah... Dia? Aku mengakhiri hubungan kami," jawab Lisa sembari memainkan ujung bulat gunting di tangannya. "Apa terlihat sangat jelas?"

"Tentu, kau tidak biasanya mengeluh seharian dengan mata berkeringat begitu," jawab Hyunbin yang lantas membuat Lisa mengusap kedua matanya. Gadis itu menghapus genangan air mata yang sejak tadi terbendung di pelupuk matanya. Air mata itu sudah membasi pelupuk mata Lisa, namun tidak bisa jatuh sepanjang hari ini.

"Ah ini karena debu," bohong Lisa sembari mengusap lagi genangan di matanya. Ia sedih, namun tidak bisa menangis, ia pun tidak bisa tertawa atau bersikap layaknya tidak pernah terjadi apapun. Lisa merasa sangat kosong.

"Kau biasanya penipu ulung, tapi hari ini benar-benar payah," komentar Hyunbin yang kemudian mengulurkan tangannya untuk mengusap rambut Lisa dan sedikit merapihkannya. Rambut gadis itu berantakan karena semua pekerjaan yang sempat Lisa kerjakan tadi. "Sudah sejak awal kau ingin mencampakannya. Kau bahkan memintaku membantumu. Sekarang kau sudah mendapatkan keinginanmu, lalu kenapa kau terlihat menyesal?"

"Kemarin aku tidak tahu kalau rasanya akan secepat ini," ucap Lisa sembari memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Aku sudah merencakan ini sejak awal, dulu aku berencana akan kembali pulang hanya untuk mencampakannya. Agar misi kita bisa berhasil dan semuanya selesai. Aku tidak peduli dia akan membenciku setelah misi ini selesai atau tidak, aku tidak peduli bagaimana pendapatnya tentangku. Tapi rasanya ternyata lebih sulit dari bayanganku. Seperti rencana kita yang akan terus berkembang setiap harinya, rencanaku juga begitu. Rencanaku berubah setia harinya. Awalnya aku berencana akan mencampakannya karena dia berselingkuh, tapi ternyata dia tidak berselingkuh. Lalu aku ingin mencamapaknnya dengan alasan kalau appaku tidak menyetujui hubungan kami tapi aku butuh dia untuk pergi ke pesta itu. Jadi rencana itu batal. Kemudian aku berencana akan membuatnya mencampakanku dengan memintamu membantuku, tapi ternyata terjadi terorisme dan aku tidak punya kesempatan untuk itu. Tadi kami bertengkar dan ku pikir itu adalah saat yang tepat untuk mengakhirinya,"

"Kenapa kau mendorongnya menjauh? Kau tidak benar-benar menginginkan itu,"

"Oppa tahu alasannya," jawab Lisa yang kemudian melangkah untuk duduk di atas sebuah ranjang besi seukuran single bed. "Sekarang aku seorang penipu, bukan tentara. Hidup dan karirnya bisa langsung terjun ke tanah ketika orang-orang tahu dia mengencaniku. Setidaknya aku harus mencegah itu terjadi sebelum kita tertangkap. Membayangkan dia akan di anggap sebagai kaki tangan yang membantu menyembunyikanku juga sangat mengerikan,"

"Kalau memang seperti itu keputusanmu, dan keputusanmu sudah bulat, kau tidak boleh menyesal sekarang. Misi kita tidak boleh gagal agar pengorbananmu itu tidak sia-sia,"

Hyunbin ikut melangkah dan duduk di sebelah Lisa. Perlahan-lahan merangkulkan tangannya pada bahu gadis itu dan mengusapnya. Lisa lantas menyandarkan kepalanya pada bahu Hyunbin kemudian menyentuh bagian bahu kanannya, mengecek keadaan luka di bahu kanannya.

"Kenapa? Apa sakit?" tanya Hyunbin dan Lisa menggelengkan kepalanya.

"Tidak begitu, tadi aku meminum anti nyeri,"

"Ya! Kau bodoh? Jelas saja tidak sakit kalau kau meminum anti nyeri! Awas, biar ku lihat, kita bisa dalam masalah kalau ini sampai infeksi," ucap Hyunbin yang kemudian melepas kancing kemeja Lisa untuk melihat luka gadis itu. Pendarahan di luka itu kembali terjadi karena tadi Lisa berkali-kali memakai tangannya untuk mengangkat barang-barang berat. Tidak ada seorang pun yang ingat kalau Lisa terluka, hingga tidak satupun yang melarangnya mengangkat semua barang berat dari mobil box di luar.

"Lisa-ya, appamu menelpon, kurasa dia sudah mengetahui masalah kemarin," ucap Minhyuk yang masuk ke kamar itu untuk membawakan handphone Lisa. Minhyuk tidak terlihat begitu peduli dengan apa yang terjadi di dalam kamar itu, pria itu masih lebih mempedulikan rumah mewah mereka dibanding keadaan Lisa saat itu. Toh Lisa tidak di keadaan antara hidup dan mati, pikir Minhyuk yang kemudian kembali ke depan laptopnya setelah Lisa menerima handphonenya.

"Berbaringlah, aku akan membersihkan lagi lukamu dan mengganti perbannya," suruh Hyunbin sementara tangan kiri Lisa menjawab panggilan itu setelah ia berbaring di atas ranjang dan Hyunbin pergi mengambil peralatan medis mereka.

"Halo appa," ucap Lisa. "Ada apa?"

"Dimana kau sekarang?" tanya Yang Hyunsuk begitu Lisa menjawab panggilannya. "Cepat pulang sekarang!"

***

The Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang