***
Hyunbin menghilang usai bicara dengan Minhyuk. Minhyuk sendiri masih berada di ruang makan apartement Lisa ketika si tuan rumah pergi. Jam makan siang sedang berlangsung, dan Lisa melangkah masuk kesebuah restoran hotel. Ia punya janji akan bertemu dengan Jungkook dan ayahnya sekarang. Mereka berjanji akan bertemu di sebuah ruang VIP salah satu restoran. Lisa tahu, Hyunbin berada di gedung yang sama dengannya, mengawasinya walaupun saat ini ia tidak dapat melihat Hyunbin. Namun sesuatu yang mengganggu adalah keberadaan Jiyong. Lisa rasa, Hyunbin menghubungi Jiyong dan menyuruh pria itu untuk datang ke restoran itu. Karena di salah satu meja, Lisa melihat Jiyong dan Choi Seunghyun tengah makan siang bersama. Bukan hal yang biasa terjadi, namun tidak ada yang memperhatikannya selain Lisa.
"Jungkook-ssii," sapa Lisa pada pria yang berdiri di depannya, gadis itu memeluk Jungkook untuk sesaat, kemudian membiarkan Jungkook membalas pelukannya serta mengecup pipinya di restoran itu, di depan pintu salah satu ruang VIP. "Sudah lama menunggu?"
"Tidak, aku baru saja datang, aku melihat mobilmu mencari tempat parkir tadi," balas Jungkook yang kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Lisa. "Appa sudah menunggu di dalam, ayo masuk," ajak Jungkook sementara seorang pelayan membukakan pintu ruang VIP untuk mereka.
Siang itu, Lisa memakai sebuah celana panjang biru, dengan kaos putih serta sebuah jas biru. Gadis itu terlihat seperti seorang wanita karir yang baru saja keluar dari kantornya untuk makan siang bersama kolega-koleganya. Jantungnya berdegup sangat cepat, ia harus terlihat tenang, namun berfikir akan bertemu dengan Asisten Jeon membuatnya sangat gugup. Bagaimana kalau nanti pria itu mengenalinya? Bagaimana kalau ternyata Jungkook sudah mengetahui segalanya dan pertemuan kali ini hanyalah jebakan untuk menangkapnya? Berbagai perasaan buruk menyesakan dadanya. Ah belum lagi masalah Minhyuk yang mungkin akan menggagalkan segalanya.
Memikirkannya membuat Lisa ingin melarikan diri saat itu juga. Namun ia sudah terlanjut masuk ke dalam lubang buanyanya. Tidak ada lagi jalan keluar selain menyelesaikannya. Dengan terus tersenyum Lisa memperkenalkan dirinya, menyapa dan berbasa-basi pada pria 70 tahunan yang terlihat senang menemuinya.
"Jungkook memohon padaku agar mau menemuimu," ucap pria itu sembari menuangkan segelas teh untuk Lisa. Masih terlalu siang untuk minum wine. "Dia bilang kau sangat luar biasa dan aku tidak akan menyesal karena menemuimu. Dan kurasa dia benar,"
"Benar kan apa kataku? Dia cantik dan terlihat sangat cerdas," komentar Jungkook membuat Lisa hanya tersenyum simpul. Gadis itu mengambil sebuah teko teh kecil di sebelahnya dan bergantian menuangkan teh untuk Asisten Jeon. "Bukan hanya terlihat, dia memang benar-benar cerdas. Appa ingat apa yang terjadi di pesta tempo hari? Saat Somi dijadikan sandera dan gedungnya di bom? Dia ada disana dan dia yang mengendalikan keadaan disana,"
"Kau ada disana? Saat itu?" tanya Asisten Jeon, yang Lisa jawab dengan sebuah senyuman kecil di wajah cantiknya. "Ku dengar ada seorang agen-"
"Agen Robin yang menjadi buronan itu?" tanya Lisa dan raut wajah Asisten Jeon perlahan-lahan mengeras. "Ya, dia ada disana, aku tertembak karenanya. Aku melihat Agen Yook mengejarnya, kemudian membantu Agen Yook tapi aku tertembak,"
"Jadi kau bertemu dengan Agen Robin?" tanya Asisten Jeon dan Lisa menganggukan kepalanya.
"Dia menculikku dan seorang temanku, aku tidak tahu apa yang ia inginkan tapi kurasa pihak Badan Intelejen memberikan apa yang di mintanya kemudian kami di bebaskan,"
"Siapa yang sebenarnya kalian bicarakan itu? Dia menembakmu?" tanya Jungkook penasaran, pria itu duduk di sebelah Lisa, di depan sebuah meja bundar yang penuh dengan makanan.
"Ya, disini," ucap Lisa sembari menyentuh bahunya sendiri. "Kupikir aku akan mati saat itu, aku benar-benar takut,"
"Kau tidak tahu apa yang diinginkannya?" tanya Tuan Jeon, si asisten yang berkuasa dan Lisa hanya tersenyum dan menyesap tehnya. "Kau benar-benar tidak mengetahuinya? Siapa dia dan apa yang diinginkannya?"
"Apa menurutmu begitu, tuan?" balas Lisa yang kemudian meletakan gelasnya. Bersamaan dengan itu, sebuah peluru dari jendela meluncur dan melumpuhkan seorang pengawal. Tentu saja hal itu membuat Asisten Jeon memekik terkejut. Namun bersamaan dengan terkejutnya ayah dan anak Jeon, pintu diruang VIP itu terkunci.
"Seharusnya aku menunggu di luar tapi aku tidak bisa menguncimu sendirian disini," ucap Jiyong– yang lagi-lagi muncul tanpa sempat memberitahu Lisa sebelumnya. Pria itu masuk, berdiri di dekat pintu dan menjatuhkan sebuah tas Gucci hitam berukuran besar di dekat meja. "Aku menggantikan Minhyuk, ku dengar dia cuti hari ini,"
"Ya! Apa yang kau lakukan?!" bentak Jungkook yang kemudian berdiri dan menjatuhkan kursi di belakangnya. Kursi itu jatuh karena gerakan tiba-tiba Jungkook.
"Duduk," ucap Lisa sembari melirik Jungkook. Gadis itu bangkit dari duduknya, kemudian mengambil sebuah pistol di dalam tas yang Jiyong bawa. Kehadiran Jiyong membuat Lisa kemudian menarik sebuah kursi agar ia dapat duduk didepan Jiyong. Memunggungi Jiyong dan melindungi pria itu kalau tiba-tiba Asisten Jeon menyerangnya. Walaupun Lisa tahu kemungkinan itu sangat kecil, Asisten Jeon sudah terlalu tua untuk menyerang dengan kekuatannya. Ia hanya perlu mewaspadai Jungkook namun sepertinya Jungkook masih terlalu terkejut untuk dapat mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. "Duduklah, dan diam kalau kau tidak ingin mencoba rasanya tertembak sebuah peluru," ulang Lisa sembari menembakan pistolnya pada kursi Jungkook yang tadi jatuh. Hanya untuk mengancam ayah dan putra Jeon, memberitahu mereka kalau pistol di tangannya benar-benar berpeluru.
"Lisa-ya! Pasti ada kesalahpahaman disini! Apa yang sedang kau lakukan?!" seru Jungkook sementara sang ayah berusaha untuk terlihat tetap tenang. Pria itu penasaran kenapa tidak seorang pun yang datang padahal suara tembakannya terdengar sangat kencang. "Lis-"
"Sudah ku bilang, diamlah," ucap Lisa setelah melepaskan sebuah peluru lagi. Kali ini gadis itu membidik sebuah vas bunga yang tidak jauh dari tempat Jungkook masih berdiri. Gadis itu membidik vas bunganya, namun pelurunya melewati punggung Jungkook dengan jarak yang sangat dekat, sampai Jungkook dapat merasakan dinding peluru itu menyentuh punggungnya. Sangat panas. "Kau ingin tahu apa yang diinginkan Agen Robin saat menculikku? Dia menginginkan restoran ini... Sebagai asisten Mentri Pertahanan... Apa kau tidak mengenali para mantan Agen di dalam restoran tadi?" ucap Lisa sementara Jungkook tengah jatuh terduduk di depan meja, mengaduh karena rasa sakit di punggungnya.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Asisten Jeon, ia berusaha untuk terdengar tenang walaupun dari matanya– yang sesekali melirik Jungkook– Lisa dapat melihat kalau pria itu tengah mengkhawatirkan putranya yang kesakitan.
"Terkadang kita butuh seorang korban, bukan begitu? Agen Robin, Kapten Lee, belasan tentara lainnya..." ucap Lisa sembari mengarahkan pistolnya pada Jungkook. Seakan-akan ia akan kembali menembakan pelurunya pada Jungkook. "Mungkin aku tidak akan semarah ini, kalau hanya mereka yang kau jadikan korban. Tapi kenapa kau menjadikan eommaku korban juga? Dia tidak mengetahui apapun... Bagaimana kalau anakmu yang ku jadikan korban sekarang?"
***

KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Out
FanficMereka kembali bertemu setelah sempat terpisah sejauh samudera. Malam-malam nostalgia terasa seperti mimpi indah namun tetap berakhir sebagai mimpi buruk, tapi tidak ada jalan keluar. Segalanya berakhir tanpa sebuah epilog.