***
"Oh Lisa, kau sudah kembali?" sapa Jiyong begitu Lisa berjalan mendekatinya. "Kenalkan, ini Park Shinhye. Dan ini kekasihku, Lisa," ucap Jiyong kembali mengenalkan Lisa kepada teman-temannya. Kehadiran Lisa disana benar-benar mengundang rasa penasaran orang-orang. Pasalnya, ini adalah kali pertama G Dragon benar-benar mengenalkan kekasihnya di sebuah acara resmi yang dihadiri banyak tamu.
Acara itu di selenggarakan di pinggiran kota, di dalam sebuah bangunan tiga lantai yang hanya memiliki satu ruangan besar di tiap lantainya, juga dapur besar di gedung lain yang lebih kecil di bagian belakang. Bangunan itu sangat cocok untuk mengadakan sebuah pesta resmi super mewah, bangunannya jauh dari kota, di kelilingi hutan pinus juga tanah lapang yang mampu menampung lebih dari 100 mobil. Dan pesta itu sedang di selenggarakan di lantai tiga.
"Oppa, kita harus pergi," bisik Lisa di tengah obrolan-obrolan Jiyong bersama teman-temannya. Lisa dapat melihat Agen Yook yang memperhatikannya dari jauh, gadis itu juga dapat melihat orang-orang bertuxedo yang diam-diam mencari sesuatu di seluruh sudut bangunan namun menghentikan Jiyong mengorbol dan mengajaknya pulang benar-benar tidak mudah. Jiyong punya terlalu banyak teman yang harus di sapa. "Kita benar-benar harus pergi," ulang Lisa sembari meremas kuat lengan Jiyong. Membuat pria itu akhirnya menoleh dan memberi Lisa perhatian penuh.
"Ada apa?" tanya Jiyong yang akhirnya menatap Lisa dan memberi gadis itu seluruh perhatiannya.
"Pria dengan jacket kulit di dekat pintu sebelah kananmu,"
"Ya, siapa dia? Dia mengganggumu?"
"Dia temanku, ada yang tidak beres disini dan kita harus pergi,"
"Kalau dia temanmu, bukankah seharusnya kita menyapanya?" tanya Jiyong bersamaan dengan hancurnya sebuah patung es setinggi 2 meter akibat sebuah peluru senapan jarak jauh.
Jeritan memenuhi tempat itu, sebagian orang merunduk dan sebagian lainnya berlari. Lisa salah satu yang meruduk, gadis itu merunduk dan menarik Jiyong agar mengkutinya. Patung es itu hancur dan pecahannya tersebar di bagian tengah ruangan pesta, melukai orang-orang yang berdiri di sekitar patung itu. Jiyong membeku karena hancurnya patung es itu baru saja menjawab pertanyaannya, kenapa mereka harus pergi.
"Oppa baik-baik saja?" tanya Lisa sembari menyentuh pipi Jiyong yang jelas terlihat sangat terkejut. Tentu Lisa juga terkejut, tapi serangan di tempat kerjanya jauh lebih mengejutkan dibanding yang sekarang. "Seunghyun oppa terluka, tetaplah disini," ucap Lisa setelah melihat Jiyong mengangguk. Lisa tahu kalau Jiyong tidak akan tinggal diam melihat teman-temannya terluka, hanya saja Jiyong masih butuh waktu untuk menyadarkan kembali dirinya.
Masih sembari merunduk, Lisa berjalan mendekati Seunghyun. Meminta Seunghyun untuk bangun dan mengabaikan tubuhnya yang terluk karena pecahan es kemudian membawa Seunghyun serta beberapa orang lainnya untuk mengikutinya. Yook Sungjae dan beberapa agen lainnya juga ikut mengevakuasi orang-orang penting disana, namun peluru kedua kembali melesat dan kali ini mengenai seorang pria yang beberapa menit lalu sempat menjadi pembawa acara.
"Aku butuh bantuanmu," seru Agen Yook yang menghampiri Lisa untuk memberikan sebuah pistol pada Lisa. "Ini bukan bom, ini pembantaian,"
"Oh shit! Aku sedang memakai gaun dan baru saja mengundurkan diri!" keluh Lisa namun tetap menerima pistol itu. "Apa kita tidak bisa keluar?"
"Tidak, hanya ada 15 agen serta 10 polisi disini dan ada sekitar 50 orang yang menembaki tempat ini dari luar. Kita terkepung, aku sudah meminta bantuan tapi sulit untuk datang ketempat terpencil ini," jelas agen Yook.
"Apa kalian baru saja tertipu?" tanya Lisa sembari memperhatikan beberapa agen dan polisi tengah menutup seluruh pintu di ruangan itu. Mengunci mereka semua di dalam ruangan itu dan membuat keributan karena sebagian besar orang merasa mereka harus melarikan diri. "Dengan laporan adanya bom?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Out
FanfictionMereka kembali bertemu setelah sempat terpisah sejauh samudera. Malam-malam nostalgia terasa seperti mimpi indah namun tetap berakhir sebagai mimpi buruk, tapi tidak ada jalan keluar. Segalanya berakhir tanpa sebuah epilog.