***
Akhir pekan akhirnya tiba, seperti rencana, Lisa meminta Jiyong untuk mengajaknya menghadiri sebuah pesta tertutup yang di adakan salah satu aktris terkenal. Pesta itu selalu diadakan setiap tahunnya untuk merayakan hari lahir Jun Jihyun. Penyelenggaranya adalah pihak agensi Jun Jihyun, pesta itu di selenggarakan sebagai ucapan terimakasih karena kerja keras Jihyun, katanya. Ada banyak bintang dan pengusaha di undang ke pesta tertutup itu. Bagi Jiyong, acara itu lebih seperti pertemuan bisnis di banding sebuah pesta ulangtahun– karena semua yang hadir selalu membawa rencana bisnis mereka masing-masing dan mencari rekan kerja di pesta itu. Selalu ada tamu undangan yang datang untuk mencari seseorang yang dapat di ajak bekerja sama.
"Apa yang kau pakai?" tanya Jiyong begitu melihat Lisa keluar dari rumah ayahnya dan menghampirinya di koridor. Gadis itu memakai sebuah gaun hitam polos dengan bahu terbuka. Rambutnya ia biarkan tergerai dengan sebuah kalung mutiara di lehernya. Anting-anting mutiara juga menghiasi telinga gadis itu dan ujung kakinya ia selimuti dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam, senada dengan gaunnya.
"Oppa menyuruhku berdandan," ucap Lisa sembari memperhatikan seluruh pakaiannya. "Kurasa ini sudah cukup?"
"Kau lebih cantik memakai kaos dan celana jeans, dengan rambut acak-acakan yang di ikat keatas," jawab Jiyong membuat Lisa mengerutkan dahinya. "Aku menyesal menyuruhmu berdandan, ayo,"
Lisa terlihat sebal, namun ia tetap berjalan di belakang Jiyong menuju tempat parkir dimana Jiyong memarkir mobilnya. Jiyong memakai sebuah tuxedo hitam dan terlihat sangat tampan bagi Lisa, namun ketampanan itu tidak cukup untuk menambal rasa kesal Lisa karena Jiyong tidak memujinya.
"Kau ingin makan dulu sebelum pergi? Pestanya akan sangat lama, kau mungkin akan lapar dan lelah nanti," ucap Jiyong sembari membukakan pintu mobilnya untuk Lisa. Namun Lisa hanya masuk dan mengabaikan pertanyaan Jiyong. "Aku lapar, bagaimana kalau kita makan lebih dulu, ya?" tanya Jiyong sekali lagi namun Lisa tetap diam. "Pikirkanlah apa yang ingin kau makan,"
Jiyong menutup pintu mobil di sebelah Lisa kemudian berjalan ke pintu di sebelah kiri untuk masuk dan duduk di kursi pengemudi. Sementara Lisa masih duduk di sebelahnya dan mengabaikannya.
"Jadi apa yang ingin kau makan?" tanya Jiyong namun ia tidak menerima jawaban apapun. Lisa mengabaikannya. "Aku yang memilih makanan? Kau akan memakan apapun? Hei jangan mengabaikanku... Apa kau marah?"
"Dengar oppa, kau yang membelikanku gaun ini dan aku memakainya untukmu. Bukankah seharusnya kau merasa sedikit bersyukur?" protes Lisa sembari menyerongkan duduknya agar dapat menatap Jiyong. Rasanya Jiyong baru saja merasakan sebuah adegan yang tidak asing. Ah ini adegan dalam dramanya Park Shinhye yang kemarin ia tonton bersama Seungri, pikir Jiyong yang kemudian justru ingin mencoba bersikap seperti si tokoh utama.
"Terlihat cantik saat aku membelikannya," ucap Jiyong sembari tersenyum, ia benar-benar ingin mencoba peran itu namun sepertinya ia baru saja memilih lawan main yang salah.
"Mungkin saat membelinya kau memikirkan gadis lain," jawab Lisa yang kemudian kembali duduk tegak dan menghadap ke depan. "Cepat jalan, kau membuang-buang waktuku, oppa,"
"Heish... Jangan marah-"
"Aku tidak marah, aku kesal," potong Lisa sembari melirik Jiyong mata kesalnya.
"Ah... Kau kesal? Kalau begitu, bagaimana kalau ku belikan gaun yang baru?"
"Tidak perlu,"
"Kenapa?"
"Aku sedang kesal,"
"Syukurlah, aku bisa berhemat kalau begitu," jawab Jiyong yang kemudian memakaikan seat belt gadis di sampinya, tidak lupa ia memakai miliknya sendiri dan langsung melajukan mobilnya. "Walaupun kesal kau tetap lapar kan? Ayo pergi makan malam lebih dulu, bagaimana dengan steak? Tidak ada Steak daging sapi Korea di Irak, iya kan?"
"Syukurlah oppa tidak menawariku ramyun dan soju," jawab Lisa yang kemudian tersenyum dan meraih tangan Jiyong yang bebas. Lisa meraih tangan Jiyong untuk menggenggamnya dan mengusap punggung tangan pria itu.
"Kenapa? Katanya kau sedang kesal," tanya Jiyong yang kemudian memutar tangannya, menyelipkan jemarinya di sela jemari Lisa. "Jangan mengatakan apapun yang mungkin akan mengejutkanku, kita bisa terlibat kecelakaan nanti,"
"Bagaimana kalau aku saja yang menyetir? Oppa jadi terdengar mengkhawatirkan, izin mengemudimu asli kan?" balas Lisa namun Jiyong hanya terkekeh kemudian mencium punggung tangan Lisa.
"Harusnya kau menawariku sejak tadi, aku memang lebih suka duduk di kursi penumpang," balas Jiyong masih sembari menggenggam tangan gadisnya. Ia tidak pernah ingin menyia-nyiakan kesempatan seperti itu. Selama ini Jiyong selalu sibuk dan Lisa pun sama. Berjalan-jalan terlalu sulit untuk mereka karena pekerjaan Jiyong. Duduk bersebelahan, mengemudi dan bergandengan tangan rasanya sudah sangat menyenangkan.
"Aku berhenti," ucap Lisa kemudian. "Aku sakit dan sudah mengirimkan surat pengunduran diriku," lanjut Lisa membuat Jiyong kemudian melirik gadis itu tidak percaya. Mereka memang berkencan setelah Lisa memutuskan untuk masuk ke camp militer, namun Jiyong tahu bagaimana dulu Lisa bersikeras untuk menjadi tentara dan membuat Yang Hyunsuk sangat bingung. Rasanya aneh mendengar gadis itu bilang dia akan mengundurkan diri.
"Kenapa tiba-tiba?"
"Aku hampir mati. Seluruh teman satu tim ku juga meninggal dan aku tidak bisa melakukan apapun untuk mereka," jawab Lisa sembari meremas lembut tangan Jiyong. "Aku tidak bisa pergi kesana lagi,"
"Kau sudah melakukan hal yang benar, kerja bagus. Aku mendukungmu," ucap Jiyong yang kembali mencium punggung tangan Lisa. "Kau bisa melakukan hal lain selain berada di daerah konflik, sekarang kita bisa lebih sering bertemu, iya kan?"
"Entahlah, aku meminta appa mencarikanku tempat tinggal, aku tidak bisa tinggal disana terus," jawab Lisa kemudian. "Aku tidak membencinya, tapi aku tidak bisa tinggal selamanya bersama wanita yang sudah merebut appa dari eommaku,"
"Kemana kau akan pindah?"
"Aku belum tahu, akan ku beritahu saat appa sudah menemukan rumah untukku,"
Jam menujuk pukul 8 malam ketika Jiyong dan Lisa selesai makan malam dan tiba di lokasi pesta ulangtahun aktris Jun Jihyun. Ada banyak orang terkenal yang sudah datang disana dan yang terpenting, Lisa melihat Minhyuk berseragam pelayan disana.
"Silahkan wine-nya," tawar Minhyuk, menghampiri Lisa dan Jiyong dengan sebuah nampan berisi beberapa gelas wine.
"Terimakasih," ucap Jiyong sembari mengambil dua gelas wine dari atas nampan itu kemudian memberikan salah satu gelasnya pada Lisa.
"Terimakasih," susul Lisa setelah meraih wine pemberian Jiyong. "Dimana toiletnya?"
"Anda bisa lewat sana," ucap Minhyuk sembari menunjuk salah satu pintu dimana seorang pria berdiri sembari menatap Lisa, Hyunbin yang memakai setelan jas mahal berdiri disana. "Dan disana," lanjut Minhyuk sembari menunjuk pintu lainnya. Bukan pintunya yang menjadi fokus dari tangan Minhyuk, melainkan seorang gadis yang mereka incar. Jeon Somi berdiri tidak jauh dari mereka.
"Ah... Ya, terimakasih," jawab Lisa yang kemudian meminum wine-nya dan berbisik pada Jiyong kalau ia akan pergi ke toilet. Minhyuk sudah pergi melayani tamu lain ketika Lisa ingin mengembalikan gelasnya, jadi gadis itu menaruh asal gelasnya di atas meja dan berjalan menghampiri Hyunbin.
"Jadi kekasihku, dan jemput aku di Galleria Foret tepat tengah malam nanti," bisik Lisa ketika ia melewati Hyunbin dan berlalu ke toilet tanpa menunggu tanggapan pria itu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Out
FanfictionMereka kembali bertemu setelah sempat terpisah sejauh samudera. Malam-malam nostalgia terasa seperti mimpi indah namun tetap berakhir sebagai mimpi buruk, tapi tidak ada jalan keluar. Segalanya berakhir tanpa sebuah epilog.