***
Setelah 10 menit berjalan ditengah hutan, akhirnya mobil itu masuk ke jalanan yang lebih ramai dan berbaur bersama kendaraan lainnya. Lisa bisa menghela nafas lega sekarang.
"Kita sudah aman sekarang?" tanya Jiyong dan Lisa mengangguk.
"Aku akan mengantarmu pulang, tapi oppa harus membantuku,"
"Apa? Apa Direktur Badan Intelejen itu yang mengejarmu?"
"Mereka tidak ingin membunuhku, tapi ya... Mereka mengejarku,"
"Lalu bagaimana aku bisa membantumu?"
"Mereka akan mendatangimu. Karena kejadian kemarin. Katakan pada mereka kalau aku terluka, kau menolongku, kemudian kau kehilangan kesadaran. Dan saat kau sadar, kau ada di tempat parkir apartementmu,"
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Aku akan mengurus sisanya dan akan menemuimu lagi besok malam, sebelum tengah malam," jawab Lisa yang masih menyetir dengan sangat cepat. Kecepatan Lisa saat ini lebih cepat di banding kecepatan Jiyong biasa menyetir, namun Jiyong tidak peduli karena kepalanya sedang memikirkan banyak hal lain– situasi Lisa sama sekali tidak dapat Jiyong mengerti.
"Tidak bisakah kau menjelaskan situasimu lebih dulu? Aku tidak akan melarangmu melakukan apapun. Hanya... Jelaskan padaku bagaimana situasi sebenarnya, siapa yang mengejarmu, siapa yang ingin membunuhmu, bagaimana caramu membuktikan kalau kau tidak bersalah, semuanya... Beritahu aku semuanya. Agar aku mengerti dan tahu apa yang harus ku lakukan,"
"Oppa tidak akan melarangku melakukan apapun?" tanya Lisa dan Jiyong mengiyakannya. "Sungguh? Apapun itu?" tanya Lisa lagi, sekali lagi memastikan jawaban Jiyong dan lagi, Jiyong mengiyakannya. "Kalau begitu aku akan menceritakan segalanya dan kemudian oppa akan membiarkanku melakukan apapun,"
"Ya, ayo lakukan itu, apapun yang bisa menyelesaikan masalah ini,"
"Tim ku berisi 20 orang, dan hanya aku yang hidup. Hyunbin bukan tentara, dia salah satu agen di Badan Intelejen. Ketua tim dari pria berjaket kulit yang semalam. Dan Minhyuk adik dari Kapten Lee, ketua timku. Sampai disini bisakah oppa menebak apa yang terjadi? Kematian 19 orang anggota timku yang jadi alasan kami bertemu. Hyunbin tengah menyelidiki masalah korupsi di pengadaan senjata dan untuk menghentikan penyelidikan itu... Mereka mengirim kami tanpa memberi kami senjata. Bukan benar-benar tidak memberi senjata, hanya saja senjata yang di berikan pada kami bukan senjata standart dan tidak mungkin kami dapat bertahan dengan senjata-senjata itu. 19 tentara tewas, dan mereka menyalahkan Hyunbin. Mereka bilang Hyunbin yang mencuri senjata kami dan menukarnya dengan senjata berkualitas rendah,"
"Lalu apa hubungannya denganmu?" tanya Jiyong yang tengah berusaha keras menepis pikiran kalau saat ini, gadis di sebelahnya tengah berusaha membalaskan dendam teman-temannya, yang tewas karena rakusnya beberapa pimpinan.
"Aku satu-satu yang selamat," ucap Lisa benar-benar menghancurkan harapan Jiyong. "Tahun lalu, aku satu-satunya yang selamat. Aku dan lima orang temanku sekarat dan dibawa ke rumah sakit di Seoul-"
"Kau sudah ada di Seoul selama itu?! Kau bilang kalau kau baru tiba di Seoul dan-"
"Iya! Aku berbohong. Aku ada di Seoul satu tahun terakhir ini. Mereka membawa kami ke rumah sakit namun satu persatu dari kami tewas di rumah sakit. Menurutmu kalau mereka berniat menyelamatkanku, bukankah mereka seharusnya memanggil eommaku? Memanggil keluargaku dan memberitahu kalau aku ada di rumah sakit. Kalau mereka memang ingin menyelamatkanku, mereka harusnya melakukan itu. Satu persatu dari kami berenam tewas di rumah sakit itu. Mereka menyelamatkan kami untuk mengetahui sejauh mana yang aku tahu tentang rencana mereka. Aku akan mati di sana kalau Hyunbin tidak datang dan menyelamatkanku waktu itu. Dan begitu mereka tidak bisa menemukanku, oppa sendiri tahu apa yang mereka lakukan. Mereka memberitahu eomma kalau aku hilang. Mereka bahkan sudah siap membakar sebuah tubuh kalau ada seseorang yang tetap bersikeras mencariku. Mereka menakutkan, hanya demi beberapa tas uang belasan nyawa bisa mereka berikan,"
"Apa kau baru saja bilang kalau kau melakukan semua ini atas rasa terimakasihmu pada Hyunbin? Karena dia menyelamatkanmu dari rumah sakit itu?" tanya Jiyong yang benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Apa hanya pria itu yang pernah menyelamatkanmu?! Bagaimana denganku? Bagaimana dengan appamu dan bagaimana dengan eommamu?! Kau pikir bagaimana perasaan kami kalau kau sampai terluka?! Kau bisa mengatakan pada orang-orang itu kalau kau tidak mengetahui apapun! Kau bisa berpura-pura tidak tahu! Dan kalau kau memang ingin berterimakasih pada pria itu, kau bisa memberinya uang saja, tidak perlu sampai-"
"Karena pria itu aku tidak mati disana dan hanya ini yang bisa ku lakukan untuk kalian!" potong Lisa, gadis itu tahu kalau pembicaraan ini tidak akan pernah bisa menjadi sebuah obrolan biasa. Lisa sangat tahu kalau pria di sebelahnya tidak akan bisa menahan emosinya. Semua orang tahu kalau Jiyong egois, bahkan Lisa tidak terkejut dengan keegoisan Jiyong yang menyuruhnya berhenti dan menyelamatkan dirinya sendiri. Mungkin dulu Lisa memang punya kesempatan untuk itu, ia tetap berada di rumah sakit dan memberi kesaksian palsu, tapi sekarang sudah sangat terlambat, Lisa tidak bisa lagi mundur. "Sudah terlambat untuk mundur, mereka sudah tahu sebanyak apa informasi yang ku tahu,"
"Sudah ku katakan berkali-kali untuk tidak bersikap gegabah dan sok pahlawan. Ketika nyawamu di pertaruhkan, dan kau tidak bisa melawan, seharusnya kau menuruti apa yang berkuasa inginkan. Setidaknya dengan begitu kau bisa hidup dengan nyaman, kita bisa menikah dan eommamu bisa-"
Lisa tidak tahan, gadis itu sangat marah sekarang. Dengan satu gerakan pasti, Lisa menepikan mobilnya kemudian keluar dari mobil itu. Ucapan Jiyong benar-benar membuatnya marah hingga rasanya Lisa ingin mencekik Jiyong saat itu juga. Lisa ingin menghentikan omongan Jiyong mengenai jalan yang sudah terlanjut ia pilih.
Sama seperti Lisa, Jiyong juga luar biasa marah. Pria itu tidak mengerti kenapa Lisa harus memilih hidup dalam pelarian, menipu keluarganya dan membahayakan hidupnya seperti ini hanya demi membalas budi pada seorang pria yang baru menyelamatkannya. Padahal dulu Lisa punya kesempatan untuk berpura-pura tidak tahu dan bertahan hidup, kembali kerumah dan bertemu ibunya.
"Dengar," ucap Lisa yang masuk kedalam mobil setelah ia berdiri selama lima menit di tepi jalan. "Kalau kau di suruh memilih untuk menyelamatkan Big Bang atau aku, siapa yang akan oppa pilih?"
"Kau, aku akan menyelamatkanmu dan hidup bersama denganmu,"
"Hidup denganku dalam rasa bersalah karena tidak melakukan apapun untuk Big Bang? Oppa ingin hidup seperti itu? Aku tidak mengatakan kalau jawabanmu salah, tapi aku tidak ingin hidup seperti itu. Orang itu, koruptor sialan itu sudah membunuh teman-temanku dan bisa membunuh lebih banyak orang lagi. Mereka membunuh eomma- anniyo, tapi yang jelas. Kalau aku berhenti sekarang, kematian teman-temanku, kematian eomma dan apa yang sudah kulakukan selama ini akan sia-sia," ucap Lisa yang kemudian mengulurkan tangannya untuk menyentuh tangan Jiyong. Gadis itu akan meminta Jiyong memahaminya, namun begitu tangan mereka bersentuhan, Jiyong menepis tangan Lisa.
Jiyong tidak ingin di bujuk. Jiyong tidak ingin mengerti dan Jiyong tidak ingin Lisa pergi kemudian menghilang lagi. Jiyong tidak ingin gadisnya terus berada dalam pelarian. Dan yang membuat Jiyong semakin marah adalah karena ia tidak dapat melakukan apapun untuk Lisa. Ia tidak punya kuasa dan kekuatan untuk melindungi wanitanya.
Tidak ada pembicaraan apapun sampai mobil Lisa berhenti di lantai 18 Galleria Foret. Gadis itu menghentikan mobilnya dan menunggu Jiyong keluar dari sana.
"Oppa bilang, oppa akan membiarkanku melakukan apapun untuk menyelesaikan masalah ini, ingat kan?" tanya Lisa setelah Jiyong mengulurkan tangannya untuk membuka seat belt dan pintu di sebelahnya. "Kalau begitu, biarkan aku mengakhiri hubungan kita,"
"Mwo? Apa maksudmu?! Apa yang akan kau akhiri?! Kita sudah sejauh ini dan kau akan mencampakanku?! Demi siapa kali ini?! Pria itu juga?!" seru Jiyong. Pria itu sudah keluar dari mobil, namun ucapan Lisa membuatnya tidak bisa menutup pintu mobil itu.
"Aku tidak peduli siapa yang mencamapakan siapa. Aku tidak sedang meminta izinmu. Aku memberitahumu, kalau setelah hari ini aku akan memberitahu semua orang kalau kita sudah berpisah," ucap Lisa yang kemudian mengulurkan tangannya untuk meraih pintu di dekat Jiyong. "Pergilah, di luar dingin. Aku tidak punya waktu untuk lebih lama lagi berada disini," ucap Lisa, menyuruh Jiyong menyingkir agar ia dapat menutup pintu mobilnya kemudian menginjak gas dan melesat pergi meninggalkan seorang pria yang masih membeku di tempatnya. Sampai pagi tadi Lisa masih melambungkannya ke langit dan baru saja, hanya dalam hitungan detik gadis itu membantingnya ke tanah.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Out
FanfictionMereka kembali bertemu setelah sempat terpisah sejauh samudera. Malam-malam nostalgia terasa seperti mimpi indah namun tetap berakhir sebagai mimpi buruk, tapi tidak ada jalan keluar. Segalanya berakhir tanpa sebuah epilog.