3

1.6K 259 2
                                    

***

Sudah dua hari sejak Lisa kembali dan tinggal di rumah ayahnya. Sang ayah masih sangat memperhatikannya hingga Lisa tidak dapat melakukan apapun atau pergi kemanapun. Dua hari yang Lisa habiskan dirumah, membuatnya justru dekat dengan Lee Eunju. Bukan sebagai ibu tiri dan anak, Eunju tidak dapat menggantikan posisi ibu kandung Lisa dan Lisa pun kesulitan untuk menganggap Eunju sebagai ibunya. Jadi mereka hanya dapat menjadi dekat sebatas teman yang kebetulan tinggal bersama.

"Aku terluka, sangat parah sampai ku pikir aku sudah mati saat itu. Aku memejamkan mataku dan semuanya menghilang begitu saja, rasa sakit, suara bising senapan dan ledakan menghilang begitu saja, suara-suara teriakan tidak terdengar lagi. Kemudian aku membuka mataku dan ternyata aku selamat, tapi aku tidak berada di markas timku, tidak juga berada di tenda kesehatan para relawan perang. Aku tidak tahu dimana aku berada tapi seseorang menyelamatkanku," cerita Lisa pada Eunju di sore hari ini, sembari menemani Eunju menyiapkan makan malam. "Setelah aku benar-benar sembuh, aku baru tahu kalau ternyata aku di selamatkan oleh sebuah kelompok yang sedang melarikan diri. Sekelompok warga sipil yang sedang berusaha melarikan diri dari daerah konflik itu. Ada beberapa kelompok warga sipil yang tidak bisa pergi dari daerah konflik karena di jadikan tawanan, dan orang-orang yang menyelamatkanku adalah salah satu dari mereka. Berbulan-bulan aku bersama mereka sampai akhirnya aku bisa melarikan diri bersama beberapa orang dari kelompok itu. Aku tidak tahu kemana mereka pergi, karena kami berpisah di tengah perjalanan,"

"Kau kembali ke camp militermu?"

"Tidak, aku pergi ke camp militer terdekat dan ternyata ada temanku disana. Dia seorang tentara Angkatan Udara dari Amerika dan dia memberiku tumpangan pulang. Aku tiba di bandara Angkatan Udara lalu pulang kerumah, tapi rumahku sudah di tempati orang lain dan aku tidak tahu dimana appa tinggal. Jadi aku naik taxi dan memintanya mengantarku ke gedung YG,"

"Kami baru pindah kesini dua tahun yang lalu," jelas Eunju. "Dan kami akan sangat senang kalau kau mau tinggal disini,"

"Bukankah akan tidak nyaman? Kalau aku tinggal disini? Sekarang aku sudah mendapatkan kembali seluruh barang-barangku, statusku juga bukan lagi orang hilang atau meninggal. Kurasa aku ingin mencari tempat tinggal sendiri saja,"

"Apa kau akan kembali bekerja? Ke Markas Angkatan Darat?"

"Kurasa appa tidak akan mengizinkannya," ucap Lisa sembari tersenyum. "Kau bilang appa sangat mengkhawatirkanku satu tahun terakhir ini... Jadi kurasa aku akan mengundurkan diri? Lagi pula, aku sangat tidak ingin kembali ke Irak. Mungkin aku akan menganggur untuk beberapa minggu kemudian mencari pekerjaan lain,"

"Ingin aku meminta appamu untuk mencarikanmu posisi di agensi? Ah bahkan tanpa aku memintanya, dia pasti akan mencarikan posisi untukmu di agensi, kalau kau ingin bekerja disana,"

"Haha apa yang bisa ku kerjakan disana? Aku sama sekali tidak tahu caranya berbisnis atau bekerja di kantor, aku hanya akan merepotkan disana. Aku sudah memikirkan beberapa jenis pekerjaan, tapi aku perlu waktu untuk mengurus semuanya dan memulai lagi dari awal,"

Di tengah obrolan itu, Eunju bilang kalau ia kehabisan rumput laut kering dan Lisa memanfaatkan momen itu untuk keluar dari rumah. Lisa bilang dia akan membelikan rumput laut itu di minimarket, di lantai dasar gedung apartement mewah itu. Ia bisa keluar dan menghubungi Hyunbin sekarang.

"Aku sudah berhasil masuk," ucap Lisa begitu Hyunbin menjawab panggilannya. Lisa berdiri di sudut lift sekarang, untuk turun ke minimarket. "Besok aku akan meminta appa mencarikan tempat tinggal sendiri,"

"Akan ada sebuah pesta di akhir pekan ini, dan Somi menjadi salah satu undangannya," ucap Hyunbin setelah ia mengiyakan laporan Lisa. "Datanglah ke pesta itu, aku akan mengirim detailnya,"

"Kau tidak merindukanku, oppa?" tanya Lisa setelah ia menerima sebuah pesan dari Hyunbin di handphonenya. "Kalian berdua tidak merindukanku? Hm... Aku sedikit kecewa,"

"Kau baru pergi beberapa hari,"

"Aku merindukanmu sayang!" susul suara Minhyuk yang kemudian membuat Lisa terkekeh. "Pakailah kalung pemberianku, agar aku bisa mengawasimu,"

"Ne... Aku akan memakainya nanti," jawab Lisa. "Aku harus pergi sekarang, ku tutup," bisik Lisa ketika di lantai 18 pintu lift terbuka dan dari jauh seorang yang Lisa kenal melangkah mendekat. Kwon Jiyong.

"Tolong tahan pintunya!" seru orang itu pada seorang wanita yang juga akan keluar dari lift di lantai 18. "Terimakasih banyak," lanjut Jiyong setelah ia masuk ke dalam lift dan membiarkan wanita yang membantunya benar-benar keluar dari pintu.

Jiyong tidak menyadari kehadiran Lisa. Tentu ia melihat seorang gadis yang berdiri di dalam lift dengan jacket berhoodie dan celana jeans, namun kepala gadis itu tertunduk dan Jiyong tidak berminat untuk memperhatikan siapa gadis itu.

"Tidak perlu datang hyung," ucap Jiyong pada seseorang di panggilannya. Pria itu berdiri tepat di depan pintu lift. "Hyunsuk hyung mengundangku kerumahnya dan sekarang aku akan ke minimarket untuk membelikannya sesuatu. Apa yang harus ku bawa? Tissue? Atau camilan? Dia bilang, dia akan membicarakan sesuatu yang penting dan kurasa ini bukan sekedar bertamu biasa, apa yang harus ku bawa? Bunga untuk istrinya? Kalau begitu pesankan bunganya, dan kirim ke rumahku. Aku akan membeli rokok saja di minimarket, aku sudah terlanjur turun untuk membeli tissue. Haha ne, terimakasih, ku tutup," ucap Jiyong sembari merasakan sebuah benda dingin di lehernya. Gadis yang tadi tidak ia perhatikan, menekan kan sesuatu yang dingin ke lehernya.

Butuh waktu beberapa detik untuk Jiyong menjatuhkan handphonenya, kemudian menarik tangan orang itu dan menjatuhkannya ke lantai. Berlatih seperti orang gila di White Skull ternyata tidak sia-sia, pikir Jiyong ketika ia ternyata bisa menyelamatkan dirinya sendiri di saat terdesak. Gadis berhoodie yang mengganggunya itu kini terbaring di lantai, dengan tangannya yang Jiyong tahan di punggung. Namun Jiyong langsung melepaskan gadis itu ketika menyadari kalau benda dingin yang di pegang gadis itu bukanlah pisau, melainkan sebuah kartu kredit. Dan Jiyong lebih terkejut lagi ketika gadis itu memutar tubuhnya, masih berbaring di lantai namun kini menunjukan wajahnya.

"Ah! Pinggangku... Latihan di White Skull tidak sia-sia huh??" ucap Lisa yang kemudian bergerak untuk bangun. "Bisa-bisanya membanting orang lain di lift, kau terlalu kasar, kalau aku lebih besar dan berat kau akan-"

"Mereka bilang kau sudah mati," bisik Jiyong yang memotong ucapan Lisa dengan sebuah pelukan. Awalnya Jiyong tidak yakin, namun suara dan cara bicara gadis itu meyakinkannya. Jiyong sempat berfikir kalau ia mulai gila karena melihat Lisa disana. "Aku hampir jadi duda tanpa sempat menikah, kemana saja kau selama ini? Kenapa baru datang sekarang? Aku- aku tersiksa karenamu,"

"Maaf, aku ingin datang lebih awal... Tapi ternyata aku butuh waktu lebih lama untuk sampai kesini," jawab Lisa yang kemudian membalas pelukan pria itu. "Bagaimana kabarmu, oppa?" tanya Lisa yang lebih dulu melepaskan pelukan Jiyong dari tubuhnya karena pintu lift akan segera terbuka di lantai dasar nanti.

"Kau bertanya karena tidak tahu? Tentu saja aku hancur, kacau, berantakan setelah mendengar kabar kalau kau hilang, lalu mati dan tubuhmu tidak di temukan, kau sudah menemui eommamu?"

"Sudah," jawab Lisa sembari mengangguk dan tersenyum pada Jiyong. "Terimakasih karena sudah menjaganya selama aku pergi dan... Terimakasih karena sudah menemaninya di akhir hidupnya. Appa bilang kalau oppa yang selalu menemani eomma di rumah sakit. Sampai kau bertengkar dengan kepala tempat wamilmu dan di hukum, terimakasih,"

***

The Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang