12

1K 185 3
                                    

***

"Ya! Kenapa kau lama sekali?!" seru Minhyuk begitu Lisa mengaktifkan kembali earphonenya. "Dimana kau sekarang?!"

"Kau tidak bisa melihat lokasiku?" tanya Lisa dengan suaranya yang tertahan. Rasa sedih dan marah baru saja bercampur jadi satu di dalam dirinya. "Ada titik hijau bertuliskan namaku di layar laptopmu, kalau mungkin kau lupa,"

"Kau baik-baik saja?" tanya Hyunbin ikut membuka suaranya. Ketiga orang itu kini berada di tiga lokasi berbeda dan terhubung dalam sebuah sinyal yang Minhyuk sesuaikan. Ketiganya tengah berada dalam perjalanan menuju satu tempat yang sama.

"Apa aku punya alasan untuk tidak baik-baik saja?" tanya Lisa yang tengah berusaha keras menahan tangisnya. Siapa yang bilang mencampakan Jiyong adalah perkara mudah? Siapa yang bilang ia tidak terluka?

"Entahlah," jawab Hyunbin yang tentu saja tahu kalau Lisa tidak sedang baik-baik saja. "Sepertinya keadaan kita tidak sedang baik, kita hampir ketahuan,"

"Tapi Agen Yook ada di pihak kita," ucap Minhyuk sedikit bingung. "Mereka bilang mereka mencarimu karena ingin memulihkan namamu, kenapa kita tidak bisa mempercayainya?"

"Kau tidak boleh percaya pada siapapun, oppa," jawab Lisa. "Kita ini penipu, dan Agen Yook tahu itu. Ingat apa yang terjadi lima bulan lalu? Kita hampir tertangkap saat menipu si penjual organ karena Agen Yook,"

"Dia sudah minta maaf, iya kan hyung?" tanya Minhyuk sedikit bersikeras karena menurutnya Agen Yook memang berada di pihak mereka. "Agen Yook bisa melaporkan kita kapan pun, tapi dia tidak pernah melakukannya,"

"Hari ini dia melakukannya," balas Lisa tidak mau kalah. "Mungkin ini karena dia marah padaku setelah ku permalukan semalam, tapi tetap saja dia membuat kita harus pindah. Padahal aku sangat menyukai rumah itu. Dan omong-omong, kemana aku harus pergi?"

"Dia terlihat terpaksa melakukannya, karena kau dengan jelas meneriakan namamu dan semua saksi mata mendengarnya," ucap Minhyuk. "Tapi tidak ada yang menyebut Hyunbin hyung, tidak ada yang ingat kalau Hyunbin hyung datang dan pergi terakhir selain para petugas,"

"Jadi yang sebenarnya di cari hanya aku?" tanya Lisa. "Karena aku dengan jelas meneriakan namaku? Kalau begitu aku hanya perlu datang dan bersikeras kalau aku tidak melihat Hyunbin. Aku hanya perlu bersikeras kalau aku datang sebagai Lalisa Yang,"

"Ya, dan Asisten Jeon tidak punya alasan untuk membunuhmu kalau anak-anaknya terlihat membutuhkanmu," ucap Hyunbin membenarkan. "Bagaimana perkembangan Jeon Somi?"

"Hei, kemana aku harus menyetir?" tanya Lisa sekali lagi karena sebentar lagi ia harus memutuskan untuk masuk ke jalan tol atau tetap di jalan umum.

"Pantai," jawab Hyunbin sembari menunggu Minhyuk memberinya jawaban.

"Jeon Somi belum menghubungi Lisa, dia belum menggunakan handphonenya, sepertinya ini masih terlalu pagi untuknya. Kalau di lihat dari pemakaian sebelum-sebelumnya, handphonenya mulai aktif di pukul 11 siang,"

"Kalau begitu, kalian berdua saja yang kepantai, aku akan mengurus hal lain," ucap Hyunbin.

"Mengurus apa?"

"Mengurus agar Badan Intelejen melepaskan kita?" jawab Hyunbin tidak benar-benar serius. "Sudah ya, ku matikan. Aku akan datang sore nanti, sisakan makanan untukku, bye," ucap Hyunbin yang langsung memutus pembicaraan itu dengan menonaktifkan earphonenya. Hyunbin mengakhiri panggilannya karena seseorang menghubunginya. Seseorang yang semalam meminta nomor kontaknya di saat semua orang tidur, Kwon Jiyong.

Semalam, di saat semua orang sudah tidur, Jiyong menemukan Hyunbin di dapur. Hyunbin sedang mengisi perutnya sementara Jiyong hanya berkeliling rumah itu. Ia ingin tahu bagaimana Lisa hidup selama satu beberapa bulan terakhir, di rumah itu.

"Jadi disini Lisa tinggal?" tanya Jiyong malam itu. "Kalian berdua juga tinggal disini sepanjang hari?"

"Dia bilang begitu?" tanya Hyunbin sembari menuang air panas kedalam cup ramyunnya. Hanya ramyun, makanan yang setia menemani tiga orang di mewah itu. Lisa si satu-satunya gadis juga hanya bisa memasak sesuatu yang sederhana. Lisa tidak pernah memasak selain ketika gadis itu muak dengan Ramyun.

"Apa yang kalian kerjakan disini?"

"Ini dan itu,"

"Kenapa Lisa harus tinggal disini?"

"Dia bisa pulang kalau memang ingin," jawab Hyunbin seakan semua yang Jiyong tanyakan bukanlah hal penting yang perlu ia jawab dengan perhatian penuh dan separagraf penjelasan. "Selalu ada cara kalau dia memang benar-benar ingin,"

"Maksudmu selama ini dia tidak ingin pulang? Apa yang membuatmu berfikir Lisa nyaman tinggal disini? Karena disini luar biasa mewah? Dengan semua peralatan olahraga, komputer-komputer game itu dan perhiasan palsu?"

"Kenapa kau berfikir begitu?" tanya Hyunbin yang saat itu sudah dapat menikmati ramyunnya.

"Apa? Perhiasan? Tidak akan ada orang yang membiarkan perhiasan asli berserakan di ruang tamu,"

"Itu asli," komentar Hyunbin. "Hanya Minhyuk yang punya hobi menaruh perhiasan asli dimana-mana. Dan yang ku tanyakan adalah kenapa kau berfikir Lisa tinggal disini karena semua kemewahan ini? Kurasa dia tidak akan pergi ke Irak kalau dia menginginkan kemewahan. Kalau rumahnya sudah nyaman, Lisa tidak akan pergi ke Irak. Apa aku salah?"

Kembali ke panggilan Jiyong, begitu Hyunbin menonaktifkan earphonenya, pria itu menjawab panggilan Jiyong melalui roda kemudinya. Membuat suara Jiyong terdengar di seluruh sudut mobil melalui speaker mobil itu.

"Aku tidak menduga kau akan menghubungiku secepat ini," ucap Hyunbin begitu ia mendengar suara Jiyong.

"Dimana Lisa? Aku tidak bisa menghubunginya,"

"Kalau kau saja tidak bisa menghubunginya, bagaimana aku bisa?"

"Penipu,"

"Dan akhirnya kau tahu apa yang kami lakukan selama ini," ucap Hyunbin tanpa meninggikan nada bicaranya. "Pakai otakmu tuan kaya raya, darimana sekelompok buronan mendapatkan seluruh kemewahan itu, tidak kah kau penasaran? Dan jawaban itu juga bisa menjadi alasan kenapa dia meninggalkanmu,"

***

The Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang