***
"Lisa-"
"Jangan bicara padaku," potong Lisa. Saat itu ia berada di mobilnya, dengan Minhyuk yang menyetir mobil itu sementara Lisa duduk di kursi penumpang bagian belakang. "Kau tidak berhak mengatakan apapun setelah tertangkap basah menusukku dari belakang,"
"Tapi Hyunbin hyung yang punya ide melibatkannya, aku sudah melarangnya, sungguh,"
"Kau sudah melarangnya tapi dia bersikeras dan kau menyerah? Wah... Itu benar-benar luar biasa. Apa gunanya sudah melarang kalau ternyata dia tetap tidak mendengarkanmu?" balas sinis Lisa sembari melepaskan mantel coklatnya kemudian menaikan lengan blousenya. Bahu gadis itu benar-benar sakit setelah menembak dan Lisa sudah menahannya sejak beberapa jam lalu. Gadis itu lantas mengambil sebuah kotak di bawah kursinya, mengambil suntikannya dan menyuntik dirinya sendiri.
"Kau ingin berjalan-jalan sebentar?" tanya Minhyuk sembari melirik Lisa dengan ekor matanya. Lisa mungkin tidak ingin menemui Jiyong dalam keadaan sakit begitu.
"Cari saja rute paling jauh," ucap Lisa yang kemudian kembali bersandar dan memejamkan matanya. "Aku benar-benar hampir memukulnya di salon tadi, siapa gadis tadi? Salah satu orang kita?"
"Seorang trainee di agensi appamu, tapi Jiyong hyung tidak tidur dengan gadis itu. Dia pergi setelah membayarkan paket spanya, dia ingin mengikutimu tapi Hyunbin hyung melarangnya, jadi dia kembali bekerja dan di datang ke restoran ramen setelah di hubungi temannya. Tapi bagaimana kau tahu kalau Jiyong membantu kita, tadi?"
"Aku tidak tahu," jawab Lisa, masih dengan matanya yang terpejam. "Aku sungguhan terkejut di salon tadi, tapi si menyebalkan itu sengaja membuatku mendengarkan obrolannya dengan Jiyong oppa didepan restoran. Hyunbin oppa tidak mematikan earphonenya saat bicara di depan restoran,"
"Dia bilang itu untuk memberimu sedikit motivasi agar misi kita cepat selesai, sekarang kita belum bisa memprediksi apa yang akan di lakukan Jiyong hyung bulan depan, setidaknya kita harus menenangkannya, iya kan?"
"Ya, tapi setidaknya beritahu aku lebih dulu... Atau rahasiakan itu sampai mati... Jangan membuatku menangkap basah kalian,"
"Apa ada yang salah dengan bahumu? Kenapa bahumu sembuh lebih lama dari biasanya?" tanya Minhyuk, masih sesekali melirik Lisa yang duduk bersandar dan memejamkan mata di belakangnya. Gadis itu terlihat pucat dibawah bayang-bayang sinar bulan yang masuk lewat jendela.
"Ini karena aku terus menggerakan bahuku," jawab Lisa seadanya. "Seharusnya aku memakai gips. Bisakah malam ini kau mendapatkan sebuah gips oppa?"
"Ya, akan kucarikan,"
***
Minhyuk sudah menyetir selama hampir 100 menit sebelum ia kemudian memarkirkan mobilnya di depan gedung apartement Lisa. Sebenarnya ada tempat parkir didalam gedung tersebut, namun ada CCTV disana, hingga mereka memilih untuk memarkir mobil di luar, ditempat yang tidak terpantau CCTV.
"Mana Lisa?" tanya Hyunbin ketika melihat Minhyuk masuk kedalam rumah, sendirian.
"Masih berjalan di belakang," jawab Minhyuk. Pria itu membiarkan pintunya terbuka kemudian melangkah ke dapur. "Jiyong hyung tidak disini?"
"Sedang di kamar mandi," ucap Hyunbin yang kemudian berjalan ke pintu untuk menghampiri Lisa. Namun gadis itu terlihat sangat lelah ketika ia mengangkat kepalanya.
"Jangan sekarang," ucap Lisa sembari menatap malas pada Hyunbin. "Bicarakan saja besok pagi, aku ingin segera tidur,"
Lisa menyeret langkahnya sampai ke kamarnya, gadis itu melihat Jiyong ketika ia masuk kedalam kamarnya namun tidak berniat bicara pada Jiyong. Gadis itu hanya melepaskan mantel dan blousenya sembari menyuruh Jiyong untuk keluar dari kamarnya.
"Pergilah. Pakai kamar mandi di kamar sebelah, jangan masuk kesini," usir Lisa sembari membukakan pintu kamarnya untuk Jiyong.
"Kita perlu-"
"Kau bukan siapa-siapa disini, pergilah," potong Lisa yang kemudian mendorong Jiyong untuk keluar dari kamarnya dan segera mengunci pintu kamar itu sebelum seseorang menanyakan keadaannya. Gadis itu berdiri di depan cermin, masih memakai celana panjangnya, namun ia sudah tidak lagi memakai blousenya. Gadis itu berniat untuk mengganti pakaiannya namun justru mampir sebentar di depan cermin untuk melihat keadaan tubuhnya.
"Benar-benar mengerikan," gumamnya pelan sembari memperhatikan betapa kurusnya ia, memperhatikan kulitnya yang jadi semakin lembab, dingin dan kusam. "Aku harus berhenti memakai obat itu," gumamnya lagi ketika ia menyadari matanya yang sekarang sangat mudah berair.
Lisa lantas tidak ingin terlalu lama melihat tubuhnya yang sedikit demi sedikit mulai terlihat menyedihkan. Gadis itu kemudian memakai pakaiannya dan berbaring di tempat tidur.
"Apa yang terjadi pada Lisa?" tanya Hyunbin dan Jiyong hampir bersamaan. Kedua pria itu juga secara bersamaan menghampiri Minhyuk di dapur.
"Bahunya sakit setelah menembak dengan Jungkook tadi," jawab Minhyuk sama sekali tanpa menyinggung obat yang Lisa pakai. Baik Minhyuk maupun Lisa sudah sama-sama tahu kalau sepertinya Lisa mengalami efek samping dari obat tersebut.
"Dia menembak dengan tangan kanannya?" tanya Hyunbin dan Minhyuk menggeleng.
"Dengan tangan kirinya, mengenai seluruh targetnya tapi kurasa itu cukup untuk membuatnya kelelahan. Aku sudah mengobatinya tadi, biarkan dia tidur saja... Aku juga lelah, kalian pulang saja aku akan mengina- anniyo, kita bertiga menginap saja disini," ucap Minhyuk yang baru saja menangkap tatapan kesal Jiyong. Pria itu kemudian berjalan ke satu kamar kosong di sebelah kamar Lisa dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjangnya.
Sudah lewat tengah malam, Jiyong keluar dari kamar. Bukan kamar Lisa, tapi kamar berisi sebuah ranjang tingkat di sebelah kamar Lisa. Minhyuk masih terlelap ketika Jiyong bangun, namun Hyunbin tidak ada di dalam kamar itu. Padahal beberapa jam lalu Hyunbin juga berada disana, berbaring di sofa sembari memejamkan matanya. Jiyong keluar dari kamar itu dengan berhati-hati , agar tidak membangunkan siapapun namun ketika ia membuka pintu kamarnya, Jiyong menemukan Lisa tengah berdiri di dapur sembari mengaduk sesuatu di dalam panci.
"Apa yang kau lakukan tengah malam begini?" tegur Jiyong yang kemudian membuat Lisa menoleh dan menaruh telunjuknya didepan mulut. Meminta Jiyong untuk menurunkan volume bicaranya. "Aku tidak melihat Hyunbin, dia pergi?" tanya Jiyong, sekedar berbasa-basi dengan suara pelannya.
"Dikamarku," jawab Lisa seadanya. "Jangan di bangunkan, dia baru saja tidur,"
"Apa kalian berk-"
"Kenapa? Kalau kami ternyata berkencan akankah kau pergi dari sini dan tidak tiba-tiba muncul di depanku lagi?" potong Lisa sembari menuangkan sup instan ke dalam mangkuknya. Gadis itu lapar namun tenggorokannya sangat sakit hingga ia tidak mampu menelan apapun. Ia sudah membuat ramyun sebelumnya, namun tidak dapat menelan helaian mie itu.
"Kenapa kau terus mendorongku menjauh? Apa aku benar-benar melakukan sebuah kesalahan?" tanya Jiyong sembari memperhatikan Lisa yang sekarang duduk di meja makan dan menyesap supnya perlahan-lahan.
"Tidak,"
"Lalu kenapa? Beri aku sebuah alasan, aku benar-benar tidak mengerti. Dadaku terasa sangat sesak melihatmu seperti ini tapi sesaknya terasa semakin parah kalau aku tidak melihatmu,"
"Kau benar-benar penasaran oppa?" tanya Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya. Pria itu kemudian duduk di sebelah Lisa, menunggu Lisa menjawab pertanyaannya. "Aku harus mendapatkan Jungkook. Apapun yang terjadi, aku harus membuatnya menyukai dan mempercayaiku. Dan kau membuat tujuan itu terasa semakin jauh,"
"Kenapa harus kau yang-"
"Karena ini masalahku, aku tidak bisa menumbalkan orang lain untuk menyelesaikan masalahku," lanjut Lisa sembari meraih selembar foto di bawah setumpuk surat. Foto Jisoo yang terbaring di atas ranjang dalam keadaan koma. "Kau mengenalnya kan? Kim Jisoo, gadis yang berhenti menjadi trainee ketika aku masuk ke Angkatan Darat. Dan dia jadi seperti ini karena Jungkook,"
***

KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Out
FanficMereka kembali bertemu setelah sempat terpisah sejauh samudera. Malam-malam nostalgia terasa seperti mimpi indah namun tetap berakhir sebagai mimpi buruk, tapi tidak ada jalan keluar. Segalanya berakhir tanpa sebuah epilog.