18

926 157 2
                                    

***

Masih di pagi yang sama, namun sekarang sedikit mendung, mungkin karena sudah mulai memasuki musim hujan. Baru beberapa langkah keluar dari gedung apartemen dimana rumah Lisa berada, Jiyong berpapasan dengan Hyunbin. Hyunbin baru saja datang, dengan mobil yang ia parkir di tepi jalan– yang tentunya tidak tersorot CCTV.

Tidak begitu jelas bagaimana awalnya, namun kedua pria itu kini justru berakhir di sebuah restoran sup tidak jauh dari sana. Jiyong yang lebih dulu mengajak Hyunbin ke restoran itu dan walaupun sudah sarapan bersama Minhyuk tadi, Hyunbin merasa perlu menemani Jiyong. Ada sedikit rasa bersalah dalam diri Hyunbin karena sudah membuat Jiyong kewalahan dengan sikap Lisa. Hyunbin merasa, ia lah yang telah menyeret Lisa kedalam segala masalah itu.

"Tidak ada yang dapat ku katakan untuk menenangkanmu," ucap Hyunbin yang kemudian meraih rokok milik Jiyong dan menyulut satu batang rokok, mengikuti Jiyong.

Pesanan mereka belum datang tapi Jiyong merasa ia perlu melakukan sesuatu untuk menenangkan dirinya sendiri, dan Hyunbin mengikutinya. Akan sedikit canggung kalau Hyunbin hanya diam dan melihat Jiyong merokok didepannya.

"Kenapa kau mempercayai Lisa?" tanya Jiyong tanpa menatap Hyunbin. Pria itu hanya menghisap rokoknya dan menatap kosong pada asbak diatas meja mereka.

"Bukankah kau yang mempercayainya? Dan sekarang kau takut kenyataannya akan berbeda dari kepercayaanmu. Kau takut ternyat Lisa tidak sebaik apa yang kau percayai," jawab Hyunbin namun ucapan itu tidak cukup untuk membuat Jiyong membuka mulutnya dan mengakui kenyataan itu. "Orang-orang selalu bimbang dalam kecurigaan dan kepastian sampai mereka mati. Tapi ada satu titik, dimana mereka berhenti curiga. Baik itu cinta, simpati atau rasa bersalah. Saat emosi baru itu muncul, kau tidak bisa bimbang lagi. Kau akan memilih untuk percaya, karena beratnya beban emosi baru itu. Dia tidak akan melakukan itu, jangan mencurigainya, aku akan mempercayainya. Setelah mempercayai seseorang secara sepihak, kau akan meledak suatu saat nanti. Aku sudah mempercayaimu, teganya kau melakukan ini padaku? Tidak ada yang memintamu untuk mempercayainya. Kau sendiri yang memutuskan untuk mempercayainya,"

"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?"

"Kau bertanya, apa aku mempercayai Lisa atau tidak," ucap Hyunbin sembari tersenyum pada seorang pelayan yang mengantarkan makanan mereka. "Dan itu jawabanku. Untuk sekarang aku mempercayainya, dan kalau nanti situasinya berubah, aku bisa berhenti mempercayainya,"

"Saat gadis yang kau cintai, ternyata meninggalkanmu untuk pria lain, apa kau akan berhenti mempercayainya?"

"Gadis yang ku cintai sudah lama pergi untuk pria lain. Itu bukan hal baru dalam pekerjaan kami. Kami pergi jauh dari rumah, ada banyak bahaya dan musuh. Mencintai seseorang dalam pekerjaanku sama seperti memamerkan kelemahanmu pada semua orang,"

Lagi-lagi Jiyong terdiam. Pria itu kembali larut dalam pikirannya sendiri, berfikir apakah Hyunbin baru saja mengatakan kalau ia adalah kelemahan bagi Lisa.

"Ya, kau adalah kelemahan Lisa. Kalau kalian masih bersama, kau benar-benar akan menjadi kelemahan terbesarnya," ucap Hyunbin seakan ia bisa membaca pikiran Jiyong. Jiyong akan menanggapi ucapan tersebut, namun dering telpon menginterupsi mereka. Hyunbin mendapatkan sebuah panggilan baru dari Lisa.

"Halo?" ucap Hyunbin setelah ia menjawab panggilan itu. Keduanya berbicara di telpon untuk beberapa detik dan kemudian Hyunbin mengakhiri panggilan itu. Lisa hanya bertanya kenapa Hyunbin tidak juga datang padahal mereka sudah harus bekerja.  "Aku sudah harus pergi," ucap Hyunbin setelah ia menutup panggilan itu kemudian meraih sendoknya. Mulai makan.

"Seberapa bahaya?" tanya Jiyong yang juga meraih sendoknya. Mungkin ia tidak akan bisa makan lagi kalau Hyunbin pergi nanti. Makan sendirian dengan suasana hati yang buruk membuat Jiyong merasa sangat menyedihkan. "Dari 1 sampai 10, seberapa bahaya pekerjaan kalian saat ini?"

"Kalau 10 adalah misi bunuh diri yang sudah pasti mati, maka kali ini adalah 9,"

Jiyong terdiam. Kalau bisa, Jiyong sangat ingin menculik Lisa dan mengurung gadis itu di sebuah ruangan yang aman sekarang.

"Appanya bilang Lisa tidak akan terluka sekarang. Dia memintaku melepaskan Lisa karena takut putrinya akan terluka olehku, karena pekerjaanku. Tapi sepertinya, Lisa memang senang berada dalam situasi berbahaya," ucap Jiyong yang memaksakan dirinya untuk terus menelan sup di hadapannya. "Aku memberinya waktu satu bulan, setelah satu bulan, aku akan menemuinya dan menanyakan keputusannya satu kali lagi. Bisakah kau memastikan ia baik-baik saja sampai saat itu?"

"Menjaganya selama satu bulan?" tanya Hyunbin di barengi dengan sebuah angkatan bahu. "Tidak sulit, kalau hanya satu bulan. Tapi bagaimana denganmu? Kau bisa bertahan satu bulan?" lanjutnya terlihat acuh.

Hyunbin pergi ke apartement Lisa setelah ia selesai dengan Jiyong. Tentu saja tanpa mengatakan pada Lisa kalau ia baru saja  bertemu dengan Jiyong. Pria itu melangkah masuk ke dalam apartement Lisa kemudian sedikit bingung karena melihat Lisa tengah memeluk lututnya di sudut sofa sementara Minhyuk duduk di meja makan dengan wajah yang sama-sama serius.

"Apa terjadi sesuatu yang buruk saat aku pergi?" tanya Hyunbin yang kemudian melihat tumpahan air di lantai. Air yang tumpah karena ciuman Jiyong sebelumnya. "Ya! Bersihkan air itu,"

"Itu tidak penting sekarang," ucap Lisa menahan Minhyuk yang akan bangkit dan membersihkan tumpahan airnya. "Ada yang lebih penting, Somi memberiku sebuah alamat dan dia ingin aku menemuinya di tempat itu sore nanti. Tentu bukan masalah kalau hanya bertemu, yang jadi masalah adalah tempat pertemuannya. Tempat itu... Salon, dia mengajakku pergi spa,"

"Dan masalahnya?" tanya Hyunbin yang hanya menepuk bahu Minhyuk untuk segera membereskan lantai yang basah di dekatnya. "Kau hanya perlu berbaring dan di pijat,"

"Kita tidak bisa masuk kesana hyung," ucap Minhyuk kemudian. "Dia tidak akan mengenakan pakaian ketika di pijat, tidak ada kamera yang bisa masuk dan kita tidak punya waktu untuk menyusup kesana kemudian menyamar jadi petugasnya. Lisa akan benar-benar masuk sendirian,"

"Apa kau tidak berani? Hanya Somi dan mungkin beberapa petugas,"

"Kalau mereka mengatakan sesuatu yang penting, aku tidak bisa merekamnya dan menjadikan itu bukti," ucap Lisa yang masih memikirkan cara membawa masuk sebuah alat perekam. "CCTV hanya ada di lorong, dan tidak merekam suara,"

"Kalau begitu tidak perlu mencari bukti, mau bagaimana lagi? Masuk saja dan menjadikannya bahan untuk rencana kita selanjutnya. Tidak perlu bukti rekaman atau apapun itu," ucap Hyunbin tidak ingin ikut memutar otaknya. "Lagi pula, Jungkook tidak akan bersikap kasar di hari pertama kalian bertemu. Kau hanya perlu bicara padanya dan membuatnya mau bertemu lagi denganmu,"

"Bagaimana dengan seluruh luka di tubuh Lisa? Lisa tidak bisa memakai pakaian yang terbuka dan bagaimana kalau luka-luka itu mengurangi nilainya di mata Jungkook? Semua gadisnya sempurna," tanya Minhyuk sembari membersihkan lantai didekatnya dengan beberapa lembar tissue.

"Kurasa itu bukan masalah juga, G Dragon saja menyukainya," jawab Hyunbin sembari tersenyum memperhatikan Lisa. "Walaupun tubuhnya punya banyak bekas luka, dia bisa membuatmu ketagihan... Tapi ku sarankan untuk tidak mengajak Jungkook ke ranjang,"

***

The Way OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang