***
Lisa bangkit dari sofa tempatnya berbaring. Gadis itu duduk disana kemudian melihat sekeliling ruangan. Jiyong duduk di salah satu sofa single, bersandar dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada, terlelap. Di luar masih gelap ketika Lisa bangun dan melirik keluar jendela.
Untuk beberapa menit gadis itu memandangi wajah Jiyong yang terlelap tidak jauh darinya. Pria itu memakai kaos hitam dengan celana jeans yang sobek di bagian lututnya. Kaki kirinya di bungkus sandal kain putih milik tuan rumah, namun kakinya tidak, kaki kanannya ia naikan ke atas kaki kirinya. Terlihat nyaman walaupun Lisa yakin saat bangun nanti tubuh Jiyong pasti kesakitan karena tidur dalam posisi duduk begitu.
Kenapa jantungnya justru berdebar sangat cepat ketika melihat Jiyong terlelap seperti itu? Ketika Jiyong menciumnya beberapa waktu lalu, jantungnya sama sekali tidak terpacu lebih cepat.
"Seharusnya dokter Lee menyiapkan sebuah kamar untuk pasien disini," gumam Lisa dengan sangat pelan, hampir-hampir tidak bersuara.
Bersamaan dengan gumaman Lisa, yang juga dengan sangat pelan, pintu depan terbuka. Dokter Lee yang masuk, pria itu masuk kerumahnya sendiri seakan ia adalah seorang perampok yang mengendap-endap.
"Oh, kau sudah bangun?" sapa Dokter Lee disaat ia melihat Lisa duduk dan memperhatikannya.
"Ya... Rasanya seperti baru saja tidur sangat lama, tubuhku terasa lebih baik," jawab Lisa, masih dengan suara yang lebih pelan daripada biasanya. Ia tidak ingin mengejutkan Jiyong dengan suaranya. "Ku pikir sekarang sudah pagi,"
"Kau memang sudah tidur sangat lama," jawab Changsub, ia melangkah ke dapur, di ikuti Lisa di belakangnya. "24 jam, tubuhmu memang tidak kuat menerima morfinnya, tapi penyebab utama rasa sakitmu adalah kelelahan. Apa kau tidak bisa tidur nyenyak selama ini? Ingin ku berikan obat tidur? Aku akan mengganti morfin dengan yang lain, tapi kerja obat itu tidak akan secepat dan seampuh morfin. Menurutku itu yang terbaik untukmu,"
"Aku? Tidur 24 jam? Kau memberiku obat tidur?"
"Ya, aku memberimu obat tidur tadi pagi. Hyunbin datang tadi pagi dan dia bilang kau harus beristirahat lebih lama. Jadi aku memberimu obat tidur,"
"Kalau begitu, Jiyong oppa juga?"
"Untuk apa aku memberinya obat tidur? Dia sudah bisa tidur disana saking lelahnya. Dia disini sejak kemarin, kau tidak membiarkannya pergi. Kau mencarinya dalam tidurmu. Kenapa kau mencampakan pria sepertinya? Ku pikir hanya Hyunbin yang tidak waras,"
"Sungguh?" tanya Lisa tidak percaya. Gadis itu hampir berteriak saking terkejutnya namun ia buru-buru menutup mulutnya sendiri untuk meredam suaranya. "Aku mengigau dan mencarinya?"
"Kau menahannya agar tidak pergi, seakan-akan kau bangun dari tidurmu hanya untuk memastikan dia masih di sisimu," jawab Dokter Lee membuat Lisa lantas berjongkok dan memeluk lututnya sendiri. Malu. "Hyunbin hyung memintaku membiarkanmu tinggal disini selama beberapa hari, sampai kesehatanmu benar-benar pulih. Tapi aku tidak menemukan adanya penyakit apapun dalam tubuhmu. Jadi kau bisa pergi besok pagi, kasihan Jiyong hyung kalau harus terus tidur di sofa seperti itu. Kaunya kelelahan jadi cobalah untuk tidak terlalu memaksakan dirimu. Kau tidak sekuat tahun lalu, tubuhmu sudah benar-benar hancur tahun lalu dan kau harus bersyukur karena masih bisa hidup sekarang, tidak ingat berapa banyak tulangmu yang patah tahun lalu? Berapa banyak luka di tubuhmu? Jadi jangan membuat tubuhmu bekerja terlalu keras,"
"Dokter Lee, apa kau melihat Lisa?" terdengar suara Jiyong kemudian. Suaranya terdengar serak hingga membuat Lisa semakin memeluk erat lututnya. "Apa yang kau lakukan disitu?" tanya Jiyong setelah matanya dapat fokus dan menyesuaikan diri, pria itu melihat Lisa berjongkok di sebelah meja makan. "Mengikat tali sepatumu?"
"Ya, aku baru selesai mengikat tali sepatuku," jawab Lisa yang kemudian buru-buru bangkit dari posisinya kemudian berjalan ke westafel, untuk membasuh wajahnya. Sementara Changsub hanya menggeleng pelan sembari mengeluarkan beberapa obat dari laci di dapurnya.
"Padahal kau memakai sandal," komentar Jiyong yang kemudian duduk di salah satu kursi, meraih gelas kosong lalu menuangkan air mineral kedalam gelas tersebut. Sebelum kemudian ia menenggak air itu dengan sekali minum. "Ah... Pinggangku..." keluh Jiyong sembari meregangkan tubuhnya.
"Tidurlah di kamarku, kau sudah berjam-jam tidur di kursi," ucap Changsub yang kemudian menaruh dua botol obat di atas meja. "Ini obatmu, obat nyeri dan obat tidur, pastikan kau memakainya hanya saat benar-benar butuh. Dan bahumu, jangan memaksa untuk menggerakan tanganmu kalau itu sakit, jangan memaksakan tubuhmu kalau kau masih ingin hidup lama,"
"Kita pulang saja, ya? Aku yang menyetir," ucap Lisa sembari melihat Jiyong yang tengah mengecek obat Lisa. Melihat mana yang obat nyeri dan mana yang obat tidur.
"Kau bisa menunggu besok pagi," jawab Changsub namun Lisa hanya mengangkat bahunya, terlihat tidak peduli dengan saran Changsub.
"Sejak kapan perjalan kita terbatas waktu? Sekarang atau besok pagi tidak ada bedanya dokter Lee. Kami akan pergi sekarang, terimakasih untuk obat dan sofanya,"
"Berapa yang harus ku bayar?" tanya Jiyong setelah ia selesai dengan obat Lisa. Pria itu bangun dari kursinya, hendak mengambil dompet di saku celananya.
"Tidak perlu, bawa saja,"
"Aku sudah mengiriminya uang setiap bulan," tambah Lisa yang kemudian meraih kedua botol obatnya kemudian berjalan keruang tengah. Gadis itu seakan baru saja mendapatkan sebuah tubuh baru usai terlelap selama hampir 24 jam.
Lisa berpamitan pada Changsub, kemudian menyetir untuk pulang. Gadis itu menyetir selama lima belas menit, sampai ia menghentikan mobilnya di sebuah rumah pondok dekat pantai. Terlalu jauh untuk kembali ke tengah kota, bagi Lisa. Jiyong pun terlihat lelah.
"Minhyuk oppa sedang pergi ke rumah lama dan Hyunbin oppa sedang mencari sesuatu, mereka tidak akan pulang kesini malam ini," ucap Lisa setelah ia membuka pintu rumah pondok itu dengan sebelah tangan yang memegang handphonenya, membaca pesan dari Hyunbin. "Hanya ada satu kamar disini, tidurlah disana, masih ada yang harus ku lakukan," lanjutnya sembari menunjuk satu-satunya pintu kamar di pondok itu.
Jiyong tidak mengatakan apapun. Pria itu melangkah kemudian membuka pintu kamar yang Lisa tunjuk dan menemukan sebuah kamar dengan dua ranjang tingkat disana.
"Dimana aku harus tidur?"
"Ranjang sebelah kanan milik Hyunbin dan Minhyuk oppa, pakailah ranjang sebelah kiri," jawab Lisa sementara tangannya sibuk menyalakan satu komputer di ruang tengah.
"Kau tidak tidur?"
"Setelah ini,"
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jiyong yang sekarang justru menghampiri Lisa dan berdiri di depan komputer itu. Lisa belum membuka file apapun di komputer itu. "Kau benar-benar sudah sembuh?"
"Ya, aku sudah sembuh, jangan khawatir, tidur saja. Kau terlihat lelah, oppa,"
"Aku tidak khawatir," jawab Jiyong, pria itu masih bersandar pada ambang pintu di sebelahnya sembari melihat Lisa yang tengah melakukan sesuatu dengan komputernya. "Aku hanya berharap kau bisa sakit sedikit lebih lama, aku merindukanmu. Sebagai kekasihku. Tapi kau memperlakukanku sama persis seperti ketika baru saling kenal. Kau mengabaikanku, dan sesekali mendorongku menjauh. Rasanya seperti de javu. Atau kita memang sedang kembali ke 12 tahun lalu?"
***
![](https://img.wattpad.com/cover/175133013-288-k538886.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Out
FanfictionMereka kembali bertemu setelah sempat terpisah sejauh samudera. Malam-malam nostalgia terasa seperti mimpi indah namun tetap berakhir sebagai mimpi buruk, tapi tidak ada jalan keluar. Segalanya berakhir tanpa sebuah epilog.