'Tidak semua yang kamu lihat itu adalah yang sebenarnya. Terkadang,orang bersikap baik hanya didepan banyak orang,hanya karena ingin dipandang baik
dan ada juga orang yang bersikap jahat hanya didepan kamu. Karena sebenarnya ia begitu peduli padamu,tetapi ia gengsi untuk mengatakannya'~LAKUNA~
Motor milik seorang siswa itu tiba-tiba berhenti saat sampai didepan gerbang sekolahnya. Siswa yang ada dibalik helm fullface hitam itu menghela napas berat.
Setelah Berhenti beberapa detik, motor ninja hitam itu kembali melesat masuk kearea parkiran motor yang ada didalam sekolah. Siswa itu berjalan dengan muka angkuhnya, yang biasa diperlihatkannya.
Jam masih menunjukkan pukul 06.25, sekolah ini tentu saja masih sepi. Masih ada waktu 35menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Aura dingin siswa itu mempengaruhi area sekolah yg ia lewati.
Semua siswa siswi yg dilewatinya akan mendadak diam dan memperhatikannya.
Elang Rey Azxana, cowok dengan julukan "the king off frozen" itu membenci tatapan-tatapan yang siswa siswi itu berikan padanya. Meskipun itu tatapan memuja sekalipun."Elang!"panggilan itu memberhentikan langkahnya. Tanpa ada niatan berbalik sedikitpun. Tidak berbalik badanpun ia sudah mengetahui suara siapa itu. Suara cempreng seorang cewek, yang sudah familiar ditelinganya.
"Hai lang!"sapa cewek itu ramah.
Elang hanya diam tak berkutik.
"Yaudah sih nyapa doang. Gue duluan!"Lanjut cewek itu lalu meninggalkan Elang yang masih diam diposisinya.
Menatap punggung cewek itu dengan tatapan yang tak terbaca.
Lalu ia melangkahkan kakinya pelan saat punggung cewek itu sudah tak terlihat. Elang berjalan menyusuri koridor kelas yang mulai ramai. Masih dengan muka angkuhnya. Ada beberapa siswa siswi yang membicarakannya. Tapi ia sama sekali tak peduli.
'Gilak! Si king frozen kok ganteng kalo dari deket?'
'Angkuh banget, cih!'
'gantengan juga gue'
'Sombong be ge te'
'Dingin gitu aja ganteng. Gimana kalo ramah!'
'Senyum napa! Datar amat tu muka kek papan triplek'
'Ganteng sih, tpi dingin. Mana tahan cewek deket2 dia'Begitulah kira-kira omongan mereka yang sampai ditelinga elang. Tapi ia sama sekali tak peduli.
Kini Elang sudah sampai dikelasnya. XI IPA1, ia menghembuskan napas pelan lalu masuk kekelas dan berjalan menuju bangkunya dipojok belakang kelas.
Suasana kelas belum ramai, bangku-bangku kelas masih banyak yang masih kosong. Ada beberapa siswa siswi yang sudah hadir. Ada juga dibeberapa bangku hanya ada tasnya. Pemiliknya pasti sudah ngacir ke kantin untuk mengisi perut mereka karna belum sarapan, atau sekedar duduk2 dibangku taman, atau diperpustakaan.
Elang duduk dengan diam dibangkunya, memasang earphone dan memutar lagu diponselnya.
Diambilnya komik detektif conan miliknya lalu membacanya dalam diam. Sesekali ia memperhatikan seorang cewek disebrang sana. Cewek yang sedang sibuk dengan ponsel ditangannya. Elang beberapa kali mencoba untuk fokus ke komik yang ada ditangannya, tapi tetap saja matanya tak bisa diajak kompromi.
Cewek itu, cewek yang ia tahu sudah menyukainya sejak kelas sepuluh. Sejak mereka sekelas waktu itu. Darimana Elang tahu? Tentu saja dari omongan orang. Diperkuat dengan sahabatnya yang juga mengatakan hal demikian.
Elang tak tahu harus apa. Elang sendiri bingung harus bersikap bagaimana pada cewek itu. Sebenarnya,ada satu sisi didalam hatinya yang mengizinkan cewek itu hadir dihidupnya,pengganti masa lalu nya.
Tapi di sisi lain hatinya, tak ingin memperkeruh keadaan yang memang sedang dalam kondisi tidak baik,dengan menerima cewek itu hadir. Ia tau betul posisinya,hanya boleh memandang dari jauh,sadar betul bahwa disini ia hanya lah sebagai perantara dari kebahagiaan orang lain.
Elang masih kekeuh pada pendiriannya untuk tetap menjadi iceboy. Sampai cewek itu berhenti berjuang untuknya. Sampai cewek itu berhenti mencintainya. Dan mulai membuka hati untuk pria yang menurut Elang lebih baik darinya.
Ia akan tetap terus tak peduli pada cewek itu, sampai cewek itu sadar bahwa ada massanya hatinya merasa lelah dan menyerah, lelah berjuang sendiri, dan menyerah mendapatkan hati seorang Elang Rey Azxana.
Elang menggelengkan kepalanya. Ia tersadar bahwa ia sedari tadi melamun dan menatap cewek itu. Untung saja kelas masih belum terlalu ramai, hanya bangku-bangku yang mulai terisi tas tanpa pemiliknya. Elang berdoa dalam hati, semoga saja cewek itu tak meliriknya saat ia melamun tadi. Semoga saja.
☆☆☆
Gatau ini bagus apa engga. Wkwk-_-
See you next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
Teen FictionAda ruang hampa disudut hati. Ada kekosongan yang tak berarti. Ada satu nama, tapi seperti tak terisi.