16. Awal(2)

22 4 0
                                    

'Terkadang luka itu diperlukan. Untuk mendidik kita menjadi pribadi yang lebih kuat lagi'

~LAKUNA~

Kata-kata pertama yang keluar dari bibir gadis itu benar-benar menohok hatinya. Ucapan gadis itu tepat mengenai ulu hatinya. Ia semakin bingung sekarang. Kondisi seperti ini tak pernah ada dalam bayangannya sebelumnya. Ia tak pernah berpikir jika reaksi cewek itu akan sejauh ini.

Tanpa aba-aba Zean langsung memeluk erat gadis disampingnya itu. Menyalurkan kerinduan yang selama ini terabaikan. Berharap setelah ini,hubungan keduanya membaik. Berharap pelukan ini membuat gadis disampingnya itu berubah pikiran.

Gadis didalam dekapannya itu hanya diam. Ingin sekali rasanya ia membalas pelukan cowok ini. Tak dapat ia pungkiri bahwa ia juga sangat merindukan cowok ini. Selama ini mereka memang dekat dalam jarak,tapi entah kenapa terasa sangat jauh,sulit digapai.

Setelah berpelukan cukup lama, dengan kekuatannya Geyra memberontak. Dipukulnya dengan sekuat tenaga dada cowok itu. Tapi Zean memilih tetap mempertahankan posisinya. Ia masih ingin memeluk cewek ini lebih lama lagi.

Zean merasa dadanya terasa sakit dan nyeri karena pukulan gadis yang kini masih dipeluknya dengan erat. Tenaga gadis itu memang kuat. Pukulannya benar-benar menyakitkan.

Merasa usahanya tak membuahkan hasil, akhirnya Geyra mengigit tangan cowok itu. Setalah pelukannya terlepas, tangan kirinya melayang tepat dipipi kanan cowok itu. Menimbulkan bunyi yang sangat kuat.

Zean merintih kesakitan saat merasakan sakit pada tangannya. Ia terkaget saat Geyra menampar kuat pipinya hingga menimbulkan bunyi yang keras. Bahkan, pipinya itu terasa panas dan pedih.

Geyra yang sudah berdiri pun dengan emosi berkata
"Jangan pernah berani lo sentuh gue lagi bangsat! Lo siapa peluk-peluk gue hah?! Brengsek!"katanya lalu menginjak kuat kaki cowok itu.

Geyra berlari sekuat tenaga, meninggalkan taman dengan hati yang setengah tak rela. Tujuan utamanya sekarang adalah toilet. Ia tak ingin ada orang yang melihatnya menangis.

Setelah sampai di toilet,ia bergegas masuk dan mengunci pintu toilet. Ia terduduk dilantai dengan air mata yang sudah mengalir deras. Hati nya terasa sakit. Entah apa alasannya menangis seperti ini. Yang ia tahu, hanya dengan menangislah satu-satunya cara agar emosi nya meredam dan merasa lega.

Sementara dibelahan bumi lain

Zean memejamkan matanya. Menikmati rasa sakit ditangan dan perih dipipinya. Tanpa aba-aba air matanya mengalir. Membasahi pipinya yang semakin terasa perih. Ia tak peduli lagi dengan sakit di fisiknya, ia merasa hatinya benar-benar hancur berkeping-keping.

Cewek yang selama ini ia rindukan. Cewek yang mondar-mandir dipikirannya. Cewek yang begitu ingin ia gapai, terlihat begitu membencinya.

Diambilnya kembali kotak obat pemberian cewek itu. Ia sama sekali tak berminat mengobati luka ditubuhnya. Biarlah luka itu membekas,agar ia selalu mengingat cewek itu setiap kali melirik tangannya, atau setiap kali ia bercermin.

Dengan langkah gontai,ia menyusuri koridor-koridor kelas yang sudah sepi. Ia berharap masih bisa bertemu dengan gadis itu. Keinginannya untuk membuat cewek itu menjadi sahabatnya kembali takkan pernah pudar. Sesulit apapun halang rintang yang ia hadapi.

LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang