23. Munafik

4 2 0
                                    

'Gue kira lo beneran baik. Tapi ternyata itu cuma topeng untuk nutupin kemunafikan lo, dasar bangsat!'

~LAKUNA~

Gadis cantik itu kini sudah rapi denga seragam sekolahnya, siap menyambut apapun yang akan terjadi hari ini. Berusaha terlihat bahagia, memoles sedikit wajahnya dengan makeup tipis yang selama ini ia hindari, hanya untuk menutupi mata yang sembab, juga wajah yang suram.

Namanya Keyvani Geyra Tasqiya. Jika boleh jujur, semalaman gadis itu terus menangis memikirkan hal buruk yang akan menimpanya begitu kakinya menginjak area sekolah.

Entah pukul berapa ia baru bisa terlelap. Itupun tidurnya sama sekali tidak tenang.

"Selamat pagi, hari yang baru. Semoga engkau mengerti aku, berpihak padaku. Semoga, apa yang terjadi hari ini tak sesuai dengan yang aku takutkan semalaman. Semoga"ucapnya mensugesti dirinya sendiri.

Kakinya melangkah keluar kamar, ia lihat budenya sedang menyapu dihalaman depan rumahnya.

"Bude, Geyra berangkat"ucapnya lalu mengecup tangan sang bude.

"Mau sekolah? Yakin?"tanyanya

Geyra tersenyum singkat. "Yakin, selagi sesama manusia, apa yang harus ditakutin?"

Bude menghela nafas kasar. "Yasudah, mau naik motor atau gimana nduk?"

Geyra berpikir sejenak, kemudian menggeleng. "Untuk hari ini engga deh de, lagi pengen naik bus aja"

Sang bude tersenyum, lalu mengusap bahu Geyra dengan sayang. "Yasudah kalo gitu. Hati-hati ya nduk. Apapun masalah yang sedang kamu hadapi, berusahalah untuk mencari solusi. Jangan kabur apalagi lari dari masalah. Bude yakin, nduk Geyra itu cewek yang kuat"

Geyra terenyuh, jika bersama bude nya ini ia merasa memiliki sosok ibu. Bahkan, ibu kandungnya tak pernah memperlakukan dirinya sebaik yang dilakukan sang bude.

Geyra kemudian tersenyum lalu memeluk singkat sang bude. "Geyra kuat kok de. Geyra berangkat yaa de takut telat. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Kakinya ia langkahkan dengan mantap, seperti ada energi tambahan yang membuatnya yakin bisa menghadapi apapun yang akan terjadi hari ini.

Saat sampai dihalte bus, ia menunggu sejenak. Jam ditangannya menunjukkan pukul 06.25wib.

Setelah sekitar 5 menit menunggu, akhirnya sebuah bis lewat. Ia segera naik bersamaan dengan beberapa orang yang akan ngantor dihari senin ini.

Ia memilih duduk dijok pertengahan. Isi bus ramai, tapi untunglah tidak sesak karena bis yang dinaikinya lumayan besar. Duduk didekat jendela, lantas memakai headset untuk menemani perjalanannya menuju sekolah yang memakan waktu sekitar 15-20 menit.

Geyra hanya menatap jendela, tak ada niatan melirik kesamping dimana seorang ibu-ibu sudah duduk manis disana.

Melamun dan melamun. Hanya itu yang bisa dilakukannya sampai bus ini berhenti.

"Kenapa neng? Galau abis diputusin pacar ya?"

Geyra tersentak saat ibu itu bertanya sambil menyentuh tangannya.

"Eh, kenapa bu?"ulangnya karena tak mendengar apapun yang ibu itu katakan. Tangannya melepas headset yang hanya ia pasang ditelinga kanannya.

Ibu itu tersenyum. "Nengnya kok ibu perhatiin diam terus? Galau?"

Giliran Geyra yang tersenyum kikuk. "Engga kok bu"

Ibu itu tersenyum lagi. "Neng, ibu pernah muda loh. Biasanya, kalo anak remaja macam kamu ini suka melamun, pasti ada yang mengganjal dihati kan? Ibu bukan bermaksud mencampuri urusan neng, tapi kalo ibu boleh saran, kalau ada masalah mau itu sama kekasih, sahabat atau sama siapapun segera diselesaikan biar tidak jadi beban pikiran. Kalau hanya melamun dan melamun, apa bisa menyelesaikan masalah?"

LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang