21. Luka, i'm coming

9 3 0
                                    

'Kenapa? Pertanyaan yang familiar ditelinga. Yang jawabannya pasti berawalkan kata "karena". Tapi percayalah, realitanya menjawab dan menjelaskan sesuatu yang berawalkan pertanyaan "kenapa" itu tak semudah kelihatannya'

~LAKUNA~

"Huft terserah"

Elang hanya menghela nafas berat, lalu membuka ponselnya.

"Bagi foto lo"katanya santai

"Ck, buat apaan lagi dah?"jawab Geyra sewot

"Udah jangan banyak omong, kirim buruan"ucap Elang tak sabaran

Geyra dengan malas mencari foto nya lalu mengirimnya pada Elang. Ia sengaja mengirim foto yang tak terlalu memperlihatkan wajahnya. Apa alasannya? feeling Geyra mengatakan, foto itu akan dijadikan alat oleh cowok itu untuk mempublish hubungan mereka.

"Udah kan? Puas lo? Pulang!"ujar Geyra tanpa mengurangi nada sinis ditiap katanya.

Elang menghela nafas, dan dengan tetap tersenyum ia berlalu dari sana. Meninggalkan rumah Geyra, meninggalkan Geyra yang sedang frustasi karena ulahnya.

"Luka, i'm coming!"gumamnya pasrah lalu masuk kedalam rumahnya. Memasuki kamarnya dan membanting keras pintu itu.

Sang bude yang melihat itu hanya bisa menghela nafas. Ia tau betul, jika anak majikannya itu kini sedang tidak baik-baik saja. Kasihan? Jangan ditanya. Ia sudah merawat Geyra sejak anak itu masih sangat kecil. Sekitar 14 tahun lamanya ia mengabdi dikeluarga ini.

Geyra membanting asal tubuhnya diatas kasur. Mengusap gusar wajahnya. Lalu berpindah posisi menjadi tengkurap. Membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya membuatnya terguncang. Takut, sedih bercampur aduk jadi satu. Diacaknya kasar rambutnya itu. Lalu kembali terlentang. Menatap langit-langit kamarnya. Lalu kembali tengkurap dan menutup kepalanya dengan bantal.

Begitu terus sampai beberapa menit. Ia sudah seperti orang frustasi yang kehilangan semangat hidup.

Beranjak ia dari posisinya. Berdiri didepan kaca lemarinya yang besar itu. Menatap dirinya yang sudah sangat kacau. Mata yang memerah tapi tak sebulirpun air mata dibiarkannya lolos dari sana.

"Terluka lagi? Demi sahabat lagi? It's oke"gumamnya

Diusapnya sekali lagi wajah sendunya. Lalu kembali menatap pantulan dirinya didepan cermin.

"No probelm gey. Lo kuat. Lo bisa. Lo strong oke. Semangat. Semangat. Lo bisa lepas dari masalah ini tanpa menyerah, lo harus berani mengemban resiko atas pilihan yang lo ambil. Lo harus kuat, demi sahabat lo gey. Semangat, meski tanpa penyemangat"
Ia terus meneriakkan sugesti, untuk mensupport otaknya yang sudah meneriakkan untuk menyerah saja.

Disisi lain bumi

Seorang cowok sedang mengendarai motornya dengan kecepatan yang sudah diluar batas. Ia menggila diatas motornya. Untunglah, jalan yang dilewatinya sedang sepi, sangat sepi. Jadi tidak, ia pasti sudah diteriaki sumpah serapah orang-orang yang kesal akan tingkahnya itu.

Pikirannya sedang kalut. Antara tak tega tapi harus tetap melakukannya. Ini juga berat untuknya, tapi ia harus apa? Dirinya sudah terlanjur memulai, apa harus berhenti ditengah jalan dan membuat semuanya justru semakin rumit?

"Arghh!!!! Bangsattt!!!!"teriaknya frustasi dari balik helm fullfacenya.

Dibelokkannya motornya menuju sebuah danau yang begitu sepi dan sunyi. Danau itu berada jauh dari pemukiman. Tempatnya begitu terpencil, menuju kesana butuh waktu yaang cukup lama. Tapi lihatlah. Begitu sampai disana mata langsung disambut dengan pemandangan yang luar biasa indah. Danau yang tak terlalu luas dengan air yang tenang. Rumput-rumput hijau yang seperti menari menyambutnya, ada banyak semak dengan bunga matahari kecilnya, benar-benar indah. Tak ada seorangpun disana, hanya ia, sendirian.

LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang