Chapter 3: After months, Kenzo!

598 58 11
                                    

Setelah akhirnya ospek dan embel-embelnya berakhir dua minggu yang lalu, hari ini, tepatnya sore ini gue bakal ketemu Kenzo, pacar gue. Kelas berakhir jam dua belas siang, dan kebetulan Ken balik ke Bandung pagi ini. Sebulan lebih kita gak ketemu karena kesibukan masing-masing setelah sama-sama menyandang status sebagai mahasiswa baru, di tambah lagi kampus kita yang berjauhan.

Kita janjian di sebuah cafe di tengah kota yang berjarak cukup jauh dari kampus gue. Hampir setiap hari pas SMA gue dateng ke cafe ini bareng temen-temen, Kenzo, bahkan keluarga. Seusai kelas, gue sengaja duluan ke cafe buat ngadem berhubung hari ini indikator suhu di HP gue menunjukkan suhu yang nyaris menyentuh angka 30. Ya, Bandung kapan lagi nyampe 30? Jarang-jarang.

Gue gak sabar buat cerita dan mendengar cerita Ken, gila sih semenjak jauhan, gue dan dia jarang banget telfonan, bahkan chat cuma sekedar selamat pagi-selamat malam, beberapa kali sih paling kita chat nanya keadaan masing-masing. Rasa rindu yang membuncah membuat gue makin gak sabar ngeliat baby face Kenzo.

Sesampainya gue di cafe, hanya beberapa meja yang terisi. Gue langsung ke lantai atas spot favorite gue, cukup nyaman dengan konsep outdoor yang menghadap langsung ke jalan raya. Aroma khas kopi menyeruak hidung begitu segelas Ice Americano sampai di meja gue.

"Eh Wil, dari tadi? Tumben sendiri."

Seperti apa yang gue bilang, cafe ini menjadi tempat gue singgah jika di bandingkan tempat buat sekedar makan atau minum. Kak Andra, salah satu waiters cafe ini sampe hafal sama gue, dan hampir semua pegawai cafe ini kenal sama gue. Gila gak tuh, berasa gue yang punya ini cafe, hehe.

"Nunggu Ken Kak, tumben shift sore, biasanya malem. Anyway tenchuuuu Kak An, ini pas banget" ujar gue mengangkat kedua jempol setelah menyesap sedikit dari sedotan.

"Iya, gue gantiin Una, dia kuliah pagi soalnya. Cie kamu juga udah jadi mahasiswa ya sekarang."

Gue terkekeh pelan "Ya gitu deh Kak, seru ya kuliahan. Hehe."

Mendengar perkataan gue, gantian Kak Andra yang terkekeh. "Ya nikmatin aja ya. Kakak balik kerja lagi ya, see you Wilma." Seraya menuruni tangga Kak Andra pamit melambai.

Arloji yang melingkar di tangan gue menunjukkan pukul empat sore, tapi belom ada juga kabar dari Kenzo. Kurang lebih, udah setengah jam ngaret dari jam kita janjian buat ketemu. Mungkin macet?

Dan bener, gak lama, Kenzo dengan jaket merah dengan lambang wolverine-nya melangkah mendekat meja tempat gue duduk. Black opium menggantikan aroma kopi yang gak asing sama sekali buat hidung gue. For this two years, this aroma been the one thing that keeping me sane, trust me.

Lain dari pasangan biasa, gue dan Ken bukan berpelukan untuk melepas rindu, atau saling mengecup satu sama lain, melainkan ber-HI-5 ria ala-ala yang kita bikin sendiri. Di tutup dengan sebuah usapan gemas di puncak kepala gue.

"Apa kabar bocill?" sapanya.

"Kangen banget gue dude, sumpah ya sebulan gak ketemu berasa gimanaaaa gitu."

"Hilih, lebay. Sorry telat, gue nganter Diki dulu tadi ketempat lesnya."

Gak ada sedetik pun gue melepas pandangan dari laki-laki yang sedang terduduk di depan gue. Dan perasaan itu masih sama, gelojak butterflies di perut gue masih sama kayak pertama kali dia nembak gue.

"Ken, lo ganteng banget sumpah. Sayang gue sama lo, dasar b*jingan" umpat gue gemas. Tuhan, beneran ganteng banget pacar gue, gak boong deh.

"Hush, bocil ngomong apaan sih." cubitan gemas mendarat di pipi gue sebagai balasan "Kok lo makin kurus sih Wil?"

Crush (Complete ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang