Chapter 11: Spill the bean!

399 47 8
                                    

"Darimana lo Wil?" Rey yang sedang rebahan mengangkat sedikit kepalanya ketika gue membuka pintu kosan Anna yang berwarna peach.

"Hehe, darimana tebak?" tantang gue sambil menyengir ke arahnya.

Rey mengganti posisinya menjadi duduk menghadap gue yang menggantungkan backpack ke capstock di dekat pintu, matanya memicing seakan mengintrogasi.

"Kok main tebak tebakan?" katanya balas bertanya.

Gue menghela nafas, "Kalian cuma berdua? Pintu di tutup lagi, kena gerebek baru tau rasa." kilah gue mengganti topik.

Anna menggaruk-garuk tengkuknya, "Iya ya, heh, ngapa lo tutup tadi pintunya?" maniknya menatap tersangka utama, si Rey.

"Yeu, sengaja pengalihan isu si Wilma. Jawab dulu."

"Kepo amat sih, cemburu lo ya?" ledek gue.

Seraya berdiri, Rey memenyunkan bibirnya, ia berjalan menuju galon untuk menuang minum. "Ngapain gue cemburu, haaa, lo sama si Hans jalan ya?"

"Sok tau" ujar gue sambil memeletkan lidah.

Gue mendekat ke arah Anna yang sedang serius di depan laptopnya. "An, gue laper, ada mie gak?"

"Ambil aja di lemari, masak sendiri, udahannya cuci, awas kalo enggak, gue jitak lo" ancam Anna sambil mengepalkan tangannya di depan wajah gue.

"An, gue juga mau ya." sambar Rey yang sudah menenggak tandas minumnya.

Tanpa jawaban, Anna hanya mengibaskan tangannya.

Rey mengekori gue yang menenteng indomie kuah rasa kari ayam ke arah dapur, dirinya bersenandung sambil memetikkan jarinya. Bisa gue tebak, dia lagi nanyi lagu kahitna, cantik. Gue membalikkan badan menghadapnya, Rey tiba-tiba berhenti.

"Apa?" tanyanya kaget.

"Lo lagi nyindir gue ya?" gue menekuk bibir dan menautkan alis.

"Hah? Ge-er banget sih lo."

Gue mendengus seraya membalikkan badan. "Ya makanya jangan bikin ge-er, jadi ngerasa gue kan."

Tangan Rey menarik bahu gue, sontak gue kembali membalikkan badan menghadapnya. "Dulu dulu, lo gak..."

"Gak apa?" ujar gue malas, kemudian gue tau apa yang dia maksud, mata gue membelakak, "Sarap lo ya, enggak lah, masa iya gue suka sama lo, ngaco aja nih manusia satu ya Tuhan." gue mengusap wajah, meskipun pernah sekali, itu beneran sekali karena khilaf gue hampir nyangkut sama sahabat gue yang satu ini. Ya kali, siapa yang gak jatuh hati sama cowok macem dia.

Rey salah tingkah mendengar pernyataan gue. "Yya... yaaa, gue kira gitu. Terus lo ngerasa kesindir kenapa coba?"

Sekarang gue yang bingung harus jawab apa, sesungguhnya gue juga gak tau kenapa gue ngerasa kesindir. Setelah tadi jalan sama Hans, ada rasa bahagia yang tiba-tiba dateng. Tapi bukan bahagia gimana-gimana, cuma.. kayak lo bisa menaklukkan pemikiran negatif terhadap seseorang, dan ternyata dia bisa nyambung sama lo. Iya, rasa bahagia kayak gitu. Bahagia kayak lo abis berdamai sama seorang musuh, ya paham lah ya. Dan mungkin itu yang bikin gue ngerasa ge-er kali ya? Hehe.

"Korslet nih Wilma, udah ah minggir, gue duluan yang bikin mie nya."

Bahu gue bertabrakan dengan Rey, tapi masih belum membuat gue beranjak dari tempat gue berdiri sekarang.

"Wilma, kenapa sih lo? Sakit perut? Awas kesambet, bengong aja" seru Rey yang kepayahan menyalakan kompor, "mending sini bantuin gue nyalain kompor, susah bener dah"

Perlahan gue mendekat ke arah sahabat gue yang super bawel ini, membantunya menyalakan kompor hanya dengan sekali percobaan.

"Sip, thank you so much" ujarnya meletakkan panci yang sudah berisi air untuk merebus indomie, "wih pas nih, ujan gini makan indomie, sambil rebahan nonton film."

Crush (Complete ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang