Chapter 9: I can't move on

443 68 2
                                    

"We don't pick who we fall in love with, and it never happens like it should" ーNo String Attached

"Wil, gue kangen. I .. I wish I could be better for you."

Suara paraunya menggema di telinga, hati gue meraung-raung untuk melunak barang sedikit aja buat dia. Ken, I wish I could give you second chance, blame my logic for denying it. Jujur, kedekatan gue dengan Ken semakin intens belakangan ini, bahkan gue merasakan perubahan signifikan darinya. Selayaknya masih memiliki status, dia selalu laporan ini dan itu, pun gue sebaliknya.

Gue baru tau alasan kenapa dia gak ngehubungin gue dan susah dihubungi lima bulan lalu, ya karena HP dia rusak. Dan pas HP dia rusak, gak ada inisiatif ngasih tau gue, kan kesel jadinya. Ditambah Danang, temen sekelas gue pas SMA, yang kuliah bareng Ken, ngasih tau gue kalau Ken deket sama temen satu cewek di fakultasnya baru baru ini, gue jadi sangsi buat ngasih kesempatan kedua. Meskipun gue yakin Ken bukan tipikal cowok playboy, tapi kelakuan pelakor zaman sekarang kan barbar.

Gue gak menyalahkan Ken juga, mungkin jarak yang memang menjadi kendala. Bagaimanapun juga, yang setia bakal tersingkirkan sama yang selalu ada.

"Wil... tidur ya?"

"Eh, enggak, sorry sorry, abis ngambil minum" ujar gue berbohong, "Lo baru pulang Ken?" Gue melirik jam dinding, menunjukkan angka dua belas.

"Enggak, masih di kampus gue. Kenapa, lo ngantuk?"

Dan alasan lainnya adalah karena dia beneran sibuk, dia selalu ikut organisasi, dari dulu juga emang gitu, cuma karena gue satu sekolah sama dia jadi gak perlu telfon atau chat tiap hari. Ken selalu total kalau ngerjain sesuatu, kalau udah basah ya nyemplung sekalian, gitu prinsipnya.

Ya, apapun alasannya, kalau lo bukan lagi prioritas apa perlu dipertahankan?Jeileh, sok-sokan Wilma.

Danang tempo hari juga bilang ke gue, cowok pasti nyesel pasca putus tuh enam bulan sampai setauhun setelahnya, telat ya.

"Lo ngapain tengah malem di kampus? Tidur di kampus?" tanya gue.

Ken tergelak di ujung telfon, "Ya enggak lah, baru beres rapat. Bentar lagi balik ke kosan."

"Tsk, Ken, balik lah, udah malem, besok lo kuliah kan?" kemudian hening, gue sempat cek beberapa kali screen gue memastikan masih terhubung dengan dirinya, "Ken??"

"Wil, gue beneran kangen" ujarnya kembali.

Gue menggigit bibir bawah, bingung harus menanggapinya seperti apa. Sebelum menjawab, gue menghela nafas menghilangkan penat di dada. "Kangen in what way ya Ken?", gue tertawa kecil setelahnya, mengurangi keseriusan yang kentara.

Sebelum dia menjawab, sayup-sayup terdengar suara orang di dekatnya, memanggil Ken buat mengerjakan sesuatu. "Ah sialan. Wil, gue dipanggil. Lo tidur aja ya, besok gue telfon lagi."

"Oke, semangat ya Ken." tutup gue seraya memencet tombol merah di layar.

"Hah, sekarang aja nyariin." Jules yang sedari tadi rebahan menahan diam akhirnya bersuara. "Awas, jangan balikan lo, gak sudi gue."

"Ye, kok lo yang ribet sih, haha."

"Awas aja lo balikan Wil. Gak setuju gue. Apa-apaan, sekarang baru sering ngehubungin. Pokoknya apapun alasan dia, gak semesetinya pacar lo ngilang menguap begitu aja gak ada kabar. Lo juga cerita, si Danang bilang dia deket sama cewek lain kan? Ya udah lepasin aja."

Gue mengangguk mengiyakan celoteh sepupu gue yang mengangkat badannya saking menggebu-gebunya.

"Ya kan alasan dia jelas Jul" bela gue.

Crush (Complete ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang