ーHans
Tuh kan, tanpa gue paksa juga pada akhirnya Wilma ditakdirkan pulang bareng sama gue. Timing-nya terlalu pas, thank you Dhan!
Entah daya tarik apa yang Wilma punya. Gue akui, gue emang deketin banyak cewek, tapi gak ada yang kayak dia. Baru pertama kalinya gue deketin cewek, meskipun udah gue pepet, udah gue kodein, tapi reaksi dia biasa aja. Atau Wilma jual mahal?
Ahh, gue baru inget, dia abis putus.
Malem ini, untuk kedua kalinya gue mengantar Wilma balik. Sejujurnya gue mau ngajak dia kemana dulu gitu sebelom balik, cuma gue gak berani, takut disangka aneh-aneh.
Nah, kayak yang gue bilang, daya tarik Wilma udah bagaikan magnet dan gue besinya, senyum perempuan berambut sebahu di sebelah gue ini selalu nular. Senyum misteriusnya. Selama dua semester ini gue belom pernah liat Wilma senyum lebar, belom pernah.
"Siapa Wil?" ngeliat dia menarik sudut bibirnya di depan layar HP-nya bikin gue penasaran. I know, itu privasi dia, sumpah susah banget nahan buat gak kepo sama anak satu ini.
Masih menatap layar ponselnya, Wilma cuma menggeleng. "Gapapa."
"Ye, ditanya siapa, bukan kenapa." siapakah gerangan yang bikin Wilma sampe gak fokus, ditanya siapa dia malah bilang 'gapapa'.
Akhirnya dia mendongak, melihat ke arah gue yang sedang memperhatikan jalan raya. "Oh, hehe, orang."
Kan. Ya elah, Naruto juga tau itu orang. Pernah ada pertanyaan 'siapa' yang jawabannya bukan orang atau makhluk hidup? Ada. Jawabannya 'gapapa'. Gue tersenyum masam, sadar Wilma mengacuhkan gue.
Jalan malam ini lumayan lengang, dan yang kayak gini bikin gue ngantuk. Terlebih gue capek tadi abis futsal. Mau ngajak makhluk cantik sebelah gue ngobrol pun dia masih sibuk sama HP-nya. Beberapa kali mulut gue menganga untuk memberi asupan oksigen ke otak, yang diikuti air di sudut mata gue.
Setelah cukup lama, untuk menghindari persaan kantuk akhirnya gue menyalakan music player dengan tangan kiri selagi tangan kanan gue memegang kemudi. Namun hal itu gak berhasil buat mengalihkan pandangan Wilma dari layarnya. Asem, gue beneran di cuekin. Berasa supir gue.
"Hm, mbak, abis ini lewat mana ya?" akhirnya gue berujar memecah keheningan meskipun suara Bruno Mars memenuhi mobil.
Wilma terdiam sejenak, kemudian memutar kepalanya kebelakang. "Ngomong sama siapa Hans?" wajahnya sedikit kebingungan.
Gue menghela nafas, "Akhirnya Wilma sadar, hehe."
"Hah? Gimana?" tanyanya masih kebingungan.
Berhasil, berhasil, hore! Gue bersorak girang ngeliat dia memasukan ponselnya ke saku jaketnya, mengalihkan perhatiannya ke gue.
"Ya, ini jalannya bener gak mbak?" gue mengulangi pertanyaan, kemudian berpura-pura mengecek GPS di HP yang gue taruh di dashboard. "Sesuai titik kan ya?"
Seakan pertanyaannya terjawab, sebuah tawa lolos dari mulutnya. Jangan tanya, tanpa disuruh gue udah ketawa bareng dia, ya Tuhan, receh banget anaknya.
"Iya mas, ini saya bisa top-up sekalian gak ya?"
Kembali, sebuah tawa renyah keluar dengan kurang ajarnya dari mulut Wilma. Baiklah, gue kukuhkan malem ini, dialah perempuan yang bakal gue pertahankan. Tau alasan kenapa semua cewek yang gue deketin gak pernah gue lanjutin? Kebanyakan dari mereka gak benar-benar suka sama gue, ada maunya. Gak niat ghibah, Nita contohnya, gue pura-pura gak tau aja, padahal gue tau dia deketin gue biar bisa pamer doang.
Dan sekalinya ada yang beneran suka, eh guenya biasa aja. Hehe, gue jomblo tapi banyak milih, bangsat emang.
"Masih UAS besok Wil?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush (Complete ✔️)
Romanzi rosa / ChickLitCrush (krəSH) = "a crowd of people pressed closely together, especially in an enclosed space"// "a brief but intense infatuation for someone, especially someone unattainable or inappropriate"ーOxford Dictionary ~~ "Kak..." "Stop, udah berapa kali gu...