Chapter 12: Wejangan

371 39 23
                                    

ーHans

"Lang, Galang!"

Pagi ini gue udah bertengger di depan pintu kosan si Galang, memanggil-manggil namanya.

"Masook." jawabnya dari dalam.

Gue menekan kenop pintu, ketika terbuka menampakkan Galang yang masih menempel di kasur dengan posisi tengkurap dan bertelanjang dada.

"Lang, pinjem motor dong."

Bukannya sebuah jawaban, Galang kembali menutup matanya. Gue melempar bantal kecil di kursi dekat meja belajarnya. "Malah molor, dasar anak setan" ujar gue sambil tertawa.

"Hngg?"

"Gue titip mobil didepan ya, kalo mau pake aja. Gue pinjem motor lo, ya yaaaa."

"Tsk, tega lo bangunin gue. Gue baru molor Hans" ujar Galang sambil mengusap wajahnya. "Beler mata gue semaleman ngerjain gamtek. Sialan si Dadang, gak kira-kira ngasih tugas." tambahnya dengan suara serak.

"Duh, untung gue udah kelar, gak ngulang, C juga bersyukur gue."

Galang menganggkat tubuhnya dan melipat selimut kuning tua miliknya, membereskan pulau kapuk miliknya yang berantakan. Rapih bener, gak kayak gue, hehe. Bangun tidur ku terus mandi gak berlaku buat gue, bangun tidur ya molor lagi. Manfaatkan kesempatan dengan baik, ya gak? Kapan lagi anak teknik bisa tidur 6-8 jam perhari? Ya, kalau tidur di kelas di anggap, mungkin total bisa 6 jam sih, hehe.

"Gak, gak mau C gue, kalau bisa dapet A. Taun depan gue udah mau lulus, gak ada kesempatan lagi, mending ngulang lah." ya saudara-saudara, selamat mengenal Galang, si perfeksionis sialan.

"Lo gak ada kelas kan hari ini?" tanya gue ke Galang.

"Enggak, hah sialan lo, masih ngantuk gue" ujarnya melempar balik bantal kecil yang tadi gue lempar buat bangunin dia.

"Kamis banyak yang kosong ya."

"Dua minggu lagi kan UAS bro, udah pada beres lah dosen ngasih kelas. Gue tinggal 2 matkul lagi yang belom beres. Makanya si Dadang ngasih gamtek sebanyak itu" tunjuknya ke meja belajar yang tergelar beberapa lembar kertas A2 penuh dengan guratan pensil. "Sarap emang, gak pernah ngasih tugas, di akhir pertemuan semua tugas di tumpuk, deadline cuma sehari semalem lagi, gila gue lama-lama."

FYI, dosen di jurusan gue emang kejam kalau ngasih tugas. Beberapa ada yang baik sih, tapi ke cewek doang. Ngomongin cewek, langka banget kaum Hawa di Teknik Mesin, bisa di itung berapa banyak cewek yang ada di jurusan gue, jarang banget. Angkatan gue cuma ada delapan orang cewek dari hampir seratus lima puluhan cowok. Delapan wanita tangguh yang bermandikan oli tiap praktek di bengkel, yang kena cipratan panas elektroda pas ngelas di lab pengelasan, tangan yang kasar tiap kali ngebubut. Mungkin itu kenapa dosen cowok sedikit melunak sama merekaーselain emang karena genit.

"Tumben lo minjem motor Hans?" tanya Galang yang memasukkan kepalanya melewati celah di kaosnya.

"Hehe, mau jalan sama Wilma gue."

Mata Galang membelalak, "Hah? Sama Wilma yang lo pepet pas hari pertama ospek?"

Galang melipat tangannya di depan dada, menatap gue yang cengengesan di kursi belajarnya. "Iya, Wilma itu."

"Buset, gercep amat lo. Jadi yang mana Hans? Cia, Nita, Gina atau Wilma sih? Nah, mampus, namanya mirip mirip lagi. Lo sok-sokan deketin banyak cewek, tapi kagak ada yang berhasil sih" Galang memutar matanya sambil melenggang menuju lemari, mengambil bajunya.

"Ya namanya juga usaha." kilah gue.

"Usaha sih usaha Hans, tapi gak semua lo gaet gitu. Mending kalo ada yang nyangkut, lagian cewek gak bakal mau kalau lo deketin banyak cewek. Jangan coba-coba berhadiah lo Hans, it won't work." Galang menggeleng sambil mengangkat alisnya.

Crush (Complete ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang