File 2

2.6K 304 32
                                    

Reader POV

Bekerja untuk politik.

Aku tidak menyukainya.

Apalagi polisi, mereka tidak adil.

Beberapa tentunya.

"Vonis hukuman--"

Pip!

"Membosankan"

Isi beritanya tentang diriku.

(Penampilan reader cuma rambutnya cokelat)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Penampilan reader cuma rambutnya cokelat)

Vonis hukumanku berkerja di kepolisian pusat internasional seumur hidupku tanpa digaji.

TANPA DIGAJI!

Bagaimana aku hidup?

Memangnya aku makan angin?!

"Kansei desu!"

Saat ini aku di ruang kesehatan kepolisian.

Tepatnya ruang otopsi.

Dan ya, selama sidang tubuhku penuh lecet.

Dokter kacamata ini mengobatiku.

"Aku tidak tahu kenapa Erwin memintamu bergabung. Apa Erwin melakukan sesuatu semalam?"

Hange Zoe, dokter yang ehm...eksentrik?

"Tidak, aku juga tidak tahu. Aku lebih baik mati ketimbang bekerja sebagai polisi"

Aku membencinya.

Dia memutuskan seenak alisnya!

"Apa ini racun?"

Aku menemukan hal menarik di sini.

"Yap! Racun paling mematikan yang ku--"

Bruk!

Author POV

Tubuh [Name] terjatuh, seakan film slowmotion.

Paras indahnya menutup matanya dan botol racun di tangannya.

Seperti adegan Snow White yang memakan apel beracun.

"[Name]! Akh! Kenapa dia nekat?! Serum penawarnya di mana lagi!?", teriak Hange histeris mengobrak-abrik rak obat.

Brak!

"Berisik, mata empat! Suaramu terdengar--[Name]!", Levi yang masuk dengan kasar itu dikejutkan oleh tubuh [Name] berada di lantai. "Apa yang kau lakukan, hah?!"

"Dia sendiri yang minum racunnya! Ini dia!", seru Hange girang menemukan senrumnya.

Dokter itu langsung menyuntikannya di lengan [Name].

"Minumkan ini!", Hange memberi botol kecil kepada Levi.

"Kenapa aku?!"

"Berikan saja! Mulut ke mulut kalau bisa!", darah keluar sedikit dari hidung Hange.

Please, Tell Me Why{Erwin Smith x Reader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang