File 22

1.2K 145 46
                                    

Reader POV

"Yo, Alice...hisashiburi"

Aku meletakkan buket bunga yang kubawa ke nisan.

"Alice Smith", nama itu terukir di batunya.

"Oh, Erwin datang duluan seperti biasa"

Dan di sana sudah ada bunga lain di vas.

"Sumanai na"

Aku duduk di sana, seolah berbicara dengannya.

"Baru sekarang aku bisa menjengukmu lagi, ada banyak masalah yang terjadi"

Aku menceritakan semuanya yang terjadi 3 tahun ini.

Selam itu pula aku tidak datang kemari.

Terakhir saat aku akan pergi.

"Lima tahun ya sejak kejadian itu"

Kutatap karpet biru yang berubah jadi jingga di atasku.

"Hei...sebenarnya aku ingin tahu apa kau marah padaku karena membunuhmu?"

Angin berhembus.

Apa ini tandanya kau menjawab?

"Jujur aku...menyesal setelahnya, lucu kan?"

Aku menertawakan diriku sendiri.

"Yah, suamimu juga...dia itu malah membebaskanku dan membuat vonis yang tidak wajar bagiku"

Angin semilir terus berhembus.

Membuat ranting pohon menari.

Mungkin dia saat ini ada di sini mendengarkan.

"Apa...tidak apa jika aku mulai mencintainya?"

Apa kau marah Alice?

Aku terlihat seperti mengambil kesempatan ya?

"Aku pun tidak tahu...apa dia juga...sudahlah"

Klek!

Bir sebelum makan malam memang nikmat.

"Aku minum ya, kanpai"

Terlihat seperti merayakan, huh?

Apa yang kurayakan?

"Kau mungkin tahu...kau kan mengawasinya dari sana"

Aku menatap batu nisan itu.

Kurasa dia juga duduk di depanku.

"Maaf waktu itu menyeretnya ke dalam masalahku...aku tahu, pekerjaan ini beresiko"

Langit mulai gelap.

"Wah, sudah mau malam"

Mataku menengadah ke langit sana.

Aku berdiri dan membersihkan celanaku.

"Sebaiknya, aku kembalikan ini sebelum terlalu larut"

Sebelum aku lupa juga.

"Kau tahu, Alice...dia pria baik, kau beruntung bertemu dengannya"

Angin berhembus lagi.

Menerpa wajahku dengan lembut.

"Aku duluan ya, seperti biasa nanti aku mampir lagi"

Dan akan selalu begitu.

Author POV

Langit bertabur bintang gemerlap.

Seorang perempuan berjalan dengan membawa sebuah tas dari karton.

Lampu jalan menerangi jalananbyang ia lewati.

Please, Tell Me Why{Erwin Smith x Reader}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang